Friday, August 11, 2017

√ Laporan Pendahuluan Ventilasi Mekanik (Ventilator), D0wnl0ad Pdf Dan Ms.Word

Selamat tiba kembali di Bangsal sehat, pada kesempatan kali ini masih di laporan pendahuluan, untuk artikel laporan pendahuluan ini kami sajikan laporan pendahuluan wacana Ventilasi mekanik atau biasa disebut dengan ventilator, laporan pendahuluan ventilasi mekanik ialah sebuah tinjauan teori hingga dengan konsep asuhan keperawatan mengenai pasien yang dipasang alat bantu ventilasi atau oksigenasi yaitu ventilasi mekanik / ventilator.

bagi teman - teman sejawat yang sedang membutuhkan. khususnya teman - teman sejawat yang lagi praktek atau dinas di ICU, biasa mendapat kiprah untuk menciptakan LP ventisai mekanik dan LK nya.

untuk mend0wnl0ad Laporan pendahuluan / LP Ventilasi mekanik (ventilator) dalam bentuk ms.Word dan PDF silahkan d0wnl0ad dibawah :
bagi teman - teman yang ingin membaca silahkan baca LP ventilasi mekanik (ventilator) berikut :

Laporan Pendahuluan Ventilasi Mekanik (Ventilator)

Pengertian.

Ventilator ialah suatu alat yang dipakai untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.


Indikasi Pemasangan Ventilator
  1. Pasien dengan respiratory failure (gagal napas) 
  2. Pasien dengan operasi tekhik hemodilusi. 
  3. Post Trepanasi dengan black out. 
  4. Respiratory Arrest.

Penyebab Gagal Napas

1. Penyebab sentral
  • Trauma kepala : Contusio cerebri. 
  • Radang otak : Encepalitis. 
  • Gangguan vaskuler : Perdarahan otak, infark otak. 
  • Obat-obatan : Narkotika, Obat anestesi.
2. Penyebab perifer

a. Kelaian Neuromuskuler:
  • Guillian Bare symdrom 
  • Tetanus
  • Trauma servikal. 
  • Obat pelemas otot. 
b. Kelainan jalan napas.
  • Obstruksi jalan napas. 
  • Asma broncheal. 
c. Kelainan di paru.
  • Edema paru, atlektasis, ARDS 
d. Kelainan tulang iga / thorak.
  • Fraktur costae, pneumothorak, haemathorak. 
e. Kelainan jantung.
  • Kegagalan jantung kiri.

IV. Kriteria Pemasangan Ventilator

  1. Menurut Pontopidan seseorang perlu mendapat proteksi ventilasi mekanik (ventilator) bila : Frekuensi napas lebih dari 35 kali per menit. 
  2. Hasil analisa gas darah dengan O2 masker PaO2 kurang dari 70 mmHg. 
  3. PaCO2 lebih dari 60 mmHg 
  4. AaDO2 dengan O2 100 % hasilnya lebih dari 350 mmHg. 
  5. Vital capasity kurang dari 15 ml / kg BB.

Macam-macam Ventilator.

Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga type yaitu:

1. Volume Cycled Ventilator.

Prinsip dasar ventilator ini ialah cyclusnya menurut volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator ialah perubahan pada komplain paru pasien tetap menawarkan volume tidal yang konsisten.

2. Pressure Cycled Ventilator

Prinsip dasar ventilator type ini ialah cyclusnya memakai tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup wangsit tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada type ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah. Sehingga pada pasien yang setatus parunya tidak stabil, penggunaan ventilator tipe ini tidak dianjurkan.

3. Time Cycled Ventilator

Prinsip kerja dari ventilator type ini ialah cyclusnya menurut wamtu ekspirasi atau waktu wangsit yang telah ditentukan. Waktu wangsit ditentukan oleh waktu dan kecepatan wangsit (jumlah napas permenit) Normal ratio I : E (inspirasi : ekspirasi ) 1 : 2

VI. Mode-Mode Ventilator.

Pasien yang mendapat proteksi ventilasi mekanik dengan memakai ventilator tidak selalu dibantu sepenuhnya oleh mesin ventilator, tetapi tergantung dari mode yang kita setting.

