Friday, July 28, 2017

√ Resensi Filsafat Ilmu



Identitas Buku

Judul Buku      : Filsafat Ilmu, Mengurai Ontologi, Epistimologi, dan Aksioloigi Pengetahuan
Penulis             : Prof. Dr. Ahmad Tafsir
Penerbit           : PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Tahun Terbit    : 2004
Jumlah Halama : 247 hlm
Cetakan           : Pertama







Pembahasan dalam Buku
Bab 1   PENDAHULUAN
Bab 2   PENGETAHUAN SAIN
A.  Ontologi Sain
1.    Hakikat Pengetahuan Sain
2.    Struktur Sain
B.  Epistimologi Sain
1.    Objek Pengetahuan Sain
2.    Cara Memperoleh Pengetahuan Sain
3.    Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sain
C.  Aksiologi Sain
1.    Kegunaan Pengetahuan Sain
2.    Cara Sain Menyelesaikan Masalah
Bab 3   PENGETAHUAN FILSAFAT
A.  Ontologi Filsafat
1.    Hakikat Pengetahuan Filsafat
2.    Struktur Filsafat
3.    Epistimologi Filsafat
1.    Objek Pengetahuan Sain
2.    Cara Memperoleh Pengetahuan Sain
3.    Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sain
4.    Aksiologi Filsafat
1.    Kegunaan Pengetahuan Filsafat
2.    Cara Filsafat Menyelesaikan Masalah
3.    Orang-orang Umum Menilai
Bab 4   PENGETAHUAN MISTIK
A.    Ontologi Pengetahuan Mistik
1.    Hakikat Pengetahuan Mistik
2.    Struktur Pengetahuan Mistik
B.     Epistimologi Pengetahuan Mistik
1.    Objek Pengetahuan Mistik
2.    Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
3.    Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
C.     Aksiologi Pengetahuan Mistik
1.      Kegunaan Pengetahuan Mistik
2.    Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah
D.    Beberapa Contoh Pengetahuan Mistik




BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dikenal sebagai makhluk berfikir. Dan hal inilah yang menimbulkan insan istimewa dibandingkan makhluk lainnya. Kemampuan berpikir atau daya nalar manusialah yang menyebabkannya bisa menyebarkan pengetahuan berfilsafatnya. Dia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, yang indah dan yang jelek. Secara terus menerus insan diberikan banyak sekali pilihan. Dalam melaksanakan pilihan ini insan berpegang pada filsafat atau pengetahuan.
Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya duduk kasus kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi referensi untuk menjawabnya. Filsafat memberi klarifikasi atau tanggapan substansial dan radikal atas duduk kasus tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau interaksi tersebut intinya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh lantaran itu filsafat ilmu sanggup dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.
Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari teladan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan banyak sekali pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para ahli.










BAB II
RINGKASAN  BUKU

Dari segi motif pengetahuan itu diperoleh melalui dua cara. Pertama, pengetahuan yang diperoleh begitu saja tanpa niat dan motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha. Kedua, pengetahuan yang didasari motif ingin tahu, pengetahuan diperoleh lantaran diusahakan, biasanya lantaran belajar. Manusia mempunyai tiga pengetahuan yang masing-masing mempunyai objek, paradigma, metode dan kriteria, yaitu :
Tabel 1.1
Pengetahuan Manusia
Pengetahuan
Objek
Paradigma
Metode
Kriteria
Sain
Empiris
Sain
Ilmian
Rasional-empiris
Filsafat
Abstrak – Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Mistik
Astrak – Supra-rasional
Mistik
Latihan, percaya
Rasa, iman, logis, adakala empiris

Istilah logis dan rasionala yaitu 2 kata yang mempunyai arti yang berbeda, berdasarkan Kant rasional itu ialah suatu aliran yang masuk kebijaksanaan tetapi memakai ukuran aturan alam, dengan kata lain rasional itu ialah kebenaran kebijaksanaan yang diukur dengan aturan alam. Kebenaran logis terbagi dua, pertama logis-rasional mirip yang telah dijelaskan sebelumnya, kedua logis-supra-rasional. Logis-supra-rasional ialah aliran kebijaksanaan yang kebenarannya hanya mengandalkan argumen, ia tidak diukur dengan aturan alam.
Dari klarifikasi di atas kita sanggup menciptakan beberapa ungkapan sebagai berikut :
1)        Yang logis ialah yang masuk akal
2)        Yang logis itu meliputi yang rasional dan yang supra-rasional
3)        Yang rasional ialah yang masuk kebijaksanaan dan sesuai dengan aturan alam
4)        Yang supra-rasional ialah yang masuk kebijaksanaan sekalipun tidak sesuai dengan aturan alam
5)        Istilah logis boleh digunakan dalam pengtahuan rasional atau dalam pengertian supra-rasional



