Tuesday, July 10, 2018

√ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)

Sejarah Kerajaan Majapahit - Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, berdiri antara tahun 1293 hingga 1500 Masehi. Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk, yang berkuasa pada tahun 1350-1389. Kerajaan Majapahit yakni kerajaan Hindu-Buddha terakhir yang menguasai Nusantara dan dianggap sebagai salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah Indonesia. Menurut Negarakertagama, kekuasaannya terbentang di Jawa, Sumatra, Semenanjung Malaya, Kalimantan, hingga Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.
 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit pada era XIV

Bukti Adanya Kerajaan Majapahit

Tidak banyak bukti fisik dari Kerajaan Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sumber utama yang dipakai oleh sejarawan merupakan Nagarakretagama dalam bahasa Jawa Kuno dan Pararaton ('Kitab Raja-raja') dalam bahasa Kawi. Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Kakawin Nagarakretagama pada tahun 2008 diakui sebagai bab dalam Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World Programme) oleh UNESCO. kemudian Pararaton berisi cerita, terutama menceritakan Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bab pendek mengenai terbentuknya Majapahit. Selain dua sumber diatas terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Menurut Guru Besar Arkeologi Asia Tenggara National University of Singapore John N. Miksic jangkauan kekuasaan Majapahit meliputi Sumatera dan Singapura bahkan Thailand yang dibuktikan dengan corak bangunan, dampak kebudayaan, candi, seni dan patung. Bahkan ada perguruan tinggi silat berjulukan Kali Majapahit yang berasal dari Filipina dengan anggotanya dari Asia dan Amerika. Silat Kali Majapahit ini mengklaim berakar dari Kerajaan Majapahit kuno yang disebut menguasai Singapura, Filipina, Selatan Thailand dan Malaysia.

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Surya Majapahit: Lambang Kerajaan Majapahit

Berdirinya Majapahit

Sebelum berdirinya Majapahit, Singhasari telah menjadi kerajaan paling besar lengan berkuasa di Jawa. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang berjulukan Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kubilai Khan murka dan kemudian memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293.

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Arca Harihara, Setengah Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Patung ini menggambarkan Raja Kertarajasa (Raden Wijaya), raja pertama Majapahit

Ketika Singasari jatuh ke tangan Jayakatwang, Raden Wijaya (menantu Kertanegara) lari ke Madura. Atas tunjangan Arya Wiraraja, ia diterima kembali dengan baik oleh Jayakatwang dan diberi sebidang tanah di Tarik (Mojokerto). 

Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah menggulingkan dan membunuh Kertanegara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memperlihatkan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang tiba menyerahkan diri. Kemudian, Wiraraja mengirim utusan ke Daha, yang membawa surat berisi pernyataan, Raden Wijaya mengalah dan ingin mengabdi kepada Jayakatwang. Jawaban dari surat di atas disambut dengan bahagia hati. Raden Wijaya kemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit, yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut.

Ketika tentara Kublai Khan menyerbu Singasari, Raden Wijaya berpura-pura membantu menyerang Jayakatwang. Namun, sehabis Jayakatwang dibunuh, Raden Wijaya berbalik menyerang tentara Mongol dan berhasil mengusirnya. pasukan mongol secara kalang-kabut kalah dan mundur lantaran mereka berada di negeri asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson semoga sanggup pulang, atau mereka terpaksa harus menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal niscaya yang dipakai sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit merupakan hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 saka yang bertepatan dengan tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Pemberontakan Ranggalawe ini didukung oleh Panji Mahajaya, Ra Arya Sidi, Ra Jaran Waha, Ra Lintang, Ra Tosan, Ra Gelatik, dan Ra Tati. Semua ini tersebut disebutkan dalam Pararaton. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melaksanakan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang tepercaya raja, semoga ia sanggup mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun sehabis selesai hidup pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan kemudian dieksekusi mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Putra dan penerus Wijaya merupakan Jayanegara. Pararaton menyebutnya Kala Gemet, yang berarti "penjahat lemah". Kira-kira pada suatu waktu dalam kurun pemerintahan Jayanegara, seorang pendeta Italia, Odorico da Pordenone mengunjungi keraton Majapahit di Jawa. Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni menentukan mengundurkan diri dari istana dan menjadi bhiksuni. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Pada tahun 1336, Tribhuwana menunjuk Gajah Mada sebagai Mahapatih, pada ketika pelantikannya Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa yang memperlihatkan rencananya untuk melebarkan kekuasaan Majapahit dan membangun sebuah kemaharajaan. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit bermetamorfosis lebih besar dan populer di kepulauan Nusantara. Tribhuwana berkuasa di Majapahit hingga selesai hidup ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.

Kejayaan Majapahit

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan tunjangan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.

Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV, daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Tumasik (Singapura) dan sebagian kepulauan Filipina. Sumber ini memperlihatkan batas terluas sekaligus puncak kejayaan Kemaharajaan Majapahit.

Namun, batasan alam dan ekonomi memperlihatkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut sepertinya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga mempunyai hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bab selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan lantaran didorong alasan politik, Hayam Wuruk berhasrat mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisurinya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memperlihatkan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan balasannya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda sanggup dibinasakan secara kejam. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melaksanakan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali dan juga naskah Carita Parahiyangan. Kisah tersebut disinggung dalam Pararaton tetapi tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Kakawin Nagarakretagama yang disusun tahun 1365 menyebutkan budaya keraton yang adiluhung, anggun, dan canggih, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus dan tinggi, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Sang pujangga menggambarkan Majapahit sebagai sentra mandala raksasa yang membentang dari Sumatera ke Papua, yang meliputi Semenanjung Malaya dan Maluku. Tradisi lokal di banyak sekali daerah di Nusantara masih mencatat kisah legenda mengenai kekuasaan Majapahit. Administrasi pemerintahan eksklusif oleh kerajaan Majapahit hanya meliputi wilayah Jawa Timur dan Bali, di luar daerah itu hanya semacam pemerintahan otonomi luas, pembayaran upeti berkala, dan akreditasi kedaulatan Majapahit atas mereka.

Pada tahun 1377, beberapa tahun sehabis selesai hidup Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan maritim untuk menumpas pemberontakan di Palembang. Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada banyak sekali pulau dan kadang kala menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya yakni mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada ketika inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki daerah ini.

Jatuhnya Majapahit

Sesudah mencapai puncaknya pada era ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit memasuki masa kemunduran akhir konflik perebutan takhta. Pewaris Hayam Wuruk merupakan putri mahkota Kusumawardhani, yang menikahi sepupunya sendiri, pangeran Wikramawardhana. Hayam Wuruk juga mempunyai seorang putra dari selirnya Wirabhumi yang juga menuntut haknya atas takhta. Perang saudara yang disebut Perang Paregreg diperkirakan terjadi pada tahun 1405-1406, antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Perang ini balasannya dimenangi Wikramawardhana, semetara Wirabhumi ditangkap dan kemudian dipancung. Tampaknya perang saudara ini melemahkan kendali Majapahit atas daerah-daerah taklukannya di seberang.

Pada kurun pemerintahan Wikramawardhana, serangkaian ekspedisi maritim Dinasti Ming yang dipimpin oleh laksamana Cheng Ho, seorang jenderal muslim China, tiba di Jawa beberapa kali antara kurun waktu 1405 hingga 1433. Sejak tahun 1430 ekspedisi Cheng Ho ini telah membuat komunitas muslim China dan Arab di beberapa kota pelabuhan pantai utara Jawa, menyerupai di Semarang, Demak, Tuban, dan Ampel; maka Islam pun mulai mempunyai pijakan di pantai utara Jawa.

Wikramawardhana memerintah hingga tahun 1426, dan diteruskan oleh putrinya, Ratu Suhita, yang memerintah pada tahun 1426 hingga 1447. Ia merupakan putri kedua Wikramawardhana dari seorang selir yang juga putri kedua Wirabhumi. Pada 1447, Suhita mangkat dan pemerintahan dilanjutkan oleh Kertawijaya, adik laki-lakinya. Ia memerintah hingga tahun 1451. Setelah Kertawijaya wafat, Bhre Pamotan menjadi raja dengan gelar Rajasawardhana dan memerintah di Kahuripan. Ia wafat pada tahun 1453 AD. Terjadi jeda waktu tiga tahun tanpa raja akhir krisis pewarisan takhta. Girisawardhana, putra Kertawijaya, naik takhta pada 1456. Ia kemudian meninggal pada 1466 dan diganti oleh Singhawikramawardhana. kemudian tahun 1468 pangeran Kertabhumi memberontak terhadap Singhawikramawardhana dan ia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja Majapahit.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim sudah mulai memasuki Nusantara. Pada selesai era ke-14, dampak Majapahit di seluruh Nusantara mulai berkurang. Pada ketika bersamaan, sebuah kerajaan perdagangan gres yang berdasarkan Islam muncul, yaitu Kesultanan Malaka. Di bab kemaharajaan yang mulai runtuh ini, Majapahit tak kuasa lagi membendung kebangkitan Kesultanan Malaka yang pada pertengahan era ke-15 mulai menguasai Selat Malaka dan melebarkan kekuasaannya ke Sumatera. Sementara itu beberapa jajahan dan daerah taklukan Majapahit di daerah lainnya di Nusantara, satu per satu mulai melepaskan diri dari kekuasaan Majapahit.