Mode mode tersebut ialah sebagai berikut:

1. Mode Control.

Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan pasien. Ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontrol pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekwensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Bila pasien sadar, mode ini sanggup menimbulkan ansietas tinggi dan ketidaknyamanan dan bila pasien berusaha nafas sendiri bisa terjadi fighting (tabrakan antara udara wangsit dan ekspirasi), tekanan dalam paru meningkat dan bisa berakibat alveoli pecah dan terjadi pneumothorax. Contoh mode control ini adalah: CR (Controlled Respiration), CMV (Controlled Mandatory Ventilation), IPPV (Intermitten Positive Pressure Ventilation)

2. Mode IMV / SIMV: Intermitten Mandatory Ventilation/Sincronized Intermitten Mandatory Ventilation.

Pada mode ini ventilator menawarkan proteksi nafas secara selang seling dengan nafas pasien itu sendiri. Pada mode IMV pernafasan mandatory diberikan pada frekwensi yang di set tanpa menghiraukan apakah pasien pada ketika wangsit atau ekspirasi sehingga bisa terjadi fighting dengan segala akibatnya. Oleh lantaran itu pada ventilator generasi terakhir mode IMVnya disinkronisasi (SIMV). Sehingga pernafasan mandatory diberikan sinkron dengan picuan pasien. Mode IMV/SIMV diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas impulsif tetapi belum normal sehingga masih memerlukan bantuan.

3. Mode ASB / PS : (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport

Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas impulsif atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumnenya tidak cukup lantaran nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus memiliki kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak bisa untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.

4. CPAP : Continous Positive Air Pressure.

Pada mode ini mesin hanya menawarkan tekanan kasatmata dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini ialah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.

VII. Sistem Alarm

Ventilator dipakai untuk mendukung hidup. Sistem alarm perlu untuk mewaspadakan perawat wacana adanya masalah. Alarm tekanan rendah pertanda adanya pemutusan dari pasien (ventilator terlepas dari pasien), sedangkan alarm tekanan tinggi pertanda adanya peningkatan tekanan, contohnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. Alarm volume rendah pertanda kebocoran. Alarm jangan pernah diabaikan tidak dianggap dan harus dipasang dalam kondisi siap.



Pelembaban dan suhu.

Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan prosedur pertahanan badan unmtuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh. Pada perkara hipotermi berat, pengaturan suhu udara sanggup ditingkatkan. Suhu yang terlalu itnggi sanggup mengakibatkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa menimbulkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan.


Fisiologi Pernapasan Ventilasi Mekanik

Pada pernafasan impulsif wangsit terjadi lantaran diafragma dan otot intercostalis berkontrkasi, rongga dada mengembang dan terjadi tekanan negatif sehingga pedoman udara masuk ke paru, sedangkan fase ekspirasi berjalan secara pasif. Pada pernafasan dengan ventilasi mekanik, ventilator mengirimkan udara dengan memompakan ke paru pasien, sehingga tekanan sselama wangsit ialah kasatmata dan mengakibatkan tekanan intra thorakal meningkat. Pada simpulan wangsit tekanan dalam rongga thorax paling positif.

Napas Spontan
  • diafragma dan otot intercostalis berkontraksi -->rongga dada mengembang terjadi tekanan (-)-->aliran udara masuk ke paru dan berhenti pada simpulan inspirasi 
  • fase ekspirasi berjalan secara pasif 
Pernapasan dengan ventilasi mekanik
  • udara masuk ke dalam paru lantaran ditiup, sehingga tekanan rongga thorax (+) 
  • pada simpulan wangsit tekanan dalam rongga thorax paling positif 
  • ekspirasi berjalan pasif.


Efek Ventilasi mekanik

Akibat dari tekanan kasatmata pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung terhambat, venous return menurun, maka cardiac output juga menurun. Bila kondisi penurunan respon simpatis (misalnya lantaran hipovolemia, obat dan usia lanjut), maka bisa menimbulkan hipotensi. Darah yang lewat paru juga berkurang lantaran ada kompresi microvaskuler akhir tekanan kasatmata sehingga darah yang menuju atrium kiri berkurang, balasannya cardiac output juga berkurang. Bila tekanan terlalu tinggi bisa terjadi gangguan oksigenasi. Selain itu bila volume tidal terlalu tinggi yaitu lebih dari 10-12 ml/kg BB dan tekanan lebih besar dari 40 CmH2O, tidak hanya menghipnotis cardiac output (curah jantung) tetapi juga resiko terjadinya pneumothorax.




