Thursday, July 13, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Pneumonia Lengkap, Download Pdf Dan Doc

Selamat tiba kembali teman-teman perawat seIndonesia, terima kasih masih setia mengunjungi blog kecil kami ini, semoga selalu sehat dan sejahtera.

Pada kesenmpatan kali ini akan kami bagikan laporan pendahuluan / LP Pneumonia lengkap dan disusun menurut rujukan terbaru, yang bertujuan untuk membantu teman-teman sejawat sekalian dalam menuntaskan kiprah laporan pendahuluan, askep ataupun makalah dalam menjalani proses akademik keperawatan.

Laporan pendahuluan / LP pneumonia yang kami bagikan ini sangat lengkap hingga konsep asuhan keperawatan, jadi teman-teman sekalian hanya tingga mengeditnya saja sesuai dengan kebutuhan.

Laporan pendahuluan / LP pneumonia ini kami bagikan dalam dua format, yaitu doc dan pdf. Yang bisa teman-teman sejawat sekalian d0wnl0ad diakhir artikel ini pada link tautan yang telah kami sediakan.


Laporan Pendahuluan Pneumonia

Definisi

Pneumonia yakni peradangan paru dimana asinus paru terisi cairan radang dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga interstisium. (secara anatomis sanggup timbul pneumonia lobaris maupun lobularis / bronchopneumonia.

Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan yang terbanyak didapatkan dan sering merupakan penyebab selesai hidup hampir di seluruh dunia. Di Indonesia menurut survei kesehatan rumah tangga tahun 1986 yang dilakukan Departemen Kesehatan, pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi akut saluran nafas, merupakan penyakit yang banyak dijumpai.


Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya pneumonia :

Diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia yaitu :

1. Mekanisme pertahanan paru

Paru berusaha untuk mengeluarkan banyak sekali organisme yang terhirup menyerupai partikel debu dan bahan-bahan lainnya yang terkumpul di dalam paru. Beberapa bentuk prosedur ini antara lain: bentuk anatomis saluran pernafasan, reflek batuk, system mukosilier, juga system fagositosis yang dilakukan oleh sel-sel tertentu dengan memakan partikel-partikel yang mencapai permukaan alveoli.
Bila fungsi ini berjalan baik, maka materi infeksi yang bersifat infeksius sanggup dikeluarkan dare saluran nafas, sehingga pada orang sehat tidak akan terjadi infeksi serius. Infeksi saluran nafas berulang terjadi aakibat banyak sekali komponen system pertahanan paru yang tidak bekerja dengan baik.

2. Kolonisasi kuman di saluran nafas

Di dalam saluran nafas atas banyak kuman yang bersifat kosal. Bila jumlah mereka semakin meningkat dan mencapai suatu konsentrasi yang cukup, kuman ini kemudian masuk ke saluran nafas bawah dan paru, dan akhir kegagalan prosedur pencucian saluran nafas keadaan ini akan bermanifestasi sebagai penyakit.

Mikroorganisme yang tidak sanggup melekat pada permukaan mukosa saluran nafas akan ikut dengan sekresi saluran nafas dan terbawa bersama prosedur pembersihan, sehingga tidak terjadi kolonisasi. Proses penempelan organisme pada permukaan mukosa saluran nafas tergantung dare system pangemalan mikroorganisme tersebut oleh sel eputel.

3. Pembersihan saluran nafas terhadap materi infeksius

Saluran nafas bawah dan paru berulangkali dimasuki oleh banyak sekali mikroorganisme dare saluran nafas atas, akan tetapi tidak menimbulkan sakit, ini meninjukkan adanya suatu prosedur pertahanan paru yang efisien sehingga sanggup menyapu higienis mikroorganisme sebelum mereka bermultiplikasi dan menimbulkan penyakit.

Pertahanan paru terhadap hal-hal yang berbahaya dan infeksius berupa reflek batuk, penyempitan saluran nafas dengan kontraksi otot polos bronkus pada awal terjadinya proses peradangan, juga dibantu oleh respon imunitas humoral.


