Kata fraktur seringkali kita dengar, istilah ini lebih sering digunakan oleh para petugas medis dan jika dikalangan orang awam istilah fraktur lebih dikenal dengan nama patah tulang. Kalau ditinjau dari segi medis fraktur atau patah tulang mempunyai arti terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi alasannya ialah tekanan pada tulang yang berlebihan.
Salah satu penanganan awal yang biasa dilakukan untuk gangguan muskuluskletal yang satu ini (fraktur) ialah traksi. traksi mempunyai pengertian tahanan yang digunakan dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Traksi digunakan untuk meminimalkan spame otot, untuk mereduksi, mensjajarkan, dan mengimubilisasi fraktur; untuk mengurangi deformitas, dan untuk menambah ruangan di antara kedua permukaan patahan tulang.
Jenis-jenis traksi
Traksi terbagi menjadi dua macam yaitu traksi kulit dan traksi tulang.
1. Traksi Kulit
Traksi kulit memakai plaster lebar yang direkatkan pada kulit dan diperkuat dengan perban elastis. Berat maksimum yang sanggup diberikan ialah 5 kg yang merupakan batas toleransi kulit.
Metode Traksi Kulit
Metode traksi kulit terdiri dari beberapa macam yaitu :
a. Traksi Panggul
Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka.
b. Traksi Ekstension (Buck’s Extention)
Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.
c. Traksi Cervikal
Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala.
d. Traksi Russell’s
Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadang-kadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bab bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan.
Traksi ini dibentuk sebuah bab depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula.
e. Traksi khusus untuk anak-anak
Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan hingga 2 ahad atau lebih, hingga tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha sanggup dilatih secara aktif.
Indikasi traksi kulit
jenis traksi kulit ini lebih baik dan pas digunakan dengan indikasi - indikasi yang timbul pada penderita diantaranya :
- Traksi kulit merupakan terapi pilihan pada fraktur femur dan beberapa fraktur suprakondiler humeri anak-anak.
- Pada reduksi tertutup dimana manipulasi dan imobilisasi tidak sanggup dilakukan.
- Merupakan pengobatan sementara pada fraktur sambil menunggu terapi definitif.
- Fraktur-fraktur yang sangat infeksi dan tidak stabil contohnya fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak.
- Untuktraksi pada spasme otot atau pada kontraktur sendi contohnya sendi lutut dari panggul.
- Untuk traksi pada kelainan-kelainan tulang belakang menyerupai hernia nukleus pulposus (HNP) atau spasme otot-otot tulang belakang.
Komplikasi traksi kulit
Adapun komplikasi yang sanggup ditimbulkan dari penggunaan metode traksi kulit antara lain :
- Penyakit trombo emboli.
- Abersi, infeksi serta alergi pada kulit.
2. Traksi tulang / skeletal
Traksi tulang / skeletal biasanya memakai kawat Krischner ( K-wire) atau batang dari Steinmann lokasi-lokasi tertentu,yaitu : Proksimal tibia, Kondilus femur, Olekranon, Kalkaneus (jarang dilakukan alasannya ialah komplikasinya), Traksi pada tengkorak, Trokanter mayor, Bagian distal metakarpal.
Metode Traksi Tulang
Metode traksi tulang terbagi menjadi beberapa macam yaitu
a. Traksi tulang dengan memakai kerangka dari Bohler Braun pada fraktur orang dewasa
b. Thomas splint dengan pegangan lutut atau alat traksi dari Pearson
c. Traksi tulang pada olekranon, pada fraktur humerus
d. Traksi yang digunakan pada tulang tengkorak contohnya Gradner Well Skull Calipers, Crutchfield cranial tong
Indikasi traksi tulang :
Traksi tulang atau skeletal digunakan untuk beberapa indikasi berikut :
- Apabila dibutuhkan traksi yang lebih berat dari 5 kg.
- Traksi pada bawah umur yang lebih besar.
- Pada fraktur yang bersifat tidak stabil, oblik atau komunitif.
- Fraktur-faktur tertentu pada tempat sendi.
- Fraktur terbuka dengan luka yang sangat buruk dimana fiksasi eksterna tidak sanggup dilakukan.
- Dipergunakan sebagai traksi pribadi pada traksi yang sangat berat contohnya dislokasi panggul yang usang sebagai persiapan terapi definitif.
Komplikasi traksi tulang :
Beberapa komplikasi yang sanggup ditimbulkan saat memakai metode traksi tulang pada fraktur ialah sebagai berikut :
- Infeksi, contohnya infekis melalui kawat/pin yang digunakan.
- Kegagalan penyambungan tulang (nonunion) jawaban traksi yang berlebihan.
- Luka jawaban tekanan contohnya Thomas splint pada tuberositas tibia.
- Parese saraf jawaban traksi yang berlebihan (overtraksi) atau bila pin mengenai saraf.
Prinsip traksi
Baik traksi kulit maupun traksi tulang mempunyai prinsip biar sanggup memperoleh hasil yang kita inginkan.
- setiap pemasangan traksi harus memperkirakan adanya kontratraksi atau gaya yang bekerja dengan arah yang berlawanan. kontratraksi tersebut harus dipertahankan biar traksi tetap efektif. Traksi harus berkesinambungan biar reduksi dan imobilisasi fraktu efektif. Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya diberikan sebagai traksi intermiten.
- Traksi skelet dihentikan terputus.
- Pemberat dihentikan diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
- Setiap faktor yang sanggup mengurangi tarikan atau mengubah garis resultanta tarikan harus dihilangkan.
- Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan sentra tempat tidur saat traksi dipasang.
- Tali dihentikan macet.
- Pemberat harus tergantung bebas dan dihentikan terletak pada tempat tidur atau lantai.
- Simpul pada tali atau telapak kaki dihentikan menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.