1.      Pengetahuan Sain
Pengetahuan sain yaitu pengetahuan rasional empiris, berikut akan dijelaskan perihal ontologi, epistimologi dan aksiologi sain
A.    Ontologi Sain
1)      Hakikat pengetahuan sain
Pengetahuan sain itu rasional empiris. Rumus baku metode ilmiah ialah : logico-hypothetico-verificatif  (buktikan bahwa itu logis, tarik hipotesis, ejekan bukti empiris) logis di sini dalam artian logis rasional. Pada dasarnya cara kerja sain yaitu cara kerja mencari korelasi alasannya yaitu akhir atau mencari dampak sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sain yaitu tidak ada kejadian tanpa sebab. Ilmu atau sain berisi teori. Teori intinya mengambarkan korelasi alasannya yaitu akhir
2)      Struktur Sain
Dalam garis besarnya sain dibagi dua, yaitu sain ke-alaman dan sain sosial dan ditambah satu Humaniora. Berikut akan dijelaskan struktur sain dalam bentuk nama-nama ilmu :
ü Sains Ke-alaman : Astronomi, Fisika, Kimia, Ilmu Bumi, Ilmu Hayati
ü Sain Sosial : Sosiologi, Antropologi, Psikologi, Ekonomi, Politik
ü Humaniora : Seni, Hukum, Filsafat, Bahasa, Agama, Sejarah
B.     Epistimologi Sain
Akan diuraikan cara memperoleh pengetahuan sain dan cara mengukur benar tidaknya pengetahuan sain.
1)      Objek Pengetahuan Sain
Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) ialah semua objek yang empiris, objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman di sisni yaitu pengalaman indera.yanng sanggup diteliti oleh sain diantaranya adalah, hewan, tumbuhan, insan serta kejadian-kejadian alam dan semua yang sanggup diteliti oleh sain.

2)      Cara Memperoleh Pengetahuan Sain
Untuk memperoleh pengetahuan sain diperlukan metode, metode yang digunakan yaitu Metode ilmiah. Menurut metode ini untuk memperoleh pengetahuan  yang benar lakukan langkah berikut : logico-hypothetico-verificatif. Maksudnya buktikan bahwa itu logis, kemudian ejekan hipotesis (berdasarkan logika) kemudian lakukan pembuktian secara empiris. Metode ini secara teknis dan rinci dijelaskan dalam bidang ilmu yang disebut metode riset. Metode ini menghasilkan model-model penelitian.
3)      Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sain
Ukuran kebenaran dalam pengetahuan sains yaitu logis empiris berdasarkan masing-masing ilmu.
C.    Aksiologi Sain
Pada cuilan ini akan dijelaskan perihal kegunaan sain, cara menuntaskan duduk kasus , dan netralitas sain.
1)      Kegunaan Pengetahuan Sain
Sekurang-kurangnya ada tiga kegunaan sain yaitu: sebagai alat menciptakan eksplanasi, sebagai alat peramal, dan sebagai alat pengontrol. Sain merupakan suatu sistem eksplanasi yang paling sanggup mendapatkan amanah dibandingkan dengan sistem lainnya dalam memahami masa lampau, kini serta mengubah masa depan. Tatkala menciptakan ekplanasi , biasanya ilmuan telah mengetahui juga faktor penyebab terjadinya tanda-tanda itu. Dengan “mengutak-atik” penyebab itu, ilmuwan sanggup menciptakan ramalan. Selain bisa menciptakan ramalan berdasarkan eksplanasi gejala, juga sanggup menciptakan kontrol.
2)      Cara Sain dalam Menyelesaikan Masalah
Untuk menuntaskan duduk kasus para ilmuan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut :
a.       Mengidentifikasi masalah. Identifikasi biasanya dilakukan dengan cara mengadakan penelitian, hasil penelitian kemudian dianalisis.
b.      Mencari teori perihal alasannya yaitu permasalahan yang terjadi
c.       Menetapkan tindakan penyelesaiannya