Etiologi

Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi sanggup juga oleh bahan-bahan lain, sehingga dikenal:
  1. Lipid pneumonia : oleh lantaran aspirasi minyak mineral
  2. Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia menyerupai berilium
  3. Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung allergen, menyerupai debu dare parik-pabrik gula yang mengandung spora dare actynomicetes thermofilik.
  4. Drug Reaction Pneumonitis : nitrofurantion, busulfan, methotrexate
  5. Pneumonia lantaran radiasi sinar rontgen
  6. Pneumonia yang sebabnya tidak terang : desquamative interstitial pneumonia, eosinofilik pneumonia
  7. Microorganisme
GROUP
PENYEBAB
TYPE PNEUMONIA
Bacteri







Aktinomyctes


Fungi





Riketsia

Klamidia

Mikoplasma

Virus


Protozoa 
Streptococcos pneumonia
Streptococcus piogenes
Stafilococcus aureus
Klebsiella pneumonia
Eserikia koli
Yersinia pestis
Legionnaires bacillus

A. Israeli
Nokardia asteroids

Kokidioides imitis
Histoplasma kapsulatum
Blastomises dermatitidis
Aspergillus
Fikomisetes

Koksiella Burnetty

Chlamidia psittaci

Mikoplasma pneumonia

Infulensa virus, adenovirus respiratory syncytial
Pneumosistis karini
Pneumonia bacteri





Legionnaires disease

Aktinomikosis pulmonal
Nokardiosis pulmonal

Kokidioidomikosis
Histoplasmosis
Blastomikosis
Aspergilosis
Mukormikosis

Q  Fever

Psitakosis,Ornitosis

Pneumonia mikoplasmal

Pneumonia virus


Pneumonia pneumistis (pneumonia plasma sel)


Gambaran Klinis

Gambaran klinis biasanya didahului olek infeksi saluran nafas akut serpihan atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, suhu tubuh kadang kala melebihi 40 derajat C, sakit tenggorok, nyeri otot dan sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang kala berdarah.

Pada investigasi fisik dada terlihat serpihan sakit tertinggal waktu bernafas dengan bunyi nafas bronchial kadang kala melemah. Didapatkan ronki lembap halus, yang kemudian menjadi ronki lembap berangasan pada stadium resolusi.

  1. Community Acquired Pneumonia yaitu, pneumonia yang didapatkan di masyarakat, terjadinya infeksi di luar rumah sakit.
  2. Hospital Acquirted Pneumonia yaitu, pneumonia yang didapat selama penderita dirawat di rumah sakit. Hampir 1 % dare penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan pneumonia selama dalam perawatan dan 1/3nya mungkin akan meninggal. Demikian pula halnya dengan penderita yang dirawat di ICU lebih dare 60 % menderita pneumonia.
  3. Pneumonia in the immunocompromised host yaitu, yang terjadi akhir terganggunya system kekebalan tubuh. Macula ini semakin meningkat dengan penggunaan obat-obatan sitotoksik dan imunosupresif, hal ini akhir dare merningkatnya kemajuan di bidang pengobatan penyakit keganasan dan transplantasi organ.

Gambaran Patogenesis

Dalam keadaan sehat, paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadan ini disebabkan oleh adanya mekanismer pertahanan paru. Terdapatnya kuman di dalam paru merupakan akhir ketidakseimbangan antara daya than tubuh, mikroorganisme, dan lingkuingan sehingga mikroorganisme sanggup berkembang biak dan berakibat timbulnya sakit.

Masuknya mikroorganisme ke saluran nafas dan paru sanggup melalui banyak sekali cara, yaitu :
  • Inhalsi eksklusif dare udara
  • Aspirasi dare bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orfaring
  • Perluasan eksklusif dare tempat-tempat lain
  • Penyebaran secara hematogen

Gambaran patologis dalam batas-batas tertentu, tergantung pada penyebabnya. Di antaranya yaitu :

1. Pneumonia bakteri

Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi sanggup diklasifikasikan menurut anatomi. Terdapat konsolidasi dare seluruh lobus pada pneumonia lobaris, sedangkan pneumonia lobularis atau broncopneumonia memperlihatkan penyebaran tempat infeksi yang berbecak dengan diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus.

2. Pneumonia Pneumokokus

Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus atau saliva. Lobus paru bawah paling sering terserrang, lantaran imbas gaya tarik bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus, maka pneumokokus menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dare 4 stadium yang berurutan :
  • kongesti (4-12 jam pertama)eksudat serusa masuk dalam alveolus-alveolus dare pembuluh darah yang bocor dan dilatasi
  • hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan tampak bergranula lantaran sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveolus-alveolus
  • hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-parub tampak abu-abu lantaran leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang.
  • Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh mikrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula.

Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba, disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna menyerupai karat. Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai komplikasi dan jaringan yang rusak sanggup diperbaiki kemabali. Komplikasi ihwal sering terjadi yakni efusi plura ringan. Adanya bakterimia mempengaruhi prognosis pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya lokalisasi proses paru-paru yang tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin berupa lesi metastatik yang sanggup menimbulkan keadaan menyerupai meningitis, endokariditis bacterial dan peritonitis. Sudah ada vaksin untuk merlawan pneumonia pneumokokus. Biasanya diberikan pada mereka yang memiliki resiko fatal yang tinggi, menyerupai anemia sickle-sell, multiple mietoma, sindroma nefrotik, atau diabetes mellitus.

3. Pneumonia Stafilokokus

Mempunyai prognosis buruk walaupun diobati dengan antibiotika. Pneumonia ini menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan sering timbul komplikasi menyerupai benjol paru-paru dan empiema. Merupakan infeksi sekunder yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lemah dan paling sering mengakibatkan broncopneumonia.

4. Pneumonia Klebsiella / Friedlander

Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, risikonya menderita pneumonia kronik disertai obstruksi progresif paru-paru yang risikonya menimbulkan kelumpuhan pernafasannya. Jenis ini yang khas yaitu, pembentukan sputum kental menyerupai sele kismis merah (red currant jelly). Kebanyakan terjadi pada lelaki usia pertengahan atau tua, pecandu alcohol kronik atau yang menderita penyakit kronik lainnya.

5. Pneumonia pseudomonas

Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit atau yang mnenderita supresi system pertahanan tubuh (misalnya mereka yang menderita leukemia atau transplantasi ginjal yang mendapatkan obat imunosupresif takaran tinggi). Seringkali disebabkan lantaran terkotori peralatan ventilasi.

6. Pneumonia Virus

Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat dalam dinding alveolus meskipun rongga alveolar sendiri bebas dare eksudat dan tidak ada konsolidasi. Pneumonia virus 50 % dare semua pneuminia akut ditandai oleh tanda-tanda sakit kepala, demam dan rasa sakit pada otot-otot yang menyeluruh, rasa lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak menimbulkan kerusakan paru-paru yang permanen. Pengobatan pneumonia virus bersifat sympomatik dan paliatif, lantaran antibiotik tidak efektif terhadap virus. Juga sanggup menimbulkan pneumonitis berbecak yang fatal atau pneumonitis difus.

7. Pneumonia Mikoplasma

Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis interstitial. Sangat gampang menular tidak menyerupai pneumonia virus, sanggup memperlihatkan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin.

8. Pneumonia Aspirasi

Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia yang diakibatkannya sebagian bersifat kimia, lantaran diakibatkan oleh reaksi terhadap asam lambung, dan sebagian bersifat bacterial, lantaran disebabkan oleh organisme yang mendiami verbal atau lambung. Aspirasi paling sering terjadi selama atau setelah anestesi (terutama pada pasien obstretik dan pembedahan darurat lantaran kurang persiapan pembedahan), pada belum dewasa dan pada setiap pasien yang disertai aksentuasi reflek batuk atau reflek muntah. Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak sanggup menimbulkan selesai hidup yang tiba-tiba, lantaran adanya obstruksi, sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit sanggup menimbulkan oedema paru-paru yang menyebar luas dan kegagalan pernafasan. Beratnya respon peradangan lebih tergantung dare pH dare zaat yang diaspirasikan. Aspirasi pneumonia selalu terjadi apabila pH dan zat yang diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumpnia sering menimbulkan kompliokasi abses, bronchiectase, dan gangrean. Muntah bukan sarat masuknya isi lambung kedalam cabang tracheobronchial, lantaran regurgitasi sanggup juga terjadi secara rahasia pada pasien yang diberi anestesi. Paling penting pasien harus ditempatkan pada posisi yang sempurna semoga secret orofarengeal sanggup keluar dare mulut.

9. Pneumonia Hypostatik

Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh nafas yang dangkal dan terus menerus dalam posisi yang sama.

