Sunday, May 21, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Waham Lengkap Download Doc Dan Pdf

Teman sejawat dimanapun berada baik yang masih dalam pendidikan maupun yang sudah bekerja, pada postingan kali ini akan kami bagikan laporan pendahuluan waham, yaitu salah satu kiprah keperawatan yang berbentuk makalah perihal ilmu keperawatan jiwa.

Laporan pendahuluan / LP waham ini merupakan salah satu kiprah yang menjadi salah satu pilihan sebagai kiprah untuk menuntaskan stage keperawatan jiwa. Dari itu supaya bisa membantu teman-teman perawat sekalian kali ini kami bagikan laporan pendahuluan waham yang telah kami susun dengan lengkap mulai dari tinjauan teori hingga konsep askep menurut beberapa refferensi terpercaya.

Untuk mempermudah sahabat perawat sekalian laporan pendahuluan waham ini kami buat dalam format doc dan pdf, yang bisa did0wnl0ad dan diedit sesuai dengan kebutuhan.

Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan / LP waham doc dan pdf telah kami sediakan link unduhan diakhir artikel yang bisa teman-teman sekalian gunakan.

Laporan pendahuluan Waham

Pengertian

Waham ialah keyakinan seseorang yang menurut evaluasi realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.(Budi Anna Keliat, 2006)

Gangguan isi pikir sanggup diidentifikasi dengan adanya waham. Waham atau ilusi ialah kenyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain yang bertentangan dengan realita normal.(Stuart dan Sudden, 2004)

Penyebab

Penyebab secara umum dari waham ialah ganguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah dimanifestasikan dengan perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan.

Akibat

Akibat dari waham klien sanggup mengalami kerusakan komunikasi lisan yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya ialah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Proses Terjadinya Waham

Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :

1. Fase Lack of Human need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham sanggup terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melaksanakan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi sebab sangat pentingnya legalisasi bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan ketika tumbuh kembang ( life span history ).

2. Fase lack of self esteem

Tidak ada tanda legalisasi dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, ketika lingkungan sudah banyak yang kaya, memakai teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta mempunyai kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal  yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan ialah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien ialah sesuatu yang sangat berat, sebab kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut belum terpenuhi semenjak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba menunjukkan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat sebab besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi  tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan legalisasi klien tidak merugikan orang lain.

4. Fase environment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menimbulkan klien merasa didukung, usang kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran sebab seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa ketika berbohong.

5. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada ketika klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa kemudian atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham sanggup menimbulkan bahaya diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

Faktor Prediposisi WAHAM
  1. Genetis : diturunkan, adanya keanehan perkembangan sistem saraf yang berafiliasi dengan respon biologis yang maladaptif.
  2. Neurobiologis :  adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
  3. Neurotransmitter : keanehan pada dopamine, serotonin dan glutamat.
  4. Virus : paparan virus influensa pada trimester III
  5. Psikologis :  ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
Faktor Presipitasi WAHAM
  1. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
  2. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
  3. Adanya tanda-tanda pemicu

Rentang respon neurobiologi :

Manifestasi Klinis WAHAM

klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( perihal agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya ) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan, klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak sempurna menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah tegang, gampang tersinggung.

a. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)

Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan pengorganisasian bicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)

b. Fungsi persepsi

Depersonalisasi dan halusinasi

c. Fungsi emosi

Afek tumpul à kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen

d. Fungsi motorik

Imfulsif atau gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik atau gerakan yang diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.

e. Fungsi sosial : kesepian

Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.

f. Dalam tatanan keperawatan jiwa respon neurobiologis yang sering muncul ialah gangguan isi pikir : waham dan gangguan persepsi sensori : halusinasi.


Klasifikasi Waham

Klasifikasi waham sanggup dibedakan menurut beberapa jenis mencakup :
  1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia mempunyai kebesaran atau kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya tambang emas.”
  2. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya sebab mereka iri dengan kesuksesan saya.”
  3. Waham agama: individu mempunyai keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus memakai pakaian putih setiap hari.”
  4. Waham somatic: individu meyakini bahwa badan atau cuilan tubuhnya terganggu atau terjangkit penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada investigasi laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus menyampaikan bahwa ia sakit kanker).
  5. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini ialah roh-roh”.
  6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam pikirannya.
  7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang beliau pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut
  8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya.

Kategori Waham :
  1. Waham sistematis: konsisten,  menurut pemikiran mungkin  terjadi walaupun hanya secara  teoritis.
  2. Waham nonsistematis: tidak  konsisten, yang secara logis dan  teoritis tidak mungkin

Penatalaksanaan WAHAM
  1. Psikofarmakologi
  2. Pasien hiperaktif / agitasi anti psikotik low potensial
  3. penarikan diri high potensial
  4. ECT tipe katatonik
  5. Psikoterapi
  6. Perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif

Pohon masalah

Konsep Asuhan Keperawatan

Masalah keperawatan :
  1. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
  2. Kerusakan komunikasi : verbal
  3. Perubahan isi pikir : waham
  4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah. 
Data yang perlu dikaji :

a. Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan 

Data subjektif 
Klien memberi kata-kata ancaman, menyampaikan benci dan kesal pada seseorang, klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya kalau sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak bisa mengendalikan diri

Data objektif
Mata merah, wajah agak merah, nada bunyi tinggi dank eras, bicara menguasai, ekspresi marah, pandangan tajam, merusak dan melempar barang-barang.

b. Kerusakan komunikasi : verbal 

Data subjektif

klien mengungkapkan sesuatu yang tidak realistik 

Data objektif

Flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata kurang

c. Perubahan isi piker : waham ( ………….)

Data subjektif :

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( perihal agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.

Data objektif :

Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak sempurna menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, gampang tersinggung

d. Gangguan harga diri rendah 

Data subjektif
Klien menyampaikan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan aib terhadap diri sendiri

Data objektif
klien terlihat lebih suka sendiri, resah bila disuruh menentukan alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup


Diagnosa Keperawatan
  1. Kerusakan komunikasi lisan berafiliasi dengan waham
  2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan  berafiliasi dengan waham
  3. Perubahan isi  pikir : waham(……………..)berhubungan dengan harga diri rendah.

Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan1

Kerusakan komunikasi lisan berafiliasi dengan waham

Tujuan umum : Klien tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal

Tujuan khusus :

1. Klien sanggup membina kekerabatan saling percaya dengan perawat. Rasional : kekerabatan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran kekerabatan interaksinya

Tindakan :
  • Bina hubungan. saling percaya: salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang terang topik, waktu, tempat).
  • Jangan membantah dan mendukung waham klien: katakan perawat mendapatkan keyakinan klien "saya mendapatkan keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati,  tidak membicarakan isi waham klien.
  • Yakinkan klien berada dalam keadaan kondusif dan terlindungi: katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di daerah yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
  • Observasi apakah wahamnya mengganggu acara harian dan perawatan diri
2. Klien sanggup mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. Rasional :  dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.

Tindakan :
  • Beri kebanggaan pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
  • Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu kemudian dan ketika ini yang realistis.
  • Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya ketika ini (kaitkan dengan acara sehari   hari dan perawatan diri).
  • Jika klien selalu bicara perihal wahamnya, dengarkan hingga kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
3. Klien sanggup mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Rasional : dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat sanggup merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan kien tersebut sehungga klien merasa nyaman dan aman

Tindakan :
  • Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
  • Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
  • Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
  • Tingkatkan acara yang sanggup memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat agenda kalau mungkin).
  • Atur situasi biar klien tidak mempunyai waktu untuk memakai wahamnya.
4. Klien sanggup berafiliasi dengan realitas. Rasional : menghadirkan realitas sanggup membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien sanggup menghilangkan waham yang ada.

Tindakan :
  • Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, daerah dan waktu).
  • Sertakan klien dalam terapi acara kelompok : orientasi realitas.
  • Berikan kebanggaan pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien
5. Klien sanggup memakai obat dengan benar. Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan menghipnotis proses penyembuhan dan menunjukkan imbas dan imbas samping obat

Tindakan :
  • Diskusikan dengan kiten perihal nama obat, dosis, frekuensi, imbas dan efek    samping minum obat.
  • Bantu klien memakai obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,    dosis, cara dan waktu).
  • Anjurkan klien membicarakan imbas dan imbas samping obat yang dirasakan.
  • Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
6. Klien sanggup pertolongan dari keluarga. Rasional : pertolongan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien 

Tindakan :
  • Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang: gejala  waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan  follow up obat.
  • Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga
Diagnosa Keperawatan 2: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berafiliasi dengan waham

Tujuan Umum:

Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan Khusus:

1. Klien sanggup membina kekerabatan saling percaya.

Tindakan:
  • Bina kekerabatan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
  • Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
  • Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.
  • Beri perhatian dan penghargaan : sahabat klien walau tidak menjawab.
2. Klien sanggup mengidentifikasi penyebab sikap kekerasan.

Tindakan:
  • Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
  • Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
  • Dengarkan ungkapan rasa murka dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.
3. Klien sanggup mengidentifikasi tanda tanda sikap kekerasan.
Tindakan :
  • Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan ketika jengkel/kesal.
  • Observasi tanda sikap kekerasan.
  • Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
4. Klien sanggup mengidentifikasi sikap kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
  • Anjurkan mengungkapkan sikap kekerasan yang biasa dilakukan.
  • Bantu bermain kiprah sesuai dengan sikap kekerasan yang biasa dilakukan.
  • Tanyakan “apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?”
5. Klien sanggup mengidentifikasi jawaban sikap kekerasan.

Tindakan:
  • Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
  • Bersama klien menyimpulkan jawaban dari cara yang digunakan.
  • Tanyakan apakah ingin mempelajari cara gres yang sehat.
6. Klien sanggup mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.
Tindakan :
  • Beri kebanggaan kalau mengetahui cara lain yang sehat.
  • Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam kalau sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
  • Secara lisan : katakan bahwa anda sedang murka atau kesal / tersinggung
  • Secara spiritual : berdo’a, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
7. Klien sanggup mengidentifikasi cara mengontrol sikap kekerasan.

Tindakan:
  • Bantu menentukan cara yang paling tepat.
  • Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
  • Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
  • Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
  • Anjurkan memakai cara yang telah dipilih ketika jengkel / marah.
8. Klien mendapat pertolongan dari keluarga.

Tindakan :
  • Beri pendidikan kesehatan perihal cara merawat klien melalui pertemuan keluarga.
  • Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
9. Klien sanggup memakai obat dengan benar (sesuai program).
Tindakan:
  • Diskusikan dengan klien perihal obat (nama, dosis, frekuensi, imbas dan imbas samping)
  • Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat, dosis, cara dan waktu).
  • Anjurkan untuk membicarakan imbas dan imbas samping obat yang dirasakan.
Diagnosa Keperawatan 3: Perubahan isi pikir : waham ( …….. ) berafiliasi dengan harga diri rendah

Tujuan umum :

Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat harga dirinya.

Tujuan khusus :

1. Klien sanggup membina kekerabatan saling percaya

Tindakan :
  • Bina kekerabatan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang terang (waktu, daerah dan topik pembicaraan)
  • Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
  • Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
  • Katakan kepada klien bahwa dirinya ialah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta bisa menolong dirinya sendiri
2. Klien sanggup mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
  • Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
  • Hindarkan memberi evaluasi negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi kebanggaan yang realistis
  • Klien sanggup menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien sanggup menilai kemampuan yang sanggup digunakan

Tindakan :
  • Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
  • Diskusikan pula kemampuan yang sanggup dilanjutkan sehabis pulang ke rumah
4. Klien sanggup tetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan :
  • Rencanakan bersama klien acara yang sanggup dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
  • Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
  • Beri pola cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien sanggup melaksanakan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Tindakan :
  • Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
  • Beri kebanggaan atas keberhasilan klien
  • Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien sanggup memanfaatkan sistem pendukung yang adA

Tindakan :
  • Beri pendidikan kesehatan pada keluarga perihal cara merawat klien
  • Bantu keluarga memberi pertolongan selama klien dirawat
  • Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
  • Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Daftar Pustaka
  • Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003
  • Keliat Budi A. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta: EGC. 1999
  • Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung: RSJP.2000
  • Townsend M.C. Diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri; anutan untuk pembuatan planning keperawatan. Jakarta: EGC. 1998
  • …………..Pelatihan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Semarang. 20 – 22 Novembr 2004.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan waham doc dan pdf, dibawah.
Link Alternatif
Demikian Laporan pendahuluan / LP waham lengkap d0wnl0ad doc dan pdf kami bagikan semoga bisa menjadi refferensi bagi sahabat - sahabat sejawat dalam pembuatan tugas-tugas keperawatan jiwa. Terima Kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com