2.      Pengetahuan Filsafat
A.    Ontologi Filsafat
1)      Hakikat pengetahuan Filsafat
Filsafat yaitu jenis pengetahuan yang berusaha mencari alasannya yaitu yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan kebijaksanaan pikiran belaka. Filsafat itu pengetahuan yang diperoleh dari berfikir. Ciri khas filsafat ialah ia diperoleh dengan berfikir dan karenanya berupa aliran (yang logis tetapi tidak empiris)
2)      Struktur Filsafat
Filsafat terdiri atas tiga cabang besar yaitu : ontologi, epistimologi, dan aksiologi.
ü Ontologi, membicarakan hakikat (segala sesuatu); ini berupa pengetahuan perihal hakikat segala sesuatu,
ü Epistimologi cara memperoleh pengetahuan
ü Aksiologi membicarakan guna pengetahuan, ini berlaku bagi semua cabang filsafat
B.     Epistimologi Filsafat
Epistimologi filsafat membicarakan tiga hal, yaitu objek filsafat (yaitu yang dipikirkan), cara memperoleh pengetahuan filsafat dan ukuran kebenaran (pengetahuan) filsafat
1)      Objek Pengetahuan Filsafat
Objek pengetahuan filsafat lebih luas dari objek penelitian sain. Sain hanya meneliti objek yang ada, sedangkan filsafat meneliti objek yang ada dan mungkin ada. Filsafat meneliti objek yang ada tetapi abstrak, adapun yang mungkin ada, sudah terang abstrak, itu pun kalau ada.
2)      Cara Memperoleh Pengetahuan Filsafat
Bagaimana insan memperoleh pengetahuan filsafat? Dengan berfikir secara mendalam, perihal sesuatu yang abstrak. Mungkin juga objek pemikirannya sesuatu yang konkret, tetapi yang henddak diketaahuinya ialah cuilan belakang objek aktual itu. Secara mendalam artinya hendak mengetahui cuilan yang aneh sesuatu itu, ia ingin mengetahui sedalam-dalamnya. Dapat dikatakan bahwa cara memperoleh filsafat yaitu dengan cara berfikir secara mendalam memakai akal.

3)      Ukuran Kebenaran Pengetahuan Filsafat
Ukuran kebenaran dalam pengetahuan filsafat ialah logis tidaknya pengetahuan itu bila logis benar, bila tidak logis salah. Kebenaran teori filsafat ditentukan oleh logis tidaknya teori itu. Ukuan logis tidaknya tersebut akan terlihat pada argumen yang menghasilkan kesimpulan teori itu
C.    Aksiologi Filsafat
Pada cuilan ini akan dijelaskan perihal kegunaan filsafat, cara filsafat menuntaskan masalah.
1)      Kegunaan Pengetahuan Filsafat
Untuk mengetahui kegunaan filsafat, kita sanggup memulai dengan melihat filsafat sebagai tiga hal, pertama filsafat sebagai kumpulan teori filsafat, Mengetahui teori-teori sangat perlu lantaran dunia dibuat oleh teori-teori filsafat. kedua filsafat sebagai metode pemecahan duduk kasus yang dihadapi, di sini filsafat digunakan sebagai satu cara atau model pemecahan duduk kasus secara mendalam dan universal,  ketiga filsafat sebagai pandangan hidup, sama dengan agama dalam hal menghipnotis perilaku dan tindakan penganutnya. Bila agama dari Tuhan atau dari langit, maka filsafat ( sebagai pandangan hidup)berasal dari aliran manusia.
2)      Cara Sain dalam Menyelesaikan Masalah
Sesuai dengan sifatnya, filsafat menuntaskan duduk kasus secara mendalam dan universal. Penyelesaian filsafat bersifat mendalam, artinya ia ingin mencari asal masalah. Universal artinya filsafat ingin duduk kasus itu dilihat dalam hubunngan seluas-luasnya supaya nantinya penyelesaian itu cepat dan berakibat seluas mungkin.
3.      Pengetahuan Mistik
A.    Ontologi Pengetahuan Mistik
1)      Hakikat pengetahuan Mistik
Mistik yaitu pengetahuan yang tidak rasional. Pengetahuan gaib yaitu pengetahuan yang tidak sanggup dipahami rasio, maksudnya korelasi alasannya yaitu akhir yang terjadi tidak sanggup dipahami rasio. Pengetahuan ini adakala mempunyai bukti empiris tetapi kebanyakan tidak sanggup dibuktikan secara empiris.

2)      Struktur Pengetahuan Mistik
Dilihat dari segi sifatnya kita membagi gaib menjadi dua, yaitu gaib biasa dan gaib magis. Mistik biasa yaitu gaib tanpa kekuatan tertentu, dalam islam gaib ini disebut tasawuf. Mistik magis ialah gaib yang menganduk kekuatan  tertentu dan biasanya untuk mencapai tujuan tertentu.
B.     Epistimologi Pengetahuan Mistik
Pengetahuan gaib ialah pengetahuan yang diperoleh tidak melalui indera dan bukan melalui rasio. Pengetahuan ini diperoleh melalui rasa, melalui hati sebagai alat merasa.
1)      Objek Pengetahuan Mistik
Objek pengetahuan pengetahuan gaib ialah objek yang abstrak-supra-rasional, mirip alam gaib termasuk, Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin dan lain-lain
2)      Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik
Kaum sufi memperoleh pengetahuan gaib dengan cara membersihkan diri atau disebut thariqat. Pada umumnya cara memperoleh pengetahuan pengetahuan gaib yaitu latihan yang disebut juga riyadhah. Dari riyadhoh itu insan memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan yang dalam tasawuf disebut ma’rifat
3)      Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik
Kebenaran pengetahuan gaib diukur dengan banyak sekali ukuran. Bila pengetahuan gaib itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya ialah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan gaib itu kepercayaan. Adakalanya juga ukuran kebenaran pengetahuan gaib yaitu bukti empiris.
C.    Aksiologi Mistik
Di sini dibahan kegunaan pengetahuan gaib dan cara pengetahuan gaib menuntaskan masalah
1)      Kegunaan Pengetahuan Mistik
Pengetahuan gaib itu amat subjektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya. Secara berangasan kita sanggup mengetahui bahwa gaib yang biasa digunakan untuk memperkuat keimanan, sanggup digunakan untuk kebaikan ataupun kejahatan
2)      Cara Mistik dalam Menyelesaikan Masalah
Cara gaib menuntaskan duduk kasus dengan cara supra-rasional, memakai kekuatan rohaniah. Menggunakan kekuatan supra- natural yang terdapat dalam wirid dan doa, wafaq atau isim untuk tujuan tertentu.
D.    Contoh Pengetahuan Mistik
Berikut yaitu beberapa contoh pengetahuan mistik, yaitu :
ü  Mukasyafah               
ü  Ilmu Laduni
ü  Saefi
ü  Jangjawokan
ü  Sihir
ü  Ilmu Kebal
ü  Santet
ü  Pelet, dll


























BAB III
PEMBAHASAN dan ANALISIS

Dalam buku filsafat ilmu yang ditulis oleh Ahmad tafsir, bahwa ada tiga pengetahuan manusia. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling berkaitan; jadi ontologi ilmu terkait dengan epistimologi, epistimologi ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Kaprikornus kalau ingin membicarakan epistimologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.  Tiga pengetahuan yang dimaksud sanggup diringkas pada tabel di bawah ini :
Pengetahuan Manusia
Pengetahuan
Objek
Paradigma
Metode
Kriteria
Sain
Empiris
Sain
Ilmian
Rasional-empiris
Filsafat
Abstrak – Rasional
Rasional
Rasional
Rasional
Mistik
Astrak – Supra-rasional
Mistik
Latihan, percaya
Rasa, iman, logis, adakala empiris

Suriasumantri (2010, hlm. 105-106) Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita, pengetahuan dikumpulkan oleh ilmu dengan tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan yang sehari-hari dihadapi insan dan untuk digunakan dalam mengatakan banyak sekali akomodasi kepadanya. Pengetahuan sain sanggup diibaratkan sebagai alat untuk pemecahan duduk kasus yang dihadapi oleh manusia.
Pemecahan tersebut intinya dengan meramalkan atau mengontrol tanda-tanda alam. Untuk meramalkan atau mengontrol tanda-tanda alam, kita harus sanggup menguasai pengetahuan yang sanggup menjelaskan kejadian tersebut. Penelaahan ilmiah diarahkan kepada perjuangan untuk mendapatkan klarifikasi mengenai banyak sekali tanda-tanda alam.
Suriasumantri (2010. Hlm. 127-128), alur berfikir dengan memakai metode ilmiah ada 5 langkah, yaitu :
1.      Perumusan masalah
2.      Penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipotesis
3.      Perumusan hipotesis
4.      Pengujian hipotesis
5.      Penarikan kesimpulan.
Pada pengetahuan filsafat diawalli dengan berfikir memakai daypikir untuk menemukan atau mencari kebenaran secara mendalam, kebenaran berdasarkan filsafat bersifat logis, kalau tidak logis tidak benar kalau logis itu gres benar.
Mistik juga merupakan pengetahuan, lantaran pengetahuan gaib sanggup dipelajari, walaupun pengetahuan ini tidak sanggup dipahami secara rasional dan masih jarang para pakar membahas perihal pengetahuan gaib ini. Pengetahuan gaib bersifat supra-rasional ukuran kebenarannya pun ada banyak sekali ukuran, kebenaran sanggup berupa kepercayaan atau sanggup juga berupa bukti empiris.
Pada buku filsafat ilmu Ahmad tafsir ini pengetahuan gaib menerima perhatian lebih banyak daripada dua pengetahuan lainnya, lantaran pengetahuan gaib kurang menerima perhatian para andal di sekolah tinggi tinggi. Sementara kita mengetahui bahwa pengetahuan gaib memang ada dan menghipnotis sejumlah anggota masyarakat.





















DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, A.  2004. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Pengetahuan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Suryasumantri, S. 2010. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar harapan



Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com