Efek pada organ lain:


Akibat cardiac output menurun; perfusi ke organ-organ lainpun menurun menyerupai hepar, ginjal dengan segala akibatnya. Akibat tekanan kasatmata di rongga thorax darah yang kembali dari otak terhambat sehingga tekanan intrakranial meningkat.


Komplikasi Ventilasi Mekanik (Ventilator)

Ventilator ialah alat untuk membantu pernafasan pasien, tapi bila perawatannya tidak sempurna bisa, menimbulkan komplikasi seperti:


1. Pada paru

a. Baro trauma: tension pneumothorax, empisema sub cutis, emboli udara vaskuler.

b. Atelektasis/kolaps alveoli diffuse

c. Infeksi paru

d. Keracunan oksigen

e. Jalan nafas buatan: king-king (tertekuk), terekstubasi, tersumbat.

f. Aspirasi cairan lambung
g. Tidak berfungsinya penggunaan ventilator

h. Kerusakan jalan nafas pecahan atas


2. Pada sistem kardiovaskuler

Hipotensi, menurunya cardiac output dikarenakan menurunnya pedoman balik vena akhir meningkatnya tekanan intra thorax pada pemberian ventilasi mekanik dengan tekanan tinggi.


3. Pada sistem saraf pusat

a. Vasokonstriksi cerebral

Terjadi lantaran penurunan tekanan CO2 arteri (PaCO2) dibawah normal akhir dari hiperventilasi.

b. Oedema cerebral

Terjadi lantaran peningkatan tekanan CO2 arteri diatas normal akhir dari hipoventilasi.

c. Peningkatan tekanan intra kranial

d. Gangguan kesadaran

e. Gangguan tidur.


4. Pada sistem gastrointestinal

a. Distensi lambung, illeus

b. Perdarahan lambung.


5. Gangguan psikologi


Prosedur Pemberian Ventilator

Sebelum memasang ventilator pada pasien. Lakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal ialah sebagai berikut:
  1. Fraksi oksigen wangsit (FiO2) 100%
  2. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
  3. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit
  4. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
  5. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan kasatmata simpulan ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas).

Kriteria Penyapihan

Pasien yang mendapat proteksi ventilasi mekanik sanggup dilakukan penyapihan bila memenuhi kriteria sebagai berikut:
  • Kapasitas vital 10-15 ml/kg BB
  • Volume tidal 4-5 ml/kg BB
  • Kekuatan wangsit 20 cm H2O atau lebih besar
  • Frekwensi pernafasan kurang dari 20 kali/menit.

Terapi Oksigen

Setelah jalan nafas bebas, maka selanjutnya tergantung dari derajat hipoksia atau hiperkabinya serta keadaan penderita.

Pontiopidan memberi batasan mekanik, oksigenasi dan ventilasi untuk memilih tindakan selanjutnya (lihat tabel)

PARAMETER
ACCAPTABLE RANGE (TIDAK PERLU TERAPI KHUSUS)
FISIOTERAPI DADA, TERAPI OKSIGEN, MONITORING KETAT
INTUBASI TRACHEOSTOMI VENTILASI MEKANIK.
1.      MEKANIK
-          Frekwensi nafas
-          Vital capacity (ml/kg)
-          Inspiratori force, CmH2O
2.      OKSIGENASI
-          A - aDO2 100% O2 mmHg
-          PaO2 mmHg

3.      VENTILASI
-          VD / VT
-          PaCO2

12    -  25
70    -  30

100   -   50


50      -  200

100    - 75
  (Air)

0,3   -    0,4
35    -    45

25   -   35
30   -   15

50   -   25


200   -   350

200   -   70
( O2 Mask)

0,4   -   0,6
5   -   60

> 35
< 15

< 25


> 350

< 70
( O2 Mask )

0,6
60

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN BANTUAN VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR)

I. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada psien yang mendapat nafas buatan dengan ventilator adalah:

1. Biodata

Meliputi nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, agama, alamt, dll. Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang status sosial ekonomi, sopan santun kebudayaan dan keyakinan spritual pasien, sehingga mempermudah dalam berkomunikasi dan memilih tindakan keperawatan yang sesuai.

