Seluruh alam semesta tersusun dari beberapa unsur kimia yang saling berkaitan satu dengan lainnya membentuk suatu komponen penyusun yang bersifat kompleks. Susunan – susunan tersebut tidak hanya terdiri atas suatu komponen sejenis saja, tetapi juga berkaitan dengan unsur atau komponen yang berbeda sampai mencapai titik keseimbangan. Tidak hanya itu saja, insiden atau insiden yang ada di alam semesta tidak terlepas juga dari suatu proses yang berjulukan siklus. Seperti yang kita ketahui bila siklus yakni suatu proses dari awal mula suatu unsur terbentuk untuk kemudian berkembang bahkan berubah bentuk kemudian kembali lagi menjadi sebuah unsur menyerupai pertama kali terbentuk.
Adanya siklus menjadi mengambarkan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta akan selalu berubah bentuk demi menjaga keseimbangan. Setidaknya ada aneka macam macam siklus di alam semesta ini menyerupai siklus hidrologi (air), siklus nitrogen, siklus fosfor, siklus belerang, siklus karbon dan masih banyak lainnya. Siklus – siklus tersebut akan terus berulang setiap saat. Pada pembahasan kali ini akan dijelaskan mengenai apa itu siklus karbon dan bagaimana prosesnya. Yuk kita simak bersama – sama.
Pengertian Siklus Karbon
Sesuai dengan namanya, karbon mempunyai tugas penting di dalam siklus ini. Selain itu, karbon juga merupakan salah satu unsur kimia terpenting bagi keseluruhan acara makhluk hidup yang tinggal di Planet Bumi. Tidak hanya acara yang dilakukan setiap makhluk hidup saja yang menghasilkan karbon, makhluk hidup sendiri termasuk insan mempunyai unsur karbon di dalamnya. Lalu apa itu siklus karbon?
Siklus karbon merupakan suatu pedoman karbon yang melewati semua belahan di dalam sistem Planet Bumi baik berupa tumbuhan, hewan, sampai insan dan prosesnya terjadi secara alami. Siklus karbon juga sanggup dikatakan sebagai siklus biogeokimia dan terjadi pertukaran karbon pada biosfer, hidrosfer, geosfer, sampai atmosfer bumi. Selain itu, siklus karbon merupakan suatu siklus penyimpanan dan juga perpindahan unsur karbon yang terjadi antara atmosfer (udara), makhluk hidup (biosfer), geosfer (tanah) serta hidrosfer (air).
Di dalam siklus karbon terdapat 4 resevoir karbon utama yaitu atmosfer, biosfer termasuk freshwater system dan meterial non hayati organik (karbon tanah), lautan (karbon anorganik terlarut, biota maritim hayati dan non hayati), dan sedimen (bahan bakar fosil). Semua proses pertukaran karbon tersebut tidak terlepas dari proses fisika, kimia, geologi, sampai biologi. Kita harus tahu bila karbon terbesar berada di atmosfer bumi yaitu dalam bentuk gas karbon dioksida (CO2).
Proses Siklus Karbon
Ada aneka macam macam proses dari siklus karbon. Namun secara umum siklus karbon sanggup terjadi pada proses fotosistesis. Seperti yang kita ketahui bila fotosintesis merupakan proses pembuatan kuliner pada tumbuhan dengan santunan sinar matahari. Proses fotosintesis termasuk ke dalam siklus karbon pendek. Tidak hanya tumbuhan saja yang melaksanakan siklus karbon pendek, tetapi juga fitoplankton.
Proses fotosintesis sendiri dimulai dari pengambilan gas karbondioksida yang ada di udara oleh tumbuhan dan juga air yang berasal dari tanah. Dengan santunan dari sinar matahari, karbondioksida dan air tersebut diubah menjadi karbohidrat, oksigen serta uap air. Karbohidrat yang dihasilkan oleh tumbuhan, tidak hanya dimanfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri, tetapi juga dikonsumsi oleh binatang (herbivora) dan insan sebagai sumber makanan. Selain itu, karbon yang dihasilkan oleh insan dan binatang berupa gas karbondioksida dari proses respirasi dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis berikutnya. Tidak hanya insan dan binatang saja yang menghasilkan karbondioksida saja, detrifor atau objek pengurai juga menghasilkan karbondioksida yang berasal dari proses pembusukan. Saat tumbuhan, hewan, sampai insan mati, mereka akan diuraikan oleh detrifor untuk diubah menjadi karbon dan begitu seterusnya.
Selain siklus karbon pendek, juga terdapat siklus karbon panjang di mana karbon mengalami perpindahan dalam aneka macam macam bentuk dimulai dari batuan, tanah, lautan sampai atmosfer dalam jangka waktu yang sangat usang yaitu sekitar 100 – 200 juta tahun. Salah satu proses yang perpindahan karbon tersebut terdapat pada proses pelapukan. Proses pelapukan akan menghasilkan sedimen atau endapan yang berasal dari senyawa organik akan berkembang menjadi senyawa kerogen (minyak bumi, gas alam sampai watu bara). Minyak bumi, gas dan watu bara tersebut dimanfaatkan oleh insan sebagai sumber materi bakar kendaraan dan industri. Proses tersebut akan menghasilkan gas emisi berupa gas karbondioksida ke atmosfer.
Proses Pengambilan Karbon Di Atmosfer
Selain melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan, proses pengambilan karbon di atmosfer sanggup terjadi melalui proses:
- Pada belahan permukaan maritim yang mengarah ke kutub, air maritim cendrung cuek dan karbondioksida akan menjadi lebih gampang untuk larut. Kemudian karbondioksida terlarut tersebut dibawa di dalam proses sirkulasi termohalin yang membawa massa air yang terdapat di permukaan menjadi lebih berat masuk ke dalam laut.
- Sedangkan di maritim belahan atas, tempat ini populer dengan tempat yang mempunyai produktivitas tinggi. Semua organisme yang berada di tempat tersebut membutuhkan karbon untuk membentuk jaringan karbon, menyerupai cangkang dan beberapa belahan badan yang keras. Proses pembentukan jaringan karbon tersebut menciptakan pedoman karbon masuk ke dalam laut.
- Dalam proses pelapukan batuan silikat yang membutuhkan karbondioksida untuk membentuk senyawa lain yang nantinya akan mengandung karbon.
Permasalahan Siklus Karbon
Senyawa karbon yakni senyawa yang sering kita temui setiap hari dalam kehidupan sehari – hari. Meskipun dalam prosesnya, siklus karbon akan terus berputar untuk kembali lagi melewati proses yang sama. Namun, siklus karbon tidak hanya menawarkan manfaat namun juga menawarkan dampak negatif atau permasalahan lainnya, salah satunya tingkat kandungan karbondioksida yang terdapat di atmosfer terlalu banyak. Tumbuhan yang berkhasiat untuk mengubah karbondioksida menjadi oksigen setiap harinya mengalami pengurangan, hal ini terbukti dari banyak hutan yang hilang setiap tahun. Tidak heran bila kandungan karbondioksida yang terdapat di atmosfer menawarkan efek rumah beling atau global warming, yaitu sinar UV tidak sanggup dipantulkan kembali keluar atmosfer, justru terpantul ke dalam bumi kembali dan menjadikan peningkatan suhu bumi (Baca: Penyebab Bumi Semakin Panas).
Meskipun konsentrasi karbondioksida yang terdapat di udara sangat kecil bila dibandingkan dengan oksigen dan nitrogen, namun karbondioksida sanggup menimbulkan efek rumah kaca. Tidak menutup kemungkinan bila konsentrasi karbondioksida akan terus mengalami peningkatan setiap harinya, maka siklus karbon sudah tidak sanggup menyeimbangkan segala macam ekosistem di bumi. Hal ini terbukti dari terjadinya perubahan iklim yang ekstrim, pemanasan global, meningkatnya tinggi permukaan air, mencairnya es di kutub dan masih banyak lainnya. Oleh karen itu, sebagai insan kita harus mulai bertindak dan salah satunya dengan mengurai pemakaian materi bakar fosil untuk mengurai pelepasan karbondioksida ke atmosfer.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com