√ Referensi Naskah Drama Komedi 7 Orang Terbaru

Contoh Naskah Drama Komedi 7 Orang Terbaru – Naskah drama merupakan sebuah teks yang berisikan alur cerita, dialog, serta hukum lainnya yang secara fungsional berperan sebagai contoh atan aliran bagi para aktor pentas drama dalam menjalankan peran-perannya. Berikut ini yaitu contoh naskah drama komedi yang diperankan oleh 7 orang :

Prolog :

Suatu hari hiduplah sepasang suami istri di sebuah desa yang rukun dan damai. Mereka saling membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Dialog :

Pak Karno :”Ada yang sanggup ayah bantu, Bu?’

Bu Sri : “Ayah sudah selalu membantu ibu kok yah…”

Pak Karno:”Ah yang benar bu?”

Bu Sri :”Iya, ayah kan sudah membantu ibu untuk senang mempunyai seisi dunia yah…”

Pak Karno :”Lho kok sanggup bu? Lha wong kita makan saja pas-pasan bu (sambil tertawa).”

Ibu :”Iih ayah, mempunyai ayah itu sudah sama halnya dengan mempunyai seisi dunia. Begitu maksud ibu, Ayah..”

Ayah :”Oh jadi itu maksudnya bu. Ya..ya..ayah kan gendut ya bu, jadi menyerupai seisi dunia ya? (Tertawa lebar)”

Ibu :”Ya begitulah kira-kira yah.. (ikut tertawa)”

Pak Karno yaitu seorang petani dan bu Sri sering membantunya di kebun. Hari demi hari mereka lalui berdua dengan penuh ketenangan hingga begitu tenang dan menyeramkan. Tak ada bunyi selain bunyi Pak Karno, Bu Sri, radio, dan gemericik air. Ya, mereka belum mempunyai seorang anak hingga di usia menjelang senja.

Pak Karno :”Bu…”

Bu Sri :”Iya Pak?”

Pak Karno :”Apa ibu tidak merasa kesepian yang luar biasa hingga usia setua ini, Bu?”

Bu Sri :”Sebenarnya iya, Pak. Hanya ibu tidak tahu harus berbuat apa.”

Pak Karno :”Sama, Bu…”

Keesokan harinya….

Pak Karno :”Bu, ayo kita ke kebun lebih pagi dari kemarin. Bapak sudah tidak sabar ingin memanen tumbuhan cabai kita.”

Bu Sri :”Baik Pak…(berlari mengejar Pak Karno).”

Ketika sedang asyik memetik hasil cabai mereka, tiba-tiba datanglah sesosok makhluk.

Bu Sri :”Pak..Pak…dia tiba Pak.”

Pak Karno :”Siapa Bu? (sambil menoleh ke arah istrinya).”

Raksasa :”Haahhaahhaa….aku yang datang. Hahahahaaa…”

Pak Karno :”Oh…ma..maaf tuan, kami berencana akan segera mengantarkan hasil panen kali ini menyerupai biasanya.”

Raksasa :”Hahahaha…kau fikir saya menginginkan hasil panenmu yang berupa cabai kali ini? Kau menyerupai sengaja menggantikan tanamanmu semoga saya tidak sanggup memakannya…hahhahaha.”

Pak Karno :”Ti..tidak tuan…tidak begitu.”

Raksasa :”Ah sudahlah…aku tahu kau dan istrimu merasa kesepian, ini saya berikan sebuah bibit kepadamu.”

Pak Karno :”Setelah isi dari tumbuhan ini berusia tiga tahun apakah kau akan mengambilnya menyerupai halnya di dongeng dongeng itu hai tuan.”

Raksasa :”Hahahaha…kau terlalu sering membaca dongeng rupanya. Kita lihat saja nanti.”

Pak Karno :”Ba…baiklah tuan.”

Sang raksasa pun pergi tanpa memberitahukan kapan akan kembali.

Pak Karno :”Bu, ayo segera kita tanam bibit pertolongan tuan raksasa.”

Bu Sri :”Ayo, Pak…”

Seminggu kemudian…

Bu Sri :”Pak, labunya sudah kuning. Ayo kita petik, Pak…”

Pak Karno :”Ayo bu…Bapak juga sudah tidak sabar.”

Mereka berdua pun membelah labu yang telah matang tersebut dan mereka terkejut saat menjumpai seorang bayi.

Bu Sri :”Pak, ada bayi pak…ayo ambil Pak…”

Pak Karno :”Iya bu…kita punya bayi sekarang.”

Pak Udin dan bu Lastri yang mendengar kabar senang itu pun segera mendatangi tetangganya itu.

Bu Lastri :”Bu Sri, selamat yaa… Akhirnya punya bayi menyerupai yang diinginkan.”

Bu Sri :”Iya bu. Terimakasih banyak.”

Pak Udin :”Semoga sanggup merawat bayinya dengan baik ya Pak.”

Pak Karno :”Semoga Pak, saya juga berharap demikian.”

Pak Karno dan Bu Sri pun merasa begitu senang luar biasa alasannya yaitu harapan mereka mempunyai seorang bayi kini telah tercapai.

Bu Sri :”Pak, bagaimana memberi makan bayi ini Pak? Ibu kan tidak mempunyai ASI.”

Pak Karno :”Wah, iya ya bu..”

Bu Sri :”Bagaimana ini Pak?”