2. Riwayat penyakit/riwayat keperawatan

Informasi mengenai latar belakang dan riwayat penyakit yang kini sanggup diperoleh melalui oranglain (keluarga, tim medis lain) lantaran kondisi pasien yang sanggup bentuan ventilator mustahil untuk menawarkan data secara detail. Pengkajian ini ditujukan untuk mengetahui kemungkinan penyebab atau faktor penggerak terjadinya gagal nafas/dipasangnya ventilator.

3. Keluhan

Untuk mengkaji keluhan pasien dalam keadaan sadar baik, bisa dilakukan dengan cara pasien diberi alat tulis untuk memberikan keluhannya. Keluhan pasien yang perlu dikaji ialah rasa sesak nafas, nafas terasa berat, kelelahan dan ketidaknyamanan.

Sistem pernafasan

a. Setting ventilator meliputi:
  • Mode ventilator 
  1. CR/CMV/IPPV (Controlled Respiration/Controlled Mandatory Ventilation/Intermitten Positive Pressure Ventilation) 
  2. SIMV (Syncronized Intermitten Mandatory Ventilation) 
  3. ASB/PS (Assisted Spontaneus Breathing/Pressure Suport) 
  4. CPAP (Continous Possitive Air Presure) 
  • FiO2: Prosentase oksigen yang diberikan 
  • PEEP: Positive End Expiratory Pressure 
  • Frekwensi nafas 
b. Gerakan nafas apakah sesuai dengan irama ventilator

c. Expansi dada kanan dan kiri apakah simetris atau tidak

d. Suara nafas: ialah ronkhi, whezing, penurunan bunyi nafas

e. Adakah gerakan cuping hidung dan penggunaan otot bantu tambahan

f. Sekret: jumlah, konsistensi, warna dan bau

g. Humidifier: kehangatan dan batas aqua

h. Tubing/circuit ventilator: adakah kebocoran tertekuk atau terlepas

i. Hasil analisa gas darah terakhir/saturasi oksigen

j. Hasil foto thorax terakhir


Sistem kardiovaskuler

Pengkajian kardiovaskuler dilakukan untuk mengetahui adanmya gangguan hemodinamik yang diakibatkan setting ventilator (PEEP terlalu tinggi) atau disebabkan lantaran hipoksia. Pengkajian mencakup tekanan darah, nadi, irama jantung, perfusi, adakah sianosis dan banyak mengeluarkan keringat.


Sistem neurologi

Pengkajian mencakup tingkat kesadaran, ialah nyeri kepala, rasa ngantuk, gelisah dan kekacauan mental.


Sistem urogenital

Adakah penurunan produksi urine (berkurangnya produksi urine memperlihatkan adanya gangguan perfusi ginjal)


Status cairan dan nutrisi

Status cairan dan nutrisi penting dikaji lantaran bila ada gangguan status nutrisi dn cairan akan memperberat keadaan. Seperti cairan yang berlebihan dan albumin yang rendah akan memperberat oedema paru.


4. Status psycososial

Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering mengalami depresi mental lyang dimanifestasikan berupa kebingungan, gangguan orientasi, merasa terisolasi, kecemasan dan ketakutan akan kematian.


II. Diagnosa Keperawatan.

Diagnosa keperawatan yang sering terjadi pada pasien yang mendapat bentuan nafas mekanik/dipasang ventilator diantaranya adalah:
  1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berafiliasi dengan peningkatan produksi sekret
  2. Gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan sekresi tertahan, proses penyakitnya
  3. Ketidakefektifan contoh nafas berafiliasi dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal
  4. Cemas berafiliasi dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian
  5. Gangguan pemenuhan komunikasi verbal berafiliasi dengan pemasangan selang endotracheal
  6. Resiko tinggi terjadinya abuh kanal nafas berafiliasi dengan pemasangan selang endotracheal
  7. Resiko tinggi terjadinya stress berat atau cedera berafiliasi dengan ventilasi mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress
  8. Gangguan rasa nyaman berafiliasi dengan ventilasi mekanis, letak selang endotracheal

III. Perencanaan


Diagnosa 1


Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan peningkatan produksi sekret

Tujuan:

Meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan napas.

Kriteria hasil:
  • Bunyi napas terdengar bersih.
  • Ronchi tidak terdengar.
  • Tracheal tube bebas sumbatan.
Tindakan keperawatan:

Diagnosa. 2

Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan sekresi tertahan, proses penyakitnya

Tujuan: Pertukaran gas kembali normal.

