Teori yaitu seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi korelasi antar variabel, sehingga sanggup berkhasiat untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. (Sugiyono,2017,hlm.79)
Wiliam Wiersma (1986) dalam sugiyono bahwa, teori yaitu generalisasi atau kumpulan generalisasi yang sanggup digunakan untuk menjelaskan banyak sekali fenomena secara sistematik.
Cooper and Schindler (2003), mengemukakan bahwa, teori yaitu seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematik sehingga sanggup digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Mark 1963, membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga teori yang dimaksud ini berafiliasi dengan data empiris.
1. Teori yang deduktif: memberi keterangan yang dimulai dari suatu asumsi atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif: yaitu cara menerangkan dari data ke arah teori.
3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi imbas antara dua dan asumsi teortis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Dari banyak sekali pendapat tokoh diatas sanggup disimpulkan bahwa teori yaitu alur logika, yang menerangkan konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis.
Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu:
1. Untuk menjelaskan (Explanation)
2. Untuk meramalkan (Prediction)
3. Pengendalian (Control) suatu gejala
Dalam bidang Administrasi Pendidikan Hoy dan Miskel (2001) mengemukakan definisi teori sebagai berikut: theory in administration, however has the same role as theory in physics, chemistry, or biology; that is providing general explanations and guiding research”. Selanjutnya didefinisikan bahwa teori yaitu seperangkat konsep, asumsi, dan generalisasi yang sanggup digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan sikap dalam banyak sekali organisasi.
Tingkatan Dan Fokus Teori
Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu: micro, meso dan macro.
1. Micro level theory; small slices of time, space or number of people, the concept are usually not very abstract.
2. Meso level theory; attempts to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level.
3. Macro level theory; concerns the operation of larger aggregates such as social instutions, entire culture systems, and whole societies.
Kegunaan teori dalam penelitian
Cooper and Schindler (2003, kegunaan teori dalam penelitian adalah:
1. Theory narrows the range of fact we need to study
2. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning
3. Theory suggest a system for the research to impose on data in order to classify them in the most meaningful way
4. Theory summarizes what is known about object of study and states the uniformities that lie beyond immediate observation
5. Theory can be used to predict further fact that should be found.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh lantaran itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif teori yang digunakan harus sudah jelas, lantaran teori disini akan berfungsi untuk memperjelas kasus yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan banyak sekali acuan untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh lantaran itu landasan teori dalam tawaran penelitian kuantitatif harus sudah terang teori apa yang akan dipakai.
Langkah-langkah untuk sanggup melaksanakan pendeskripsian teori yaitu sebagai berikut:
1. Tetapkan nama variabel yang diteliti, dan jumlah variabelnya.
2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi) yang sebayak-bayaknya dan yang revelan dengan setiap variabel yang diteliti.
3. Liat daftar isi setiap buku, dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti.
4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber lain, dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan, dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri wacana isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari banyak sekali sumber ke dalam bentuk goresan pena dengan bahasa sendiri.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti sering kali menguji banyak sekali teori untuk menjawab rumusan kasus yang dibuat. Teori dalam penelitian kuantitatif diletakkan dalam awal penelitian. Dalam penelitian kualitatif, penggunaan teori lebih bervariasi lagi. Bahkan peniliti bualitatif sanggup membuatkan suatu teori dari hasil penelitiannya dan meletakkan teori tersebut di simpulan proyek penelitiannya. Namun sanggup juga teori ini muncul di awal penelitiannya sebagai pendangan yang nantinya sanggup membentuk apa yang ada dilapangan dan apa yang menjadi rumusan malah dalam penelitiannya. Sedangkan dalam penelitian campuran, peneliti menguji atau justru menciptakan suatu teori pada suatu perspektif teori.
B. TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITATIF
1. Variabel-variabel dalam Penelitian Kuantitatif
Variabel merujuk pada karakteristik atau atribut seorang individu atau suatu organisasi yang sanggup diukur atau diobservasi. Seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2007) variable intinya yaitu segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi wacana hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Jenis-jenis variabel dalam penelitian antara lain :
a. Variable bebas (independent variable) merupakan variable yang mungkin menyebabkan, memengaruhi, atau berefek pada outcome. Variable juga dikenal dengan istilah variable treatment, manipulated, antecedent, atau predictor.
b. Variable terikat (dependent variable) merupakan variabel yang bergantung pada variabel bebas. Variable terikat ini merupakan outcome atau hasil dari imbas variable bebas. Istilah lain untuk variable terikat yaitu variabel criterion, outcome, effect, dan reponse.
c. Variabel intermening atau mediating berada di antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel ini memediasi imbas variabel bebas terhadap variabel terikat. Misalnya, jikalau siswa sanggup melaksanakan test metode penelitian dengan baik (variabel terikat), hal ini mungkin disebabkan (a) persiapan mereka dalam penelitian (variabel bebas) dan/atau (b) perjuangan mereka dalam menysun gagasan penelitian ke dalam kerangka keria (variabel intervening) yang juga turut memengaruhi performa mereka dalam test tersebut. Seperti yang terlihat bahwa variabel mediating ini, yakni perjuangan menyusun penelitian, berada di antara variabel bebas dan variabel terikat.
d. Variabel moderating yaitu variabel bebas yang memengaruhi arah dan/atau kekuatan korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat (Thompson, 2006). Variabel moderating ini merupakan variabel gres yang dikonstruksi sendiri oleh peneliti dengan cara mengambil satu variabel dan mengalikannya dengan variabel lain untuk mengetahui dampak keduanya (seperti, umur X sikap = kualitas hidup yang berdampak pada harga diri). Variabel-variabel ini biasanya terdapat dalam penelitian eksperimen.
Dua jenis variabel lain yaitu dan Variabel control memainkan tugas penting dalam penelitian kuantitatif Variabel ini merupakan variabel bebas jenis khusus lantaran variabel ini secara potensial juga sanggup memengaruhi variabel terikat.
Dalam penelitian kuantitatif, variabel-variabel saling dihubungkan untuk menjawab rumusan kasus (seperti, "Bagaimana harga diri memengaruhi korelasi pertemanan di antara belum dewasa remaja?") atau untuk menciptakan prediksi wacana hasil apakah yang ingin diharapkan. Prediksi-prediksi sering kali dikenal dengan istilah hipotesis (seperti, "Harga diri yang positif sanggup meningkatkan korelasi pertemanan di antara belum dewasa remaja"
2. Definisi Teori dalam Penelitian Kuantitatif
Kerlinger (1979,hal 64) beropini bahwa teori merupakan seperangkat konstrak (variabel), definisi, dan proposisi yang saling berafiliasi yang mencerminkan pandangan sistematik atas suatu fenomena dengan cara memperinci korelasi antarvariabel yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena alamiah".
Teori dalam penelitian kuantitatif (theory in quantitative research) merupakan seperangkat konstrak (atau variabel) yangsaling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang memerinci korelasi antarvariabel (biasanya dalam konteks magnitude atau direction). Pembahasan mengenai teori biasanya muncul di belahan tinjauan pustaka atau belahan khusus, menyerupai landasan teori, budi teoritis, atau perspektif teoritis. Teori-teori akan berkembang apabila peneliti menguji suatu prediksi secara terus menerus. Menurut Thomas (dalam Creswell,2014), bahwa teori muncul dan berkembang sebagai klarifikasi atas suatu pengetahuan dalam bidang-bidang tertentu.
Selain itu, teori juga mempunyai jangkauan yang berbeda-beda. Neuman (2009) membagi teori dalam tiga level : level mikro, level meso, dan level makro. Teori level mikro menawarkan klarifikasi yang hanya terbatas pada waktu, ruang, dan jumlah tertentu. Teori level meso menghubungkan teori level mikro dan teori lever makro. Teori ini pada umumnya mencakup teori wacana organisasi, pergerakan social, atau komunitas. Sedangkan teori level makro menjelaskan permasalahan yang llebih luas menyerupai institussi social, system budaya, dan masyarakat luas.
3. Berbagai Bentuk Teori dalam Penelitian Kuantitatif
Dalam tawaran penelitian, peneliti menegasakan teorinya dalam beberapa bentuk, menyerupai hipotesis, pernyataan budi “jika-maka”, atau bentuk visual. Pertama, peneliti menegaskan teori dalam bentuk hipotesis-hipotesis yang saling berhubungan. Kedua, peneliti menyatakan teori dalam bentuk pernyatan “jika-maka” yang memperlihatkan mengapa seseorang harus memakai variabel bebas sanggup memengaruhi variabel terikat. Ketiga, peneliti sanggup menyajikan teori dalam bentuk visual. Bentuk ini penting untuk menerjemahkan variabel-variabel ke dalam gambar visual. Blalock (1969, 1985, 1991) menampilkan causal, modeling dengan membentuk teori-teori verbal menjadi model-model kausal sehingga pembaca sanggup memvisualisasi korelasi antar variabel.
Ada dua teladan sederhana yang disajikan dalam buku ini. Pertama, tiga variabel bebas memengaruhi satu variabel terikat, yang juga dimediasi oleh imbas dari dua variabel interving. Kedua, dua kelompok dalam variabel X diperbandingkan menurut pengaruhnya terhadap Y, variabel terikat.
Gambar 1, Tiga Variabel Bebas Memengaruhi Satu Variabel Terikat, yang Juga Dimediasi oleh Pengaruh dari Dua Variabel Interving.
Variabel Interving terikat |
Gambar 2, Dua Kelompok dalam Variabel X Diperbandingkan Berdasarkan Pengaruhnya Terhadap Y, Variabel Terikat.
Variabel bebas (X) Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol |
4. Penempatan Teori dalam Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti memakai teori secara deduktif dan meletakkannya di awal tawaran penellitian. Oleh lantaran itu tujuannya yaitu untuk menguji atau memverifikasi suatu teori ketimbang mengembangkannya, maka peneliti kuantitatif seyogianya mengajukan teori, mengumpulkan data untuk menguji teori tersebut, dan menyatakan konfirmasi atau diskonfirmasi atas teori tersebut menurut hasil yang diperoleh. Model deduktif yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif tampak pada Gambar 3. Peneliti memverifikasi suatu teori dengan menguji rumusan kasus atau hipotesis-hipotesis yang berasal dari teori ini.
Gambar 3. Peneliti memverifikasi suatu teori dengan menguji rumusan kasus atau hipotesis-hipotesis yang berasal dari teori ini.
Peneliti menguji atau memverifikasi teori |
Peneliti menguji hipotesis atau rumusan kasus dari teori tersebut |
Penelitian mendefinisikan dan mengoprasikan variabel-variabel yang diperoleh dari teori |
Penelitian mengukur atau mengobservasi variabel-variabel dengan derma instrument untuk memperoleh skor-skor. |
5. Menulis Perspektif Teoritis Kuantitatif
Di bawah ini cara mengidentifikasi suatu teori yang menjelaskan korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat, anatara lain :
a. Periksalah literature yang kemungkinan membahas teori yang digunakan.
b. Periksalah pula penelitian-penelitian lain yang membahas topik atau yang sangat berkaitan dengan topik yang digunakan.
c. Buatkah rumusan kasus dengan metaphor pelangi biar sanggup menjebatani variabel-variabel bebas dan variabel-variabel terikat.
d. Jelaskan teori yang digunakan dalam belahan khusus.
Teori yang digunakan dalam penelitian kuantitatif mencaku antara lain: teori yang digunakan, hipotesis-hipotesis dari teori tersebut, informasi wacana aplikasi teori tersebut dalam penelitian-penelitian sebelumnya, dan pernyataan yang mencerminkan bagaimana teori tersebut berafiliasi dengan penelitian yang diajukan.
C. TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Deskripsi teori dalam penelitian
Deskripsi teori dalam penelitian merupakan uraian sistematis wacana teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti.(Sugiyono,2016,hlm.89). deskripsi teori paling tidak berisi wacana klarifikasi terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari banyak sekali referensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap korelasi antar variabel yang diteliti menjadi terang dan terarah.
Tujuan dalam memakai metode kualitatif
1. Teori digunakan sebagai klarifikasi atas sikap dan sikap tertentu
2. Teori sebagai panduan umum untuk meneliti gender,kelas, dan ras (atau kasus lain mengenai kelompok marjinal).
Beberapa perspektif teoritis yang biasa digunakan dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
a. Perspektif feminis
b. Wacana rasial
c. Perspektif teori kritis
d. Teori queer
e. Studi disabilitas
3. Teori sering digunakan sebagai poin simpulan penelitian.
4. Beberapa penelitian kualitatif tidak memakai teori yang terlalu eksplisit.
Menempatkan teori dalam penelitian kualitatif
Dalam penelitian kualitatif teori muncul diawal dan sanggup dimodifikasi atau diadaptasi sedemikian rupa menurut pandangan dari para paritisipan. Melakukan penelitian grounded theory secara empiris membutuhkan korelasi timbal-balik antara data dan teori. Data harus diolah secara dialektik biar sanggup menghasilkan proporsi-proporsi gres yang memungkinkan umnculnya kerangka teoritis, dengan tetap menjaga kerangka tersebut secara ketat biar tidak bercampur-baur dengan data penelitian.
D. TEORI DALAM PENELITIAN CAMPURAN
Teori dalam penelitian metode adonan (theory use in mixed methods) sanggup diterapkan secara deduktif, menyerupai dengan pengujian atau verifikasi teori kuantitatif atau secara induktif menyerupai dengan pemunculan teori ata pola kualitatif. Selain itu, ada beberapa cara unik yang memasukan sebuah teori ke dalam metode adonan di mana peneliti mengumpulkan, menganalisis dan menggabungkan data kuantitatif dan kualitatif memakai rancangan metode adonan yang berbeda. Kerangka kerja ini memakai dua bentuk : (a) memakai kerangka kerja ilmu sosial, dan (b) memakai kerangka kerja transformatif. Kedua bentuk ini muncul dalam literature metode adonan selama lebih dari 5-10 tahun belakangan ini (Creswell & Plano Clark, 2011)
Penerapan Teori Ilmu Sosial
Teori ilmu sosisal (social science theory) sanggup menjadi kerangka kerja yang menyeluruh untuk penelitian metode campuran. Teori ilmu pengetahuan sosial sanggup diambil dari bermacam-macam teori yang dijumpai dalam ilmu sosial seperti, kepemimpinan, ekonomi, ilmu politik, pemasaran, perubahan perilaku, adopsi atau difusi atau teori-teori ilu sosial apa pun. Teori ini sanggup dijadikan sebagai tinjauan pustaka, sebagai model konseptual atau sebagai suatu teori yang membantu menerangkan apa yang berusaha ditemukan oleh seorang peneliti. Poin utama penerapan teori ini yaitu sebagai berikut:
1. Menempatkan teori di awal penulisan sebagai kerangka kerja pendahuluan untuk memandu perumusan kasus penelitian.
2. Menuliskan tori dengan terlebih dahulu mengemukakan teori yang akan digunakan kemudian diikuti dengan deskripsi wacana bagaimana meginformasikan komponen-komponen kuantitatif dan kualitatif dari penelitian metode campuran. Penulisan teori setidaknya menerangkan korelasi utama antara variable dalam penelitian. Bahaslah penelitian-penelitian yang telah memakai teori tersebut, khususnya penelitian yang menghubungkannya dengan topic yang sedang diteliti dalam penelitian ini.
3. Memasukan diagram teori yang pertanda arah kemungkinan kaitan klausal dalam teori dan konsep utama variable dalam teori
4. Membuat teori yang menawarkan kerangka kerja dalam upaya pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif pada penelitian.
5. Kembalilah ke teori di simpulan penelitian untuk mereviu bagaimana penelitian menginnformasikan temuan dan hasil, dan bandingkan penerapan teori dalam penelitian-penelitian lain
Penerapan Teori Paradigma Transformatif
Penggunaaan dan akseptabilitas teori-teori transformative dalam penelitian metode adonan semakin banyak berkembang dalam decade terakhir ini. Dorongan ini bersal dari karya Maertens (2003 : 2009), yang tidak hanya memberikan tujuan utama teori ini tetapi bagaimana tujuan ini digabungkan menjadi proses penelitian umum dan metode campuran. Literature semakin banyak digunakan dalam kerangka kerja transformative dan penelitian metode campuran. Penelitian wacana masalah-masalah kesehatan dan penelitian wacana kelompok-kelompok yang termarginalisasi terlihat gampang memakai metode adonan tersebut. Terdapat dua kasus yang mendominasi penggunaan kerangka kerja transformative dalam metode campuran, yakni:
a. Apa kerangka kerja transformati itu?
b. Bagaimana peneliti yang memakai metode adonan memasukannya ke dalam penelitian metode adonan yang rumit dan canggih?
Disini, kerangka kerja transformative akan dibahas sebagai kerangka kerja teoritis yang sanggup melingkupi dan menerangkan penelitian metode campuran.
Kerangka kerja metode adonan transformative (juga disebut paradigm penelitian transformative, Mertens, 2009) merupakan serangkaian asumsi dan mekanisme yang digunakan dalam penelitian. Tema-tema umum dalam kerangka kerja metode ini yaitu sebagi berikut:
1. Asumsi pokok yang mendasari pendirian inklusi etis dan struktur sosial penindasan
2. Proses masuk ke dalam komunitas yang dirancang untuk membangun kepercayaan dan menciptakan tujuan serta strategi-strategi yang transparan
3. Penyebaran-penyebaran temuan atau hasil penelitian dengan banyak sekali cara yang mendorong penggunaannnya untuk memperkuat keadilan sosial dan hak asasi insan
Bagimana cara kerangka kerja ini dimasukan ke dalam penelitian metode adonan masih terus berkembang, tetapi Mertens (2003) mengidentifikasi beberapa elemen kerangka kerja dikala elemen-elemen ini berhuungan dengan langkah-langkah dalam proses penelitian. Elemn-elemen tersebut disebutkan dalam Kotak 3.1 . Dengan membaca seluruh pertanyaan ini sanggup diperoleh pengertianakan pentingnya masalah-masalah penelitian wacana dikriminasi dan penindasan serta mengenali keragaman di antara partisipan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan ini juga membahas individu-individu yang diperlakukan secara terhormat dengan cara mengumpulkan dan membahas pengumpulan data dan melalui pelaporan hasil yang mengarah ke perubahan dalam proses dan korelasi sosial.
Kotak 3.1 Pertanyaan-Pertanyaan Emansipatoris-Transformatif untuk Penelitian-Penelitian Metode Campuran selama Proses Penelitian
Mengidentifikasi Sumber Data dan Memilih Partisipan · Apakah para partisipan bear-benar pernah mengalami atau setidaknya berkaitan dengan diskriminasi dan penindasan? · Apakah para partisipan sudah sempurna dilabeli sebagai komunitas yang tertindas? · Apakah proses penargetan populasi sudah memenuhi syarat-syarat pengharapan akan perbedaan? · Apa yang sanggup dilakukan pada sampel penelitian untuk memperbaiki inklusivitasnya sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa kelompok-kelompok yang tertindas itu benar-benar terwakilkan dengan sempurna dan akurat? Mengidentifiasi atau Membuat Instrummen dan Metode Pengumpulan Data · Apakah proses pengumpulan data dan hasil penelitian akan menguntungkan komunitas yang diteliti? · Apakah temuan-temuan penelitian nantinya sanggup diandalkan oleh komunitas tersebut? · Apakah komunikasi dengan komunitas tersebut akan berjalan efektif? · Apakah proses pengumpulan data sanggup membuka jalan bagi partisipan menuju proses perubahan sosial? Menganalisis, Menafsirkan, dan Melaporkan Hasil Penelitian · Apakah hasil penelitian akan memunculkan hipotesis-hipotesis baru? · Apakah penelitian ini juga akan meneliti sub-sub kelompok untuk mengetahui bahwa ada dampak yang berbeda terhadap setiap kelompok? · Apakah hasil penelitianakan membantu memahami dan memperjelas korelasi kekuasaan? · Apakah hasil penelitian akan mempermudah proses perubahan sosial? |
Mebatasi Masalah dan Mencari Literatur · Apakah Anda sudah mencari dengan teliti literature-literatur yang concern dengan isu-isu diskriminasi dan penindasan? · Apakah Anda sudah membatasi kasus penelitian, utamanya untuk komunitas yang diteliti? · Apakah Anda sudah benar-benar memanfaatkan waktu dengan komunitas-komunitas ini? (misalnya, membangun kepercayaan, memakai kerangka teoritis ketimbang model tertentu yang terbatas; menciptakan pertanyaan-pertanyaan positi dan negative yang seimbang? Membuat pertanyaaan-pertanyaan yang menuntun pada jawaban-jawaban transformative menyerupai pertanyaan-pertanyaan yang difokuskan pada duduk kasus otoritas dan korelasi kekuasaan dalam institusi-institusi dan akomunitas-komunitas tertentu?) Mengidentifikasi Rancangan Penelitian · Apakah rancangan penelitian Anda sudah menerapkan treatmeny yang berbeda-beda pada setiap kelompok dan menghormati pertimbangan-pertimbangan etnis dari para partisipan? |
Pertanyaan-pertanyaan tersebut selanjutnya diwujudkan sebagai 10 kriteria (dan pertanyaan) yang sanggup digunakan untuk mengevaluasi dimasukkannya fatwa teoritis transformative ke dalam penelitian metode adonan (Sweerman et al, 2010):
1. Apakah penulis secra terbuka pertanda kasus dalam komunitas yang diteliti?
2. Apakah penulis secra terbuka menyatakan suatu perspektif teoritis?
3. Apakah rumusan kasus dituliskan dengan perspektif yang mendukung?
4. Apakah tinjauan pustaka memasukan pembahasan keragaman dan penindasan?
5. Apakah enulis membahas pelabelan yang sempurna kepada partisipan?
6. Apakah pengumpulan data dan hasil menawarkan manfaat bagi masyarakat?
7. Apakah partisipan memprakarsai penelitian, dan/atau apakah mereka secara aktif terlibat dalam penelitian?
8. Apakah hasil penelitian menjelaskan korelasi kekuasaan?
9. Apakah hasil penelitian memfasilitasi perubahan sosial?
10. Apakah penulis secara eksplisit menyatakan penggunaan kerangka kerja transformative?
Pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan standar yang tinggi untuk publikasi apa pun, dan reviu 13 penelitian oleh Sweetman dkk (2010) memperlihatkan dimasukannya 10 kriteria secara tidak seragam dalam penelitian metode campuran. Hanya 2 dari 13 penelitian yang secara eksplisit menyebutkan kerangka kerjanya sebagai “”transformative”. Namun demikian, akan membantu bagi peneliti metode adonan untuk mengetahui bagaimana cara yang palig baik untuk memosisikan penelitiannya dalam kerangka kerja transformative. Caranya sanggup dilakukan sebagai berikut:
1. Tuliskan di belahan pembuka bahwa kerangka kerja transformative digunakan dalam penelitian ini
2. Sebutkan kerangka kerja ini di awal penelitian bahwa kerangka kerja ini berhubuangan denngan kemunitas yang termarginalisasi dan kelompok yang tidak terwakili beserta isu-isu spesifik yang dihadapi oleh komunitas tersebut (misalnya, penindasan, kekuasaan)
3. Kemukakan kerangka kerja ini dalam literature teoritis (misalnya literature feminis dan literature rasial)
4. Melibatkan komunitas kepentingan dalam proses penelitian (misalnya dalam pengumpulan data)
5. Mengambil sikap untuk rumusan penelitian- dukunglah orientasinya (misalnya, ketidaksetaraan terang ada dan penelitian akan mengemukakan kepentingannya)
6. Kemukakan dalam rancangan tersebut, pengumpulan, analisis, dan penggabungan metode kuantitatif dan kualitatif dalam kerangka kerja transformative
7. Bicarakan pengalaman Anda sebagai seorang peneliti dan bagaimana pengalaman dan latarbelakang anda membentuk pemahaman partisipan-partisipan dan isu-isu yang sedang diteliti.
8. Akhiri penelitian dengan mendukung perubahan untuk membantu populasi dan isu-isu yang sedang diteliti
Salah satu cara terbaik untuk mempelajari bagaimana memasukan kerangka kerja transformative ke dalam penelitian metode adonan yaitu dengan menyelidiki artikel-artikel jurnal yang dipublikasikan dan meneliti bagaimana kerangka kerja transformative tersebut dimasukkan ke dalam proses penelitian. Berikut ini yaitu artikel yang menggambarkan dengan baik penggunakaan kerangka kerja transformative.
Contoh 3.4 : Teori dalam Penelitian Metode Campuran Transformatif-Emansipatoris
Sebuah artikel yang dipublikasikan dalam Journal of Mixed Methods Research oleh Hodgkin (2008) mengilustrasikan penggunaan perspektif emansipatori feminis dalam penelitian metode campuran. Hodgkin menguji apakah kaum pria dan wanita mempunyai modal sosial dan profil yang berbeda, dan mengapa kaum wanita lebih berperan serta dalam aktivitas sosial dan aktivitas masyarakat daripada dalam aktivitas yang bersifat kewarganegaraan di Australia. Tujuan penelitian yang dinyatakan Hodgkin yaitu utnuk “menunjukan penggunaan metode adonan dalam penelitian feminis” (hlm. 296). Diawal artikelnya Hodgkin membahas komponen penelitian feminisnya, menyerupai menggambarkan perhatian akan kurangnya fokus gender dalam penelitian modal sosial, memakai penelitian kuantitatif dan kualitatif untuk menyuarakan pengalaman para perempuan, dan memosisikan penelitiannya dalam paradigm transformaif. Melalui hasil penelitian kuantitatif , Hodgin menemukan perbedaan modal sosial pada kaum pria dan perempuan, dan kemudian ia menggali sudut pandang kaum wanita dalam fase kedua, memperhatikan keterlibatan kaum wanita dalam partisipasi informal dan partisipasi komunitas. Partisipasi pada level keterlibatan yang bersifat kewarganegaraan yaitu rendah, dan tema-tema yang dilibatkab dari kaum wanita duhubungkan dengan keinginan untuk menjadi “ibu yang baik”, keinginan untuk menghindari isolasi sosial, dan keinginan untuk emnjadi warga negara yang aktif. |
KESIMPULAN
Teori yaitu alur logika, yang menerangkan konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi yaitu: 1) Untuk menjelaskan (Explanation), 2) Untuk meramalkan (prediction), 3) Pengendalian (control) suatu gejala.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti memakai teori secara deduktif dan meletakkannya di awal tawaran penellitian. Oleh lantaran itu tujuannya yaitu untuk menguji atau memverifikasi suatu teori ketimbang mengembangkannya, maka peneliti kuantitatif seyogianya mengajukan teori, mengumpulkan data untuk menguji teori tersebut, dan menyatakan konfirmasi atau diskonfirmasi atas teori tersebut menurut hasil yang diperoleh.
Dalam penelitian kualitatif teori muncul diawal dan sanggup dimodifikasi atau diadaptasi sedemikian rupa menurut pandangan dari para paritisipan. Melakukan penelitian grounded theory secara empiris membutuhkan korelasi timbal-balik antara data dan teori.
Teori dalam penelitian metode adonan (theory use in mixed methods) sanggup diterapkan secara deduktif, menyerupai dengan pengujian atau verifikasi teori kuantitatif atau secara induktif menyerupai dengan pemunculan teori ata pola kualitatif
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, Jhon W. 2017. Research Design (Pendekatan Metode Kualitatitf, Kuantitatif, dan Campuran). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Engkoswara dan Komariah, Aan. (2010). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Mardalis. 2003. Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com