Pak Karno :”Oh begini saja bu, besok pagi-pagi sekali bapak ke kota untuk membeli susu. Malam ini ibu beri air tajin saja dulu.”

Bu Sri :”Baik Pak…”

Hari berganti hari. Bu Sri semakin bertambah kerepotannya alasannya yaitu harus mengurus bayi dan suaminya. Pak Karno pun harus lebih ulet bekerja semoga sanggup membeli susu untuk anak yang mereka beri nama Bejo tersebut.

Bu Sri :”Pak, susu untuk si Bejo sudah habis lagi Pak…”

style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">

Pak Karno :”Ya ampun bu…itu susu cepet banget habisnya. Bapak sanggup mati berdiri kalau begini bu…”

Bu Sri :”Iya Pak, ibu juga kuwalahan.”

Dua setengah tahun berlalu, Bejo tumbuh menjadi anak berbadan besar yang akan menghancurkan barang di sekitarnya jikalau keinginannya tidak dituruti.

Bejo :”Mam…mam…mam…”

Bu Sri :”Duh Bejo, kau itu sudah dua setengah tahun jangan minum susu terus. Stress bapakmu nak…”

Bejo :”Aaaaaaa…..cucu…cucu…cucu…”

(Sambil membanting piring di dapur)

Bu Sri berlari ke kebun untuk menjemput suaminya dan menceritakan hal yang sudah membuatnya tidak tahan lagi.

Bu Sri :”Bapaaakkk…si Bejo banting-banting barang lagi. Dia minta susu lagi. Ibu udah gak berpengaruh lagi Pak.”

Pak Karno :”Apa, Bejo mengamuk lagi?”

Bu Sri :”Iya Pak…”

Pak Karno segera menarik Bu Sri dan pulang ke rumah.

Pak Karno :”Bejoooo…kamu ini maunya apa to nak? Semua keinginanmu harus dituruti.”

Bejo :”Cucu…cucu…cucu..(berteriak).”

Hari yang panjang pun berlalu. Bejobtelah tidur di kamarnya. Bu Sri dan Pak Karno membicarakan mengenai planning mereka untuk mengatasi kebiasaan mengamuk pada Bejo.

Pak Karno :”Bu, bapak juga sudah tidak tahan lagi menghadapi Bejo. Kita harus melaksanakan apa yang pernah Bapak bilang ke ibu.”

Bu Sri :”Kalau memang itu yang terbaik berdasarkan bapak, ibu nurut saja Pak…”

Keesokan paginya Pak Karno dan Bu Sri membawa Bejo ke hutan. Bejo yang masih tertidur tidak mengetahui hal itu.

Pak Karno :”Ayo bu. Cepat jalannya. Kita harus hingga di tengah hutan sebelum matahari terbit.”

Bi Sri :”Iya Pak…ibu sudah berjalan cepat.”

Sesampainya di tengah hutan…

Kurcaci :”Hei..siapa kalian? Mau apa?”

Pak Karno :”Ma..maaf, kami ingin menemui tuan Raksasa.”

Kurcaci :”Tuanku sedang sarapan, kau tak boleh mengganggunya.”

Pak Karno :”Tapi kami harus menemuinya.”

Kurcaci :”Tidak sanggup (sambil berteriak).”

Bu Sri eksklusif memgambil bibit cabai yang telah ia persiapkan dan melemparkan pada kurcaci ith hingga matanya menjadi pedas. Pak Karno dan Bu Sri segera membawa Bejo berlari menuju ke Raksasa yang sedang menyantap kuliner dengan lahapnya.

Pak Karno :”Tuan, kami tiba menemuimu.”

Raksasa :”Ada apa kalian kemari? Siapa yang mengizinkan kalian masuk? (Berbicara dengan lisan penuh dengan makanan).”

Mendengar bunyi raksasa yang begitu besar, Bejo terbangun.

Mengetahui hal tersebur sang raksasa eksklusif berteriak…

Raksasa :”Jauhkan anak itu dariku..jauhkan!”

Pak Karno :”Kenapa tuan? Bukankah dalam legenda biasanya sang raksasa meminta anak yang telah diberikannya beberapa tahun kemudian?”

Raksasa :”Tapi saya tidak menginginkan anak itu. Bawa beliau pergi!”

Pak Karno :”Oh tidak sanggup tuan… kami ke sini alasannya yaitu ingin mengembalikan anak ini.”

Bejo mulai berjalan kesana kemari sembari mengamuk mencari susu.

Raksasa :”Anak ini begitu rakus dan dagingnya pun tak enak alasannya yaitu itu saya memberikannya kepadamu.”

Pak Karno :”Jadi itu alasan kenapa tuan memberinya kepada kami?.”

Bejo yang merasa kesal dengan suasana yang menegangkan tersebut berkembang menjadi lebih menyeramkan. Ia mengamuk sejadi-jadinya. Ia tak ubahnya menyerupai raksasa hingga menciptakan Pak Karno, Bu Sri, dan Raksasa sungguhan merasa ketakutan. Mereka semua berlari menjauh namun Bejo mengejar mereka dengan cepatnya menyerupai ingin memakan mereka. Sang raksasa yang melihat bubuk cabai bertebaran eksklusif memungut bubuk itu dan melemparkan kepada Bejo. Akhirnya Bejo pun karam dalam lautan cabe, menyerupai pada legenda yang banyak diceritakan.