Kriteria hasil:

Hasil analisa gas darah normal yang terdiri dari:
  • PH (7,35 - 7,45)
  • PO2 (80 - 100 mmHg)
  • PCO2 (35 - 45 mmHg)
  • BE (-2 - + 2)
  • Tidak sianosis
Tindakan keperawatan:

INTERVENSI
RASIONAL
1


2


3

4
Cek analisa gas darah setiap 10 - 30 menit sehabis perubahan setting ventilator.
Monitor hasil analisa gas darah (blood gas) atau oksimeteri selama periode penyapihan.
Pertahankan jalan napas bebas dari skresi.
Monitor tanda dan tanda-tanda hipoksia
1


2


3

4
Evaluasi keefektifan setting ventilator yang diberikan

Evaluasi kemampuan bernapas

Sekresi menghambat kelancaran udara napas.
Diteksi dini adanya kelainan.


Diagnosa. 3

Ketidak efektifan contoh nafas sehubungan dengan kelelahan, pengesetan ventilator yang tidak tepat, obstruksi selang endotracheal

Tujuan: Pola napas efektif.

Kriteria hasil:
  • Napas sesuai dengan irama ventilator.
  • Volume napas adekuat.
  • Alarm tidak berbunyi.
Tindakan keperawatan:

INTERVENSI
RASIONAL
1

2

3



4


5

6

7

8
Lakukan investigasi ventilator tiap 1 - 2 jam.
Evaluasi semua alarm dan tentukan penyebabnya.
Pertahankan alat resusitasi manual (bag & mask) pada posisi kawasan tidur sepanjang waktu.
Monitor selang / cubbing ventilator dari terlepas , terlipat,  bocor atau tersumbat.
Evaluasi tekanan atau kebocoran balon cuff.
Masukan penahan gigi (pada pemasangat ETT lewat oral)
Amankan selang ETT dengan fiksasi yang baik.
Monitor bunyi dan pergerakan dada secara teratur.
1

2

3



4


5

6

7

8

Diteksi dini adanya kelainan atau gg. fungsi ventilator.
Bunyi alarm menunjukan adanya gg. Fungsi ventilator.
Memudahkan melaksanakan pertolongan bila sewaktu/waktu ada gangguan fungsi ventilator.
Mencegah berkurangnya pedoman udara napas.

Mencegah berkurangnya pedoman udara napas.
Mencegah tergigitnya selang ETT
Mencegah terlepas / tercabutnya selang ETT.
Evaluasi keefektifan jalan napas.


Diagnosa. 4

Cemas sehubungan dengan penyakit kritis, takut terhadap kematian

Tujuan: Cemas berkurang atau hilang

Kriteria hasil: Mampu mengekspresikan kecemasan, tidak gelisah, kooperatif.

Tindakan keperawatan:

INTERVENSI
RASIONAL
1

2


3
4
5




6

Lakukan komunikasi terapiutik.

Dorong pasien semoga bisa mengekspresikan perasaannya.

Berikan sentuhan kasih sayang.
Berikan support mental.
Berikan kesempatan pada keluarga dan orang-orang yang bersahabat dengan klien untuk mengunjungi pada saat-saat tertentu.

Berikan info realistis pada tingkat pemahaman klien.
1

2


3
4
5




6
Membina kekerabatan saling percaya.
Menggali perasaan dan permasalahan yang sedang dihadapi klien.
Mengurangi cemas.
Mengurangi cemas.
Kehadiran orang-orang yang dicintai meningkatkan semangat dan motivasi untuk sembuh.


Memahami tujuan pemberian atau pemasangan ventilator.


Diagnosa. 5

Gangguan pemenuhan komunikasi verbal sehubungan dengan pemasangan selang endotracheal

Tujuan: Mempertahankan komunikasi

Kriteria hasil: Klien sanggup berkomunikasi dgn memakai metode alternatif.

Tindakan keperawatan:

INTERVENSI
RASIONAL
1



2
Berikan papan, kertas dan pensil, gambar untuk komunikasi, olok-olokan pertanyaan dengan jawaban ya atau tidak.
Yakinkan klien bahwa bunyi akan kembali bila ETT dilepas.
1



2
Mempermudah klien untuk mengemukakan perasaan / keluhan dengan berkomunikasi.

Mengurangi cemas.