Setelah mengalami kekalahan dalam perebutan kekuasaan dengan Bhre Kertabumi, Singhawikramawardhana mengasingkan diri ke pedalaman di Daha (bekas ibu kota Kerajaan Kediri) dan terus melanjutkan pemerintahannya di sana hingga digantikan oleh putranya Ranawijaya pada tahun 1474. Tahun 1478 Ranawijaya mengalahkan Kertabhumi dengan cara memanfaatkan ketidakpuasan umat Hindu maupun Budha atas kebijakan Bhre Kertabumi serta mempersatukan kembali Majapahit menjadi satu kerajaan. Ranawijaya memerintah pada kurun waktu 1474 hingga 1498 dengan gelar Girindrawardhana hingga ia digulingkan oleh Patih Udara. Akibat konflik dinasti ini, Majapahit menjadi lemah dan mulai bangkitnya kekuatan kerajaan Demak yang didirikan oleh keturunan Bhre Wirabumi di pantai utara Jawa.

Waktu berakhirnya Kemaharajaan Majapahit berkisar pada kurun waktu tahun 1478 (tahun 1400 saka, berakhirnya era dianggap sebagai waktu lazim pergantian dinasti dan berakhirnya suatu pemerintahan) hingga tahun 1518. Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon yakni tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041, yaitu tahun 1400 Saka, atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini yakni “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun yang bahwasanya digambarkan oleh candrasengkala tersebut yakni gugurnya Bhre Kertabumi, raja ke-11 Majapahit, oleh Girindrawardhana. Raden Patah yang ketika itu merupakan adipati Demak sebetulnya berupaya membantu ayahnya dengan mengirim bala bantuan dipimpin oleh Sunan Ngudung, tapi mengalami kekalahan bahkan Sunan Ngudung meninggal di tangan Raden Kusen adik Raden Patah yang memihak Ranawijaya hingga para dewan wali menyarankan Raden Fatah untuk meneruskan pembangunan masjid Demak.

Hal ini diperkuat oleh prasasti Jiyu dan Petak, Ranawijaya mengaku bahwa ia telah mengalahkan Kertabhumi dan memindahkan ibu kota ke Daha (Kediri). Peristiwa ini memicu perang antara Ranawijaya dengan Kesultanan Demak, lantaran penguasa Demak yakni keturunan Kertabhumi. Sebenarnya perang ini sudah mulai mereda ketika Patih Udara melaksanakan perebutan kekuasaan ke Girindrawardhana dan mengakui kekuasan Demak bahkan menikahi anak termuda Raden Patah, tetapi peperangan berkecamuk kembali ketika Prabu Udara meminta tunjangan Portugis. Sehingga pada tahun 1518, Demak melaksanakan serangan ke Daha yang mengakhiri sejarah Majapahit dan ke Malaka. Sejumlah besar abdi istana, seniman, pendeta, dan anggota keluarga kerajaan mengungsi ke pulau Bali. Pengungsian ini kemungkinan besar untuk menghindari pembalasan dan sanksi dari Demak akhir selama ini mereka mendukung Ranawijaya melawan Kertabhumi.

Dengan jatuhnya Daha yang dihancurkan oleh Demak pada tahun 1518, kekuatan kerajaan Islam pada awal era ke-16 balasannya mengalahkan sisa kerajaan Majapahit. Demak dibawah pemerintahan Raden (kemudian menjadi Sultan) Patah (Fatah), diakui sebagai penerus kerajaan Majapahit. Menurut Babad Tanah Jawi dan tradisi Demak, legitimasi Raden Patah lantaran ia merupakan putra raja Majapahit Brawijaya V dengan seorang putri China.

Catatan sejarah Tiongkok, Portugis (Tome Pires), dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus, penguasa dari Kesultanan Demak, antara tahun 1518 dan 1521 M. Demak memastikan posisinya sebagai kekuatan regional dan menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di tanah Jawa. Saat itu sehabis keruntuhan Majapahit, sisa kerajaan Hindu yang masih bertahan di Jawa hanya tinggal kerajaan Blambangan di ujung timur, serta Kerajaan Sunda yang beribukota di Pajajaran di bab barat. Perlahan-lahan Islam mulai menyebar seiring mundurnya masyarakat Hindu ke pegunungan dan ke Bali. Beberapa kantung masyarakat Hindu Tengger hingga kini masih bertahan di pegunungan Tengger, daerah Bromo dan Semeru.

