Tuesday, August 15, 2017

√ Analisis Sopan Santun Islam Dan Barat



A.    Menganalisis Wacana Etika Islam dalam kebebasan
Agama islam telah memutuskan bahwa insan diciptakan Allah Subhanahu wa Ta’ala  dengan dibekali banyak sekali kekuatan, talenta dan potensi. Potensi-potensi ini sanggup diarahkan dan dipergunakan untuk kebaikkan sebagaimana ia juga sanggup diarahkan dan dipergunakan untuk keburukan. Potensi ini bukan berupa kebaikan semata dan bukan pula berupa keburukan semata. Meskipun keinginan terhadap kebaikan pada sebagian orang terkadang lebih kuat, sebagaimana keinginan terhadap keburukan pada sebagian insan yang lain juga terkadang lebih kuat. Antara keduanya terdapat perbedaan yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala.[1] Di dalam hadits shahih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:
كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَي الْفِطْرَةِ.[2]
“setiap anak dilahirkan di atas fitrah (asal insiden yang bersih, sanggup mendapatkan baik dan buruk)”. (Bukhari)
            Di dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
النَّاسَ مَعَادِنٌ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْإِسْلَامِ إِذَا فَقِهُوا.[3]
“Manusia itu bagaikan tambang, menyerupai tambang emas dan perak. Yang terbaik diantara mereka di masa jahiliyah yaitu yang terbaik diantara mereka di masa Islam apabila mereka memahami ajaran.” (Bukhari)
Keterangan di atas diperkuat oleh firman Allah Ta’ala:
<§øÿtRur$tBur$yg1§qyÇÐÈ$ygyJolù;r'sù$yduqègéú$yg1uqø)s?urÇÑÈ
Artinya :
“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (asy-Sams:7-8)
Yakni Allah menicptakan jiwa dalam keadaan disempurnakan dan seimbang, sanggup mendapatkan ketakwaan dan kefasikan, dan siap menerimapengaruh baik dan buruk.
            Allah membekali insan dalam hidupnya ini dengan kebijaksanaan pikiran yang sanggup dipergunakan untuk membedakan antara yang haq dan yang bathil dalam duduk kasus aqidah, dan membedakan antara yang baik dan yang jelek dalam duduk kasus perbuatan, dan sanggup membedakan antara yang benar dan yang dusta dalam hal ucapan.
            Allah juga menggariskan bagi insan jalan kebenaran , kebaikan dan kejujuran melalui kitab-kitab yang diturunkanNya dan melalui rasul-rasul yang diutusNya. Selama kebijaksanaan pikiran insan yang sanggup membedakan hal-hal tersebut masih ada, kemampuan untuk berbuat masih baik, dan manhaj yang digariskan Allah masih jelas, maka berarti insan mempunyai kebebasa untuk berkehendak dan kebebasan untuk menentukan perbuatan.
            Manusia harus mengarahkan kekuatan-kekuatan yang dimilikinya guna menentukan untuk dirinya, apakah kebenaran ataukah kebathilan, kebaikan ataukah keburukan, kejujuran ataukah kedustaan yang dipilihnya.[4]
            Di dalam al-Qur’an Allah berfirman:
$¯RÎ)çm»uZ÷ƒyydŸ@Î6¡¡9$#$¨BÎ)#[Ï.$x©$¨BÎ)ur#·qàÿx.ÇÌÈ
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus. Ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.” (al-Insan:3)
            Diantara insan ada yang menempuh jalan lurus, sehingga ia menjadi orang yang bersyukur. Dan ada pula yang menempuh jalan bengkok, sehingga ia menjadi kafir.
            Mengenai pengertian ini Allah juga berfirman:
çm»oY÷ƒyydurÈûøïyôÚ¨Z9$#ÇÊÉÈ
 “dan Kami telah menyampaikan kepadanya dua jalan.” (al-Balad:10)
            Setiap insan bertnggungjawab untuk membersihkan dirinya dan memperbaikinya hingga ia sanggup mencapai kesempurnaanya yang yang telah ditentukan baginya. Dengan ilmu dan amal shaleh itulah jalan jalan yang harus ditempuh untuk mencapai keberuntungan dan kebahagiaan. Jika mengabaikan hal di atas, itulah jalan menuju kegagalan dan kerugiannya.
           

Allah berfirman:
ôs%yxn=øùr&`tB$yg8©.yÇÒÈôs%urz>%s{`tB$yg9¢yŠÇÊÉÈ
“ Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (asy-Syams:9-10)
            Allah juga berfirman:
È@t/ß`»|¡RM}$#4n?tã¾ÏmÅ¡øÿtR×ouŽÅÁt/ÇÊÍÈöqs9ur4s+ø9r&¼çntƒÏŒ$yètBÇÊÎÈ
“ bahkan insan itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun Dia mengemukakan alasan-alasannya.” (al-Qiyamah:14-15)
            Ayat-ayat al-Qur’an yang memutuskan kebebasan insan sangat banyak sekali. Di antaranya yaitu firman Allah:
ô`¨BŸ@ÏHxå$[sÎ=»|¹¾ÏmÅ¡øÿuZÎ=sù(ô`tBuruä!$yr&$ygøŠn=yèsù3$tBury7/u5O»¯=sàÎ/ÏÎ7yèù=Ïj9ÇÍÏÈ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh Maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, Maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu Menganiaya hamba-hambaNya.” (fushshilat:46)
            Di dalam ayat ini Allah menyandarkan amal yang baik dan jelek kepada manusia. Andaikata insan tidak bebas berinfak pasti amal perbuatan tidak disandarkan kepadanya.
            Al-Qur’an benar-benar berbicara wacana banyak sekali kerusakan dan kejahatan yang mengelilingi manusia, kemudian al-Qur’an menjelaskan bahwa itu semua bukanlah dari amal perbuatan insan semata.
            Seperti firman Allah:
tygsßߊ$|¡xÿø9$#ÎûÎhŽy9ø9$#̍óst7ø9$#ur$yJÎ/ôMt6|¡x.Ï÷ƒr&Ĩ$¨Z9$#Nßgs)ƒÉãÏ9uÙ÷èt/Ï%©!$#(#qè=ÏHxåöNßg¯=yès9tbqãèÅ_ötƒÇÍÊÈ
Artinya :
“telah nampak kerusakan di darat dan di bahari disebabkan lantaran perbuatan tangan manusi, supay Allah mencicipi kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, biar mereka kembali (ke jalan yang benar).”(ar-Ruum:41)
            Apa yang ditetapkan ole al-Qur’an inilah yang dirasakan oleh insan dari dirinya. Ia mencicipi bahwa ia mengerjakan amal-amalnya yang bisa diusahakan dengan kehendak dan ikhtiarnya semata, alasannya yaitu insan diciptakan Allah mempunyai kemerdekaan dan kebebasan untuk menentukan pilihannya (karena telah dibekali dengan kebijaksanaan dan hati).[5]
`yJÏ9uä!$x©öNä3ZÏBbr&tLìÉ)tGó¡oÇËÑÈ$tBurtbrâä!$t±n@HