Thursday, July 20, 2017

√ Laporan Pendahuluan Tumor Otak, Download Dalam Bentuk Pdf Dan Doc

Teman Perawat dimanapun berada, kali ini bangsal sehat coba menulis dan membagikan sebuah kiprah keperawatan yaitu laporan pendahuluan tumor otak.

Laporan pendahuluan tumor otak ialah sebuah goresan pena atau makalah berupa tinjauan teori tumor otak hingga konsep asuhan keperawatan.

Kali ini kami coba tulis dan bagikan laporan pendahuluan tumor otak, yang telah kami usahakan selengkap mungkin, biar memudahkan teman perawat sekalian dalam pembuatan tugas.

Laporan pendahuluan tumor otak ini kami bagikan dalam bentuk file pdf dan doc.

untuk mend0wnl0ad silahkan..!! dibawah ini..
Untuk melihat isi dari laporan pedahuluan tumor otak yang kami bagikan silahkan lihat dibawah


Laporan Pendahuluan Tumor Otak

Pengertian

Tumor otak ialah lesi intra kranial yang menempati ruang dalam tulang tengkorak (buku asuh patofisiologi)

Tumor otak ialah tumor jinak pada selaput otak atau salah satu otak (Rosa Mariono, MA, Standard Asuhan Keperawatan, St. Carolus, 2000)

Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna), membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya sanggup berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan jikalau berasal dari organ-organ lain (metastase) menyerupai ; kanker paru, payudara, prostate, ginjal dan lain-lain, disebut tumor otak sekunder.

Tumor otak ialah sebuah lesi terletak pada intrakarnial yang menempati ruang didalam tengkorak (bruner and suddarti,20020. Tumor otak ialah neoplasma yang berasal dari sel saraf,neuro ephitelium,saraf cranial,pembuluh darah,kelenjar pineal,hipofisis (donna L wong,2002).


Klasifikasi

Tumor otak ada bermacam-macam berdasarkan price,Sylvia ardeson,2000,yaitu :
  1. Giloma ialah tumor jaringan gila (jaringan penunjang dalam system saraf pusat, bertanggung jawab atas kira-kira 40 hingga 50% tumor otak). 
  2. Tumor meningen merupakan tumor asal meningen,sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting. 
  3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob,eosinofil atau basofil dari hipofisis anterior 
  4. Tumor metastasis ialah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5- 10% dari seluruh tumor otak dan sanggup berasal dari sembarang tempat primer. 
  5. Tumor pembuluh darah antara lain angioma, hemangimablastoma,sindrom non hippel-lindon.

Epidemiologi

Penderita tumor otak lebih banyak pada pria (60,74 persen) dibanding wanita (39,26 persen) dengan kelompok usia terbanyak 51 hingga ≥60 tahun (31,85 persen); selebihnya terdiri dari banyak sekali kelompok usia yang bervariasi dari 3 bulan hingga usia 50 tahun. Dari 135 penderita tumor otak, hanya 100 penderita (74,1 persen) yang dioperasi penuli,s dan lainnya (26,9 persen) tidak dilakukan operasi lantaran banyak sekali alasan, seperti; inoperable atau tumor metastase (sekunder). Lokasi tumor terbanyak berada di lobus parietalis (18,2 persen), sedangkan tumor-tumor lainnya tersebar di beberapa lobus otak, suprasellar, medulla spinalis, cerebellum, brainstem, cerebellopontine angle dan multiple. Dari hasil investigasi Patologi Anatomi (PA), jenis tumor terbanyak yang dijumpai adalah; Meningioma (39,26 persen), sisanya terdiri dari banyak sekali jenis tumor dan lain-lain yang tak sanggup ditentukan.


Etiologi

Etiologi niscaya terjadinya tumor otak belum diketahui,namun berdasarkan bebrapa andal sanggup terjadi akhir proses primer dan sekunder.
  • primer 
  1. gangguan pada otak 
  2. gangguan imunologi tubuh 
  3. gangguan fungsi hipofisis 
  4. virus 
  5. taxin 
  6. factor genetic 
  7. riwayat stress berat kepala 
  8. paparan materi kimia yang bersifat carsinogenik 
  • sekunder : metastase tumor lain, biasanya tumor paru dan payudara.

Patofisiologi 

Tumor otak mengakibatkan gangguan neurologis. Gejala-gejala terjadi berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam investigasi klien. Gejala-gejalanya sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu.

Gejala neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal terjadi apabila pemfokusan pada jaringan otak dan infiltrasi/invasi pribadi pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.

Perubahan suplai darah akhir tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh mengakibatkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin sanggup dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.

Peningkatan tekanan intra kranial sanggup diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi cerebrospinal. Pertumbuhan tumor mengakibatkan bertambahnya massa, lantaran tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor ganas menimbulkan oedema dalam jaruingan otak.

Mekanisme belum seluruhnyanya dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang mengakibatkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan kerusakan sawar darah otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel laseral ke ruang sub arakhnoid menimbulkan hidrocepalus.

Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa, jikalau terjadi secara cepat akhir salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oelh lantaran ity tidak berkhasiat apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume darah intra kranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati menjadikan herniasi ulkus atau serebulum. Herniasi timbul jikalau girus medialis lobus temporals bergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak.

Herniasi menekan men ensefalon menyebabkab hilangnya kesadaran dan menenkan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Intrakranial yang cepat ialah bradicardi progresif, hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).

Fathway Tumor Otak

Fathway Tumor Otak
Tanda dan Gejala

Tanda dan tanda-tanda tumor otak sanggup dibedakan Menurut lokasi tumor :
  • Lobus frontalis
Gangguan mental / gangguan kepribadian ringan : depresi, bingung, tingkah laris aneh, sulit memberi argumenatasi/menilai benar atau tidak, hemiparesis, ataksia, dan gangguan bicara.
  • Kortek presentalis posterior
Kelemahan/kelumpuhan pada otot-otot wajah, pengecap dan jari
  • Lobus parasentralis
Kelemahan pada ekstremitas bawah
  • Lobus Oksipitalis
Kejang, gangguan penglihatan
  • Lobus temporalis
Tinitus, halusinasi pendengaran, afasia sensorik, kelumpuhan otot wajah
  • Lobus Parietalis
Hilang fungsi sensorik, kortikalis, gangguan lokalisasi sensorik, gangguan penglihatan
  • Cerebelum
Papil oedema, nyeri kepala, gangguan motorik, hipotonia, hiperekstremitas esndi

Tanda dan Gejala Umum :
  1. Nyeri kepala berat pada pagi hari, main bertambah jikalau batuk, membungkuk
  2. Kejang
  3. Tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial : Pandangan kabur, mual, muntah, penurunan fungsi pendengaran, perubahan tanda-tanda vital, afasia.
  4. Perubahan kepribadian
  5. Gangguan memori
  6. Gangguan alam perasaan

Pemeriksaan Diagnosatik

Pemeriksaan yang dilakukuan untuk mengkaji tumor otak ialah :
  • Pengkajian saraf
  • Pergerakan mata
  • Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
  • Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
  • Pengkajian reflek
  • Keseimbangan dan koordinasi
  • Penciuman dan sentuhan
  • Abstract thinking
  • Memori
  • Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi
  • Jantung : bradikardi, hipertensi
  • Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
  • Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus

Pemeriksaan Penunjang
  • Arterigrafi atau Ventricolugram ; untuk mendeteksi kondisi patologi pada sistem ventrikel dan cisterna.
  • CT – SCAN ; Dasar dalam memilih diagnosa.
  • Radiogram ; Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai struktur, penebalan dan klasifikasi; posisi kelenjar pinelal yang mengapur; dan posisi selatursika.
  • Elektroensefalogram (EEG) ; Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
  • Ekoensefalogram ; Memberi informasi mengenai pergeseran kandungan intra serebral.
  • Sidik otak radioaktif ; Memperlihatkan daerah-daerah akumulasi abnormal dari zat radioaktif. Tumor otak menjadikan kerusakan sawar darah otak yang mengakibatkan akumulasi abnormal zat radioaktif.

Penatalaksanaan

a. Pembedahan

Pembedahan dilaksanakan untuk menegakkan diagnosis histologik dan untuk mengurangi imbas akhir massa tumor. Kecuali pada tipe-tipe tumor tertentu yang tidak sanggup direseci.

Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pembedahan tumor otak yakni: diagnosis yang tepat, rinci dan secama, perencanaan dan persiapan pra bedah yang lengkap, teknik neuroanastesi yang baik, kecermatan dan keterampilan dalam pengangkatan tumor, serta perawatan pasca bedah yang baik, Berbagai cara dan teknik operasi dengan memakai kemajuan teknologi menyerupai mikroskop, sinar laser, ultrasound aspirator, bipolar coagulator, realtime ultrasound yang membantu andal bedah saraf mengeluarkan massa tumor otak dengan aman.

b. Radiotherapi

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi tunggal.Adapun imbas samping : kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri lantaran inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorkan.

c. Chemotherapy

Jika tumor tersebut tidak sanggup disembuhkan dengan pembedahan, kemoterapi tetap diharapkan sebagai terapi aksesori dengan metode yang beragam. Pada tumor-tumor tertentu menyerupai meduloblastoma dan astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, terapi aksesori berupa kemoterapi dan regimen radioterapi sanggup membantu sebagai terapi paliatif.Pemberian obat-obatan anti tumor yang sudah menyebar dalam anutan darah.Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, gampang terjangkit penyakit.

d. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah bermetastase

e. Terapi Steroid

Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial, namun tidak berefek pribadi terhadap tumor.


Pengkajian 

1. Data klien : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, golongan darah, penghasilan, alamat, penanggung jawab, dll

2. Riwayat kesehatan :
  • keluhan utama
  • Riwayat kesehatan sekarang
  • Riwayat Kesehatan lalu
  • Riwayat Kesehatan Keluarga
3. Pemeriksaan fisik :
  • Saraf : kejang, tingkah laris aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori, afek tidak sesuai, berdesis
  • Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur
  • Pendnegaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi
  • Jantung : bradikardi, hipertensi
  • Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas, disfungsi neuromuskuler
  • Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes melitus
  • Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi

Diagnosa Keperawatan 
  1. Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.
  2. Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah jikalau klien batuk, mengejan, membungkuk.
  3. Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, pendengaran
  4. Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi.
  5. Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema.
  6. Cemas b.d kurang informasi ihwal prosedur

Intervensi Keperawatan

Diagnosa. 1

Gangguan pertukaran gas b.d disfungsi neuromuskuler (hilangnya kontrol terhadap otot pernafasan ), ditandai dengan : perubahan kedalamam nafasn, dispnea, obstruksi jalan nafas, aspirasi.

Tujuan : Gangguan pertukaran gas sanggup teratasi

Intervensi :
  • Bebaskan jalan nafas
  • Pantau vital sign
  • Monitor referensi nafas, suara nafas
  • Pantau AGD
  • Monitor penururnan gas darah
  • Kolaborasi O2

Diagnosa. 2

Gangguan rasa nyaman, nyer kepla b.d peningkatan TIK, ditndai dengan : nyeri kepala terutama pagi hari, klien merintih kesakitan, nyeri bertambah jikalau klien batuk, mengejan, membungkuk

Tujuan : rasa nyeri berkurang

Intervensi :
  • pantau skala nyeri
  • Berikan kompres dimana pada area yang sakit
  • Monitor tanda vital
  • Beri posisi yang nyaman
  • Lakukan Massage
  • Observasi tanda nyeri non verbal
  • Kaji faktor defisid, emosi dari keadaan seseorang
  • Catat adanya imbas nyeri
  • Kompres hirau taacuh pada tempat kepala
  • Gunakan teknik sentuham yang terapeutik
  • Observasi mual, muntah
  • Kolaborasi pemberian obat : analgetik, relaksan, prednison, antiemetik

Diagnosa. 3

Resiko tinggi cidera b.d disfungsi otot sekunder terhadap depresi SSP, ditandai dengan : kejang, disorientasi, gangguan penglihatan, indera pendengaran

Tujuan : tidak terjadi cidera

Intervensi :
  • Identifikasi ancaman potensial pada lingkungan klien
  • Pantau tingkat kesadaran
  • Orientasikan klien pada tempat, orang, waktu, kejadian
  • Observasi dikala kejang, usang kejang, antikonvulsi,
  • Anjurkan klien untuk tidak beraktifitas

Diagnosa. 4

Perubahan proses pikir b.d perubahan fisiologi, ditandai dengan disorientasi, penurunan kesadaran, sulit konsentrasi

Tujuan : mempertahankan orientasi mental dan realitas budaya

Intervensi :
  • kaji rentang perhatian
  • Pastikan keluarga untuk membandingkan kepribadian sebelum mengalami stress berat dengan respon klien sekarang
  • Pertahankan pertolongan yang konsisten oleh staf, keberadaan staf sebanyak mungkin
  • Jelaskan pentingnya investigasi neurologis
  • Kurangi stimulus yang merangsang, kritik yang negatif
  • Dengarkan klieen dengan penuh perhatian semua hal yang diungkapkan klien/keluarga
  • Instruksikan untuk melaksanakan rileksasi
  • Hindari meninggalkan klien sendiri

Diagnosa. 5

Gangguan perfusi serebral b.d hipoksia jaringan, ditandai dengan peningkatan TIK, nekrosis jaringan, pembengkakakan jaringan otak, depresi SSP dan oedema

Tujuan : gangguan perfusi jaringan berkurang/hilang

Intervensi :
  • Tentukan faktor yang berafiliasi dengan keadaan tertentu, yang sanggup mengakibatkan penurunan perfusi dan potensial peningkatan TIK
  • Catat status neurologi secara teratur, badingkan dengan nilai standart
  • Kaji respon motorik terhadap perintah sederhana
  • Pantau tekanan darah

Diagnosa. 6

Cemas b.d kurang informasi ihwal mekanisme

Tujuan : rasa cemas berkuang

Intervensi :
  • kaji status mental dan tingkat cemas
  • Beri klarifikasi hubungan antara proses penyakit dan gejala
  • Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian
  • Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan piiran dan perasaan takut
  • Libatkan keluarga dalam perawatan

Daftar Pustaka
  • Doenges, E Marylin (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta, EGC
  • Engram, Barbara (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
  • FKUI, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Gesapius
  • Reeves C, J, (2001), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, Salemba Medika
  • Suddart, Brunner (2000), Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC
  • Ganong, WF, (1996), Fisiologi Kedokteran, Jakarta, EGC
  • Talbot, LA (1997), Pengkajian Keperawatan Kritis, Jakarta, EGC

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com