Perkembangan politik

Pemerintahan Kertarajasa
Untuk meredam kemungkinan terjadinya pemberontakan, Raden Wijaya (Kertarajasa) melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut.
  • Mengawini empat putri Kertanegara dengan tujuan mencegah terjadinya perebutan kekuasaan antaranggota keluarga raja. Putri sulung Kertanegara, Dyah Sri Tribhuaneswari, dijadikan permaisuri dan putra dari ijab kabul tersebut Jayanegara, dijadikan putra mahkota. Putri bungsu Kertanegara, Dyah Dewi Gayatri dijadikan Rajapatni. Dari putri ini, Kertarajasa mempunyai dua putri, Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhani diangkat menjadi Bhre Kahuripan dan Rajadewi Maharajasa diangkat menjadi Bhre Daha. Adapun kedua putri Kertanegara lainnya yang dinikahi Kertarajasa yakni Dyah Dewi Narendraduhita dan Dyah Dewi Prajnaparamita. Dari kedua putri ini, Kertarajasa tidak mempunyai putra.

  • Memberikan kedudukan dan hadiah yang pantas kepada para pendukungnya, misalnya, Lurah Kudadu memperoleh tanah di Surabaya dan Arya Wiraraja diberi kekuasaan atas daerah Lumajang hingga Blambangan. Kepemimpinan Kertarajasa yang cukup bijaksana menjadikan kerajaan menjadi kondusif dan tenteram. Ia wafat pada tahun 1309 dan dimakamkan di Sumping (Blitar) sebagai Syiwa dan di Antahpura (dalam kota Majapahit) sebagai Buddha. Arca perwujudannya yakni Harikaya, yaitu Wisnu dan Syiwa digambarkan dalam satu arca. Penggantinya yakni Jayanegara.

Pemerintahan Jayanegara
Masa pemerintahan Jayanegara dipenuhi pemberontakan akhir kepemim- pinannya kurang berwibawa dan kurang bijaksana. Pemberontakan-pemberontakan itu sebagai berikut.
  • Pemberontakan Ranggalawe pada tahun 1231. Pemberontakan ini sanggup dipadamkan pada tahun 1309.
  • Pemberontakan Lembu Sora pada tahun 1311.
  • Pemberontakan Juru Demung (1313) disusul Pemberontakan Gajah Biru.
  • Pemberontakan Nambi pada tahun 1319. Nambi yakni Rakryan Patih Majapahit sendiri.
  • Pemberontakan Kuti pada tahun 1319. Pemberontakan ini adalah yang paling besar dan berbahaya. Kuti berhasil menduduki ibu kota kerajaan sehingga Jayanegara terpaksa melarikan diri ke daerah Bedander. Jayanegara kemudian dilindungi oleh pasukan Bhayangkari pimpinan Gajah Mada. Berkat kepemimpinan Gajah Mada, Pemberontakan Kuti sanggup dipadamkan. 

Namun, meskipun banyak sekali pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan, Jayanegara justru meninggal akhir dibunuh oleh salah seorang tabibnya yang berjulukan Tanca. Ia kemudian dimakamkan di candi Singgapura di Kapopongan.

Pemerintahan Tribhuwanatunggadewi
Oleh lantaran Jayanegara tidak berputra, sementara Gayatri sebagai Rajapatni telah menjadi biksuni, takhta Kerajaan Majapahit kemudian diserahkan kepada Tribhuwanatunggadewi Jayawisnuwardhana (1328 – 1350) yang menjalankan pemerintahan dibantu oleh suaminya (Kertawardhana). Masa pemerintahan Tribhuwanatunggadewi diwarnai permasalahan dalam negeri, yakni meletusnya Pemberontakan Sadeng. Pemberontakan ini sanggup dipadamkan oleh Gajah Mada yang pada ketika itu gres saja diangkat menjadi Patih Daha.

Pemerintahan Hayam Wuruk
Tribhuwanatunggadewi terpaksa turun takhta pada tahun 1350 alasannya yakni Rajapatni Dyah Dewi Gayatri wafat. Penggantinya yakni putranya yang berjulukan Hayam Wuruk yang lahir pada tahun 1334. Hayam Wuruk naik takhta pada usia 16 tahun dengan gelar Rajasanegara. Dalam menjalankan pemerintahan, ia didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada.