Diagnosa.,6

Resiko tinggi terjadinya abuh kanal nafas sehubungan dengan pemasangan selang endotracheal

Tujuan:

Tidak terjadi abuh kanal napas s/d pemasangan selang ETT / ventilator

Kriteria hasil:
  • Suhu badan normal (36 - 37,5 C)
  • Warna sputum jernih.
  • Kultur sputum negatif.

  • Tindakan keperawatan
    INTERVENSI
    RASIONAL
    1


    2


    3


    4

    5


    6

    7

    8

    Evaluasi warna, jumlah, konsistensi dan bauh sputum setiap kali pengisapan.
    Lakukan investigasi kultur sputum dan test sensitifitas sesuai indikasi.
    Pertahanakan teknik aseptik pada ketika melaksanakan pengisapan (succion)
    Jaga kebersihan bag & mask.

    Lakukan pencucian mulut, hidung dan rongga faring setiap shitf.
    Ganti selang / tubing ventilator 24 - 72 jam.
    Monitor tanda-tanda vital yang menunjukan adanya infeksi.
    Berikan antibiotika sesuai kegiatan dokter.
    1


    2


    3


    4

    5


    6

    7

    8
    Indikator untuk menilai adanya abuh jalan napas.

    Menentukan jenis kuman dan sensitifitasnya terhadap antibiotik.
    Mencegah abuh nosokomial.

    Lingkungan kotor merupakan media pertumbuhan kuman.
    Lingkungan kotor merupakan media pertumbuhan kuman.

    Menjamin selang ventilator tetap higienis dan steril.
    Diteksi dini.

    Antibiotika bersifat baktericide.

Diagnosa. 7

Resiko tinggi terjadinya stress berat atau cedera sehubungan dengan ventilasi mekanis, selang endotracheal, ansietas, stress

Tujuan: Bebas dari cedera selama ventilasi mekanik.

Kriteria hasil:
  • Tidak terjadi iritasi pada hidung maupun jalan napas.
  • Tidak terjadi barotrauma.
Tindakan keperawatan:

INTERVENSI
RASIONAL
1


2


3


4

5



6

7
Monitor ventilator terhadap peningkatan secara tajam.

Yakinkan napas pasien sesuai dengan irama ventilator

Mencegah terjadinya fighting kalau perlu kerja sama dengan dokter untuk memberi sedasi.
Observasi tanda dan tanda-tanda barotrauma.
Lakukan pengisapan lendir dengan hati-hati dan gunakan kateter succion yang lunak dan ujungnya tidak tajam.
Lakukan restrain / fiksasi bila pasien gelisah.
Atur posisi selang / tubing ventilator dengan cepat.
1


2


3


4

5



6

7

Peningkatan secara tajam sanggup menimbulkan stress berat jalan napas (barutrauma)
Napas yang berlawanan dengan mesin sanggup menimbulkan trauma.
Napas yang berlawanan dengan mesin sanggup menimbulkan trauma.
Diteksi dini.

Mencegah iritasi mukosa jalan napas.


Mencegah terekstubasinya ETT (ekstubasi sendiri)
Mencegah stress berat akhir pementingan selang ETT.


Diagnosa. 8

Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan ventilasi mekanis, letak selang endotracheal

Tujuan: Merasa nyaman selama dipasang ventilator.

Kriteria hasil:
  • Klien tidak gelisah.
  • Klien sanggup istirahat dan tidur dengan tenang.

  • Tindakan keperawatan:
    INTERVENSI
    RASIONAL
    1

    2

    3



    4
    Atur posisi selang ETT dan Tubing ventilator.
    Atur sensitivitas ventilator.

    Atur posisi tidur dengan menaikkan pecahan kepala kawasan tidur, kecuali ada kontra indikasi.
    Kalau perlu kerja sama dengan kokter untuk memberi analgesik dan sedasi.
    1

    2

    3



    4
    Mencegah penarikan dan penekanan.
    Menurunkan upaya pasien melaksanakan pernapasan.
    Meningkatkan rasa nyaman.



    Mengurangi rasa nyeri

    Demikianlah Laporan Pendahuluan Ventilasi mekanik (Ventilator) silahkan did0wnl0ad bagi teman - teman sejawat yang membutuhkan.

    terima Kasih

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com