Daya tarik bumi mengakibatkan darah tertimbun pada serpihan bawah paru dan infeksi membantu timbulnya pneumonia yang sesungguhnya

10. Pneumonia Jamur

Tidak sesering bakteri. Beberapa jamur sanggup mengakibatkan penyakit paru supuratif granulomentosa yang seringkali disalah tafsirkan sebagai TBC. Banyak dare infeksi jamur bersifat endemic pada tempat tertentu. Contohnya di US, hystoplasmosis (barat serpihan tengah dan timur), koksibiodomikosis (barat daya) dan blastomikosis (tenggara). Spora jamur ini ditemukan dalam tanah dan terinhalasi. Spora yang terbawa masuk kebagian paru yang lebih difagositosis terjadi reaksi peradangan disertai pembentukan kaverne. Semua perubahan patologis ini menyerupai sekali dengan TBC sehingga perbedaan kurang sanggup ditentukan dengan menemukan dan pembiakan jamur dare jaringan paru.tes serologi serta tes hypersensitifitas kulit yang lambat belum mengambarkan tanda konkret hingga beberapa ahad setelah terjadi infeksi, bahkan pada penyakit yang berat tes mungkin negatif. Pneumonia jamur sering menimbulkan komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut, terutama pada penyakit yang sangat berat, contohnya Ca atau leukemia, candida alicans yakni sejenis ragi yang sering ditemukan pada sputum orang yang sehat dan sanggup menyerang jaringan paru. Penggunaan antibiotik yang usang juga sanggup mengubah tanaman normal tubuh dan memungkinkan infasi candida. Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk infeksi jamur pada paru. 


Patofisiologi

Pneumonia bakterial menyerang baik ventilasi maupun difusi. Suatu reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumokokus terjadi pada alveoli dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih, kebanyakan neutrofil, juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang biasanya mengandung udara. Area paru tidak menerima ventilasi yang cukup lantaran sekresi, edema mukosa, dan bronkospasme, mengakibatkan oklusi parsial bronki atau alveoli dengan menimbulkan penurunan tahanan oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpirau dari sisi kanan ke sisi kiri jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak teroksigenasi ini risikonya menimbulkan hipoksemia arterial.

Sindrom Pneumonia Atipikal. Pneumonia yang berkaitan dengan mikoplasma, fungus, klamidia, demam-Q, penyakit Legionnaires’. Pneumocystis carinii, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia atipikal.

Pneumonia mikoplasma yakni penyebab pneumonia atipikal primer yang paling umum. Mikoplasma yakni organisme kecil yang dikelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel. Organisme ini tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia mikoplasma paling sering terjadi pada belum dewasa yang sudah besar dan cukup umur muda.

Pneumonia kemungkinan ditularkan oleh droplet pernapasan yang terinfeksi, melalui kontak dari individu ke individu. Pasien sanggup diperiksa terhadap antibodi mikoplasma.

Inflamasi infiltrat lebih kepada interstisial ketimbang alveolar. Pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan, termasuk bronkiolus. Secara umum, pneumonia ini memiliki ciri-ciri bronkopneumonia. Sakit pendengaran dan miringitis bulous merupakan hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal sanggup menimbulkan masalah-masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi menyerupai yang diuraikan dalam pneumonia bakterial.

Fathway


Untuk file fathway dalam bentuk ms word bisa edit silahkan ambil DISINI




Pemeriksaan Laboratorium


Pada investigasi laboratorium terdapat peningkatan jumlah leucosit, biasanya > 10.000/µl kadang mencapai 30.000 kalau disebabkan virus atau mikoplasma jumlah leucosit sanggup normal, atau menurun dan pada hitung jenis leucosit terdapat pergeseran kekiri juga terjadi peningkatan LED. Kultur darah sanggup konkret pada 20 – 25 pada penderita yang tidak diobatai. Kadang didapatkan peningkatan ureum darah, akan tetapi kteatinin masih dalah batas normal. Analisis gas darah mengambarkan hypoksemia dan hypercardia, pada stadium lanjut sanggup terjadi asidosis respiratorik.




Gambaran Radiologi


Foto toraks merupakan investigasi penunjang yang sangat penting. Foto toraks saja tidak sanggup secara khas memilih penyebab pneumonia, hanya merupakan petunjuk kearah diagnosis etiologi. Gambaran konsolidasi dengan air bronchogram (pneumonia lobaris), tersering disebabkan oleh streptococcus pneumonia. Gambaran radiologis pada pneumonia yang disebabkan clebsibella sering menunjukan  adanya konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan, kadang sanggup mengenai beberapa lobus. Gambaran lainya sanggup berupa bercak daan cavitas. Kelainan radiologis lain yang khas yaitu penebalan (bulging) fisura inter lobar. Pneumonia yang disebabkan kuman pseudomonas sering memperlihatkan adanya infiltrasi bilateral atau citra bronchopneumonia. Firus dan mycoplasma sering mengakibatkan pneumonia interstisial terutama radang sptum alveola. Pada investigasi radiologis terlihat citra retikuler yang difus.

Penatalaksanaan
  1. Koreksi kelainan yang mendasari.
  2. Tirah baring.
  3. Obat-obat simptomatis seperti: parasetamol (pada hipereksia), morfin (pada nyeri hebat).
  4. Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit dengan batuan infus, dekstrose 5%,normal salin atau RL.
  5. Pemilihan obat-obat anti infeksi: tergantung kuman penyebab.
  6. Pertahankan jalan nafas
  7. oksigenasi

Konsep Asuhan Keperawatan Pneumonia

Pengkajian

Aktivitas/istirahat
  • Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia.
  • Tanda: Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

Sirkulasi
  • Gejala: Riwayat adany/GJK kronis.
  • Tanda: Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.

Integritas ego
  • Gejala: Banyaknya stresor, problem finansial.

Makanan/cairan
  • Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, riwayat diabetes melitus.
  • Tanda: Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk, penampilan kakeksia (malnutrisi).

Neurosensori
  • Gejala: Sakit kepala tempat frontal (influenza).
  • Tanda: Perubahan mental (bingung, somnolen).

Nyeri/keamanan
  • Gejala: Sakit kepala, nyeri dada (pleuritik), meningkat oleh batuk; nyeri dada substernal (influenza), mialgia, artralgia.
  • Tanda: Melindungi area yang sakit (pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

Pernapasan
  • Gejala: Riwayat adanya/ISK kronis, PPOM, merokok sigaret, takpnea, dispnea progresif, pernapasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
  • Tanda: Sputum: merah muda, berkarat, atau purulen, perkusi: pekak di atas area yang konsolidasi, fremitus: taktil dan vokal sedikit demi sedikit meningkat dengan konsolidasi, ukiran friksi pleural, bunyi napas: menurun atau tak ada di atas area yang terlibat, atau napas bronkial, warna: pucat atau sianosis bibir/kuku.

Keamanan
  • Gejala: Riwayat gangguan sistem imun, mis: SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi, institusionalisasi, ketidakmampuan umum, demam (mis: 38, 5-39,6oC).
  • Tanda: Berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan mungkin ada pada kasus rubeola atau varisela.

Penyuluhan/pembelajaran
  • Gejala: Riwayat mengalami pembedahan; penggunaan alkohol kronis. 
  • Pertimbangan: DRG memperlihatkan rerata usang dirawat: 6,8 hari. 
  • Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan diri, kiprah pemeliharaan rumah, oksigen mungkin dibutuhkan bila ada kondisi pencetus.

Diagnosa Keperawatan

  1. Bersihan jalan nafas tidak efektif  bekerjasama dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)
  2. Gangguan pertukaran gas bekerjasama dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 : 166)
  3. Pola nafas tidak efektif  bekerjasama dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :177)
  4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bekerjasama dengan kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172)
  5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang bekerjasama dengan toksin kuman busuk dan rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)
  6. Intoleransi aktifitas bekerjasama dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari. (Doenges, 1999 : 170)

Intervensi

Diagnosa.1

Bersihan jalan nafas tidak efektif bekerjasama dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Tujuan :
  • Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas higienis dan jelas
  • Pasien sanggup melaksanakan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
  • Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/ jelas
  • Menunjukkan sikap untuk memperbaiki bersihan jalan nafas 
  • Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
  • Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya: mengi, krekels dan ronki. Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif sanggup dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas adventisius
  • Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi. Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan sanggup ditemukan pada penerimaan atau selama stres/ adanya proses infeksi akut. Pernafasan sanggup melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
  • Berikan posisi yang nyaman buat pasien, contohnya posisi semi fowler. Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk bernafas
  • Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir. Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara
  • Observasi karakteristik batik, bantu tindakan untuk memoerbaiki keefektifan upaya batuk. Rasional: Batuk sanggup menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah setelah perkusi dada.
  • Berikan air hangat sesuai toleransi jantung. Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan mempermudah pengeluaran.

Diagnosa. 2

Gangguan pertukaran gas bekerjasama dengan perubahan membran alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman oksigen.

Tujuan :
  • Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
  • Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
  • Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi :
  • kaji frekuensi, kedalaman, dan akomodasi pernafasan. Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum
  • Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya sianosis. Rasional :Sianosis memperlihatkan vasokontriksi atau respon tubuh terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
  • Kaji status mental. Rasional :Gelisah, gampang terangsang, resah sanggup memperlihatkan hipoksemia.
  • Awsi frekuensi jantung/ irama. Rasional :Takikardi biasanya ada lantaran akhir adanya demam/ dehidrasi.
  • Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk mengurangi demam dan menggigil. Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler.
  • Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam, dan batuk efektif. Rasional :Tindakan ini meningkatkan wangsit maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki ventilasi.
  • Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan indikasi. Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

Diagnosa. 3

Pola nafas tidak efektif bekerjasama dengan proses inflamasi dalam alveoli

Tujuan:
  • Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal dan paru jelas/ bersih
Intervensi :
  • Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan perluasan dada. Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi, perluasan dada terbatas.
  • Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius. Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat obstruksi kecil.
  • Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi. Rasional :Duduk tinggi memungkinkan perluasan paru dan memudahkan pernafasan.
  • Observasi pola batuk dan huruf sekret. Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan mengindikasikan adanya kelainan.
  • Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif. Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
  • Kolaborasi pemberian oksigen tambahan. Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
  • Berikan humidifikasi tambahan. Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret untuk memudahkan pembersihan.
  • Bantu fisioterapi dada, postural drainage. Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.

Diagnosa. 4

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit bekerjasama dengan kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi :
  • Kaji perubahan tanda vital, pola :peningkatan suhu, takikardi,, hipotensi. Rasional :Untuk memperlihatkan adnya kekurangan cairan sisitemik
  • Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah). Rasional :Indikator eksklusif keadekuatan masukan cairan
  • Catat lapporan mual/ muntah. Rasional :Adanya tanda-tanda ini menurunkan masukan oral
  • Pantau masukan dan haluaran urine. Rasional :Memberikan informasi ihwal keadekuatan volume cairan dan kebutuhan penggantian
  • Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi. Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan

Diagnosa. 5

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.

Tujuan :
  • Menunjukkan peningkatan nafsu makan
  • Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Intervensi :
  • Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah. Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
  • Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin, bantu kebersihan mulut. Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan pasien dan sanggup menurunkan mual.
  • Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum makan. Rasional :Menurunkan imbas mual yang bekerjasama dengan pengobatan ini.
  • Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen. Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai akhir menelan udara dan memperlihatkan imbas toksin kuman pada saluran gastro intestinal
  • Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering atau makanan yang menarik untuk pasien. Rasional :Tindakan ini sanggup meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali
  • Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat tubuh dasar. Rasional :Adanya kondisi kronis sanggup menimbulkan malnutrisi, rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya responterhadap terapi 

Diagnosa. 6

Intoleransi aktifitas bekerjasama dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas hidup sehari-hari.

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Intervensi :
  • Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas. Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi 
  • Berikan lingkungan yang hening dan batasi pengunjung selama fase akut. Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
  • Jelaskan pentingnya istitahat dalam planning pengobatan dan perlunya keseimbamgan kegiatan dan istirahat. Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan kebutuhan metabolik
  • Bantu kegiatan perawatan diri yang diperlukan. Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen

Daftar Pustaka
  • Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
  • Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
  • Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
  • Jan Tambayonmg (2000), Patofisiologi Unutk Keperawatan, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
  • Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
  • Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
  • Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
Silahkan d0wnl0ad file laporan pendahuluan pneumonia lengkap format doc dan pdf melalui link dibawah :
Link Alternatif
Demikian Laporan pendahuluan Pneumonia lengkap, pdf dan doc semoga sanggup membantu sahabat sejawat sekalian. terima kasih

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com