Dalam kitab Negarakertagama disebutkan bahwa pada zaman Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan dan mempunyai wilayah yang sangat luas. Luas kekuasaan Majapahit pada ketika itu hampir sama dengan luas negara Republik Indonesia sekarang. Namun, sepeninggal Gajah Mada yang wafat pada tahun 1364, Hayam Wuruk tidak berhasil mendapatkan penggantinya yang setara. Kerajaan Majapahit pun mulai mengalami kemunduran. Kondisi Majapahit berada di ambang kehancuran ketika Hayam Wuruk juga wafat pada tahun 1389. Sepeninggalnya, Majapahit sering dilanda perang saudara dan satu per satu daerah kekuasaan Majapahit pun melepaskan diri. Seiring dengan itu, muncul kerajaan-kerajaan Islam di pesisir. Pada tahun 1526, Kerajaan Majapahit runtuh sehabis diserbu oleh pasukan Islam dari Demak di bawah pimpinan Raden Patah.

Kebudayaan

Nagarakretagama menyebutkan budaya keraton yang adiluhung dan anggun, dengan cita rasa seni dan sastra yang halus, serta sistem ritual keagamaan yang rumit. Peristiwa utama dalam kalender tata negara digelar tiap hari pertama bulan Caitra (Maret-April) ketika semua utusan dari semua wilayah taklukan Majapahit tiba ke istana untuk membayar upeti atau pajak. Kawasan Majapahit secara sederhana terbagi dalam tiga jenis: keraton termasuk daerah ibu kota dan sekitarnya; wilayah-wilayah di Jawa Timur dan Bali yang secara eksklusif dikepalai oleh pejabat yang ditunjuk eksklusif oleh raja; serta wilayah-wilayah taklukan di kepulauan Nusantara yang menikmati otonomi luas. Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan populer dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan setiap tahun. Agama Buddha, Siwa, dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit, dan raja dianggap sekaligus titisan Buddha, Siwa, maupun Wisnu. Nagarakertagama sama sekali tidak menyinggung perihal Islam, akan tetapi sangat mungkin terdapat beberapa pegawai atau abdi istana muslim ketika itu.

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Gapura Bajang Ratu, salah satu gerbang masuk di ibu kota Majapahit.

"Dari semua bangunan, tidak ada tiang yang luput dari tabrakan halus dan warna indah" [Dalam lingkungan dikelilingi tembok] "terdapat pendopo bagus beratap ijuk, indah bagai pemandangan dalam lukisan... Kelopak bunga katangga gugur tertiup angin dan bertaburan di atas atap. Atap itu bagaikan rambut gadis yang berhiaskan bunga, menyenangkan hati siapa saja yang memandangnya".
Gambaran ibu kota Majapahit kutipan dari Nagarakertagama.

"..Raja [Jawa] mempunyai bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini mempunyai istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bab dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya."
Gambaran Majapahit berdasarkan Mattiussi (Pendeta Odorico da Pordenone).

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya: "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatera, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan. Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Kristen di Asia Tengah. Pada 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatera, kemudian mengunjungi Jawa dan Banjarmasin. Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330.

Di buku ini ia menyebut kunjungannya di Jawa tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Disebutkan raja Jawa menguasai tujuh raja bawahan. Disebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkeh, kemukus, pala, dan banyak sekali rempah-rempah lainnya. Ia menyebutkan istana raja Jawa sangat glamor dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia juga menyebutkan raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kerajaan Jawa yang disebutkan di sini tak lain merupakan Majapahit yang dikunjungi pada suatu waktu dalam kurun 1318-1330 pada masa pemerintahan Jayanegara.

Ekonomi

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Pajak dan denda dibayarkan dalam uang tunai. Ekonomi Jawa telah sebagian mengenal mata uang semenjak era ke-8 pada masa kerajaan Medang yang memakai butiran dan keping uang emas dan perak. Sekitar tahun 1300, pada masa pemerintahan raja pertama Majapahit, sebuah perubahan moneter penting terjadi: keping uang dalam negeri diganti dengan uang "kepeng" yaitu keping uang tembaga impor dari China. Pada November 2008 sekitar 10.388 keping koin China kuno seberat sekitar 40 kilogram digali dari halaman belakang seorang penduduk di Sidoarjo. Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur memastikan bahwa koin tersebut berasal dari era Majapahit. Alasan penggunaan uang logam atau koin abnormal ini tidak disebutkan dalam catatan sejarah, akan tetapi kebanyakan jago menduga bahwa dengan semakin kompleksnya ekonomi Jawa, maka diharapkan uang pecahan kecil atau uang receh dalam sistem mata uang Majapahit semoga sanggup dipakai dalam kegiatan ekonomi sehari-hari di pasar Majapahit. Peran ini tidak cocok dan tidak sanggup dipenuhi oleh uang emas dan perak yang mahal.
 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Celengan zaman Majapahit

Beberapa citra mengenai skala ekonomi dalam negeri Jawa ketika itu dikumpulkan dari banyak sekali data dan prasasti. Prasasti Canggu yang berangka tahun 1358 menyebutkan sebanyak 78 titik perlintasan berupa tempat bahtera penyeberangan di dalam negeri (mandala Jawa). Prasasti dari masa Majapahit menyebutkan banyak sekali macam pekerjaan dan spesialisasi karier, mulai dari pengrajin emas dan perak, hingga penjual minuman, dan jagal atau tukang daging. Meskipun banyak di antara pekerjaan-pekerjaan ini sudah ada semenjak zaman sebelumnya, namun proporsi populasi yang mencari pendapatan dan bermata pencarian di luar pertanian semakin meningkat pada era Majapahit. Menurut catatan Wang Ta-Yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada ketika itu ialah lada, garam, kain, dan burung abang tua, sedangkan komoditas impornya yakni mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik, dan barang dari besi. Mata uangnya dibentuk dari adonan perak, timah putih, timah hitam, dan tembaga. Selain itu, catatan Odorico da Pordenone, biarawan Kristen Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321, menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan tambahan emas, perak, dan permata.

Kemakmuran Majapahit diduga lantaran dua faktor.
  • Faktor pertama; lembah sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas di dataran rendah Jawa Timur utara sangat cocok untuk pertanian padi. Pada masa jayanya Majapahit membangun banyak sekali infrastruktur irigasi, sebagian dengan dukungan pemerintah.
  • Faktor kedua; pelabuhan-pelabuhan Majapahit di pantai utara Jawa mungkin sekali berperan penting sebagai pelabuhan pangkalan untuk mendapatkan komoditas rempah-rempah Maluku. Pajak yang dikenakan pada komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.

Nagarakretagama menyebutkan bahwa kemashuran penguasa Wilwatikta telah menarik banyak pedagang asing, di antaranya pedagang dari Khmer, China, Siam dan India. Pajak khusus dikenakan pada orang abnormal terutama yang menetap semi-permanen di Jawa dan melaksanakan pekerjaan selain perdagangan internasional. Majapahit mempunyai pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun banyak sekali tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Uang Gobog Majapahit

Struktur pemerintahan

Dalam struktur pemerintahan di Majapahit, raja dianggap sebagai penjelmaan tuhan dan memegang kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan. Roda pemerintahan dijalankan raja dibantu oleh putra raja, kerabat raja, dan beberapa pejabat pemerintah. Sebelum menduduki jabatan raja, putra mahkota biasanya diberi kekuasaan sebagai raja muda (Rajakumara atau Yuwaraja). Contohnya, sebelum dinobatkan menjadi raja, Hayam Wuruk lebih dahulu diangkat sebagai Rajakumara yang berkedudukan di Jimna. dalam struktur pemerintahannya Majapahit mempunyai struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk.

Raja dibantu oleh dewan pertimbangan kerajaan atau Bhatara Saptaprabu. Tugas forum ini yakni memperlihatkan pertimbangan-pertimbangan kepada raja. Anggota dewan ini merupakan para sanak saudara raja. Untuk masalah-masalah keagamaan, raja dibantu oleh dewan yang disebut Dharmadyaksa. Dharmadyaksa ri Kasainan bertugas menangani urusan agama Syiwa dan Dharmadyaksa ri Kasogatan bertugas menangani urusan agama Buddha. Para pejabat keagamaan ini dibantu oleh tujuh Dharma Upapati, yaitu Sang Panget i Tirwan, i Kandamulri, i Mangkuri, i Paratan, i Jambi, i Kandangan Rase, dan i Kandangan Atuha. Selain sebagai pejabat keagamaan, mereka juga merupakan kelompok cendekiawan.

Tiga forum pemerintahan tingkat atas di Majapahit sebagai berikut.
  • Sapta Prabu, merupakan sebuah dewan kerajaan. Anggota dewan ini yakni keluarga raja yang bertugas mengurusi soal keluarga raja, penggantian mahkota, dan urusan-urusan negara yang bekerjasama dengan kebijaksanaan negara.
  • Dewan Menteri Besar, mendapatkan perintah raja. Anggotanya berjumlah lima orang dan dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Dewan ini bertugas mengepalai urusan tata negara merangkap urusan angkatan perang dan kebijaksanaan.
  • Dewan Menteri Kecil, melanjutkan perintah raja. Beranggotakan tiga orang dan bertugas sebagai pelaksana kebijaksanaan raja.

Raja Majapahit juga dibantu oleh tiga mahamenteri, yakni i Hino, i Halu, dan i Sirikan. Biasanya yang diangkat untuk menduduki jabatan ini yakni putra raja. Mahamenteri i Hino mempunyai kedudukan paling tinggi lantaran di samping mempunyai hubungan erat dengan raja, ia juga sanggup mengeluarkan prasasti-prasasti. Para mahamenteri ini dibantu oleh para Rakryan Mantri atau sekelompok pejabat tinggi kerajaan yang merupakan tubuh pelaksana pemerintahan. Badan ini terdiri atas lima orang, yaitu Patih Amangkubumi, Rakyan Tumenggung, Rakryan Demung, Rakryan Rangga, dan Rakryan Kanuruhan. Kelima pejabat ini disebut Sang Panca ri Wilwatikta atau Mantri Amancanegara.

Aparat birokrasi

Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan, dengan para putra dan kerabat bersahabat raja mempunyai kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat di bawahnya, antara lain yaitu:
  • Rakryan Mahamantri Katrini, biasanya dijabat putra-putra raja
  • Rakryan Mantri ri Pakira-kiran, dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
  • Dharmmadhyaksa, para pejabat aturan keagamaan
  • Dharmma-upapatti, para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini sanggup dikatakan sebagai perdana menteri yang bahu-membahu raja sanggup ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu, terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja, yang disebut Bhattara Saptaprabhu.

Pembagian wilayah

Dalam pembentukannya, kerajaan Majapahit merupakan kelanjutan Singhasari, terdiri atas beberapa daerah tertentu di bab timur maupun bab tengah Jawa. Daerah ini diperintah oleh uparaja yang biasah disebut Paduka Bhattara yang mempunyai gelar Bhre atau "Bhatara i". Gelar ini merupakan gelar tertinggi darah biru kerajaan. Biasanya posisi ini hanyalah untuk kerabat bersahabat raja. Tugas mereka yakni untuk mengelola kerajaan mereka, memungut pajak, dan mengirimkan upeti ke pusat, dan mengelola pertahanan di perbatasan daerah yang mereka pimpin.

Selama masa pemerintahan Hayam Wuruk (1350 s.d. 1389) ada 12 wilayah di Majapahit, yang dikelola oleh kerabat bersahabat raja. Hierarki dalam pengklasifikasian wilayah di kerajaan Majapahit dikenal sebagai berikut:
  • Bhumi: kerajaan, diperintah oleh Raja
  • Nagara: diperintah oleh rajya (gubernur), atau natha (tuan), atau bhre (pangeran atau bangsawan)
  • Watek: dikelola oleh wiyasa,
  • Kuwu: dikelola oleh lurah,
  • Wanua: dikelola oleh thani,
  • Kabuyutan: dusun kecil atau tempat sakral.

Saat Majapahit memasuki era kemaharajaan Thalasokrasi ketika pemerintahan Gajah Mada, beberapa negara bab di luar negeri juga termasuk dalam bulat dampak Majapahit, sebagai hasilnya, konsep teritorial yang lebih besar pun terbentuk:
Negara Agung, atau Negara Utama, inti kerajaan. Area awal Majapahit atau Majapahit Lama selama masa pembentukannya sebelum memasuki era kemaharajaan. Yang termasuk area ini yakni ibukota kerajaan dan wilayah sekitarnya dimana raja secara efektif menjalankan pemerintahannya. Area ini meliputi setengah bab timur Jawa, dengan semua provinsinya yang dikelola oleh para Bhre (bangsawan), yang merupakan kerabat bersahabat raja.

Mancanegara, area yang melingkupi Negara Agung. Area ini secara eksklusif dipengaruhi oleh kebudayaan Jawa, dan wajib membayar upeti tahunan. Akan tetapi, area-area tersebut biasanya mempunyai penguasa atau raja pribumi, yang kemungkinan membentuk komplotan atau menikah dengan keluarga kerajaan Majapahit. Kerajaan Majapahit menempatkan birokrat dan pegawainya di tempat-tempat ini dan mengatur kegiatan perdagangan luar negeri mereka dan mengumpulkan pajak, namun mereka menikmati otonomi internal yang cukup besar. Wilayah Mancanegara termasuk di dalamnya seluruh daerah Pulau Jawa lainnya, Madura, Bali, dan juga Dharmasraya, Pagaruyung, Lampung dan Palembang di Sumatra.

Nusantara, ialah area yang tidak mencerminkan kebudayaan Jawa, tetapi termasuk ke dalam koloni dan mereka harus membayar upeti tahunan. Mereka menikmati otonomi yang cukup luas dan kebebasan internal, dan Majapahit tidak merasa penting untuk menempatkan birokratnya atau tentara militernya di sini; akan tetapi, tantangan apa pun yang terlihat mengancam ketuanan Majapahit atas wilayah itu akan menuai reaksi keras. Termasuk dalam area ini yakni kerajaan kecil dan koloni di Maluku, Kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, dan Semenanjung Malaya.

Ketiga kategori itu masuk ke dalam bulat dampak Kerajaan Majapahit. Akan tetapi Majapahit juga mengenal lingkup keempat yang didefinisikan sebagai hubungan diplomatik luar negeri:
Mitreka Satata, yang secara harafiah berarti "mitra dengan tatanan (aturan) yang sama". Hal itu memperlihatkan negara independen luar negeri yang dianggap setara oleh Majapahit, bukan sebagai bawahan dalam kekuatan Majapahit. Menurut Negarakertagama pupuh 15, bangsa abnormal yakni Syangkayodhyapura (Ayutthaya di Thailand), Dharmmanagari (Kerajaan Nakhon Si Thammarat), Marutma, Rajapura dan Sinhanagari (kerajaan di Myanmar), Kerajaan Champa, Kamboja (Kamboja), dan Yawana (Annam). Mitreka Satata sanggup dianggap sebagai aliansi Majapahit, lantaran kerajaan abnormal di luar negeri menyerupai China dan India tidak termasuk dalam kategori ini meskipun Majapahit telah melaksanakan hubungan luar negeri dengan kedua bangsa ini.

Pola kesatuan politik khas sejarah Asia Tenggara purba menyerupai ini kemudian diidentifikasi oleh sejarahwan modern sebagai "mandala", yaitu kesatuan yang politik ditentukan oleh sentra atau inti kekuasaannya daripada perbatasannya, dan sanggup tersusun atas beberapa unit politik bawahan tanpa integrasi administratif lebih lanjut. Daerah-daerah bawahan yang termasuk dalam lingkup mandala Majapahit, yaitu wilayah Mancanegara dan Nusantara, umumnya mempunyai pemimpin orisinil penguasa daerah tersebut yang menikmati kebebasan internal cukup luas. Wilayah-wilayah bawahan ini meskipun sedikit-banyak dipengaruhi Majapahit, tetap menjalankan sistem pemerintahannya sendiri tanpa terintegrasi lebih lanjut oleh kekuasaan sentra di ibu kota Majapahit. Pola kekuasaan mandala ini juga ditemukan dalam kerajaan-kerajaan sebelumnya, menyerupai Sriwijaya dan Angkor, serta mandala-mandala tetangga Majapahit yang sezaman; Ayutthaya dan Champa.

Raja-raja Majapahit

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Silsilah wangsa Rajasa, keluarga penguasa Singhasari dan Majapahit.

Para penguasa Majapahit yakni penerus dari keluarga kerajaan Singhasari, yang dirintis oleh Sri Ranggah Rajasa, pendiri Wangsa Rajasa pada selesai era ke-13. Berikut yakni daftar penguasa Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
  • Raden Wijaya (Gelar: Kertarajasa Jayawardhana) 1293 - 1309
  • Kalagamet (Sri Jayanagara) 1309 - 1328
  • Sri Gitarja (Tribhuwana Wijayatunggadewi) 1328 - 1350
  • Hayam Wuruk (Sri Rajasanagara) 1350 - 1389
  • Wikramawardhana 1389 - 1429
  • Suhita (Dyah Ayu Kencana Wungu) 1429 - 1447
  • Kertawijaya (Brawijaya I) 1447 - 1451
  • Rajasawardhana (Brawijaya II) 1451 - 1453
  • Purwawisesa atau Girishawardhana (Brawijaya III) 1456 - 1466
  • Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa (Brawijaya IV) 1466 - 1468
  • Bhre Kertabumi (Brawijaya V) 1468 - 1478
  • Girindrawardhana (Brawijaya VI) 1478 - 1498 Patih Udara 1498 - 1518

Peninggalan Kerajaan Majapahit

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Terakota wajah yang dipercaya sebagai potret Gajah Mada

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Bidadari Majapahit, arca emas apsara gaya Majapahit menggambarkan zaman kerajaan Majapahit.

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Patung penjaga gerbang era ke-14 dari kuil Majapahit.

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Tampilan model kapal Majapahit

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Arca pertapa Hindu dari masa Majapahit akhir.

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Arca dewi Parwati sebagai perwujudan anumerta Tribhuwanottunggadewi, ratu Majapahit ibunda Hayam Wuruk.

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Candi Bajang Ratu

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Candi Brahu

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Candi Gentong

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Candi Tikus

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Candi Wringin Lawang

 Majapahit merupakan sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur √ Sejarah Kerajaan Majapahit (Lengkap)
Situs Candi Kedaton

Kerajaan Majapahit
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR


Sumber http://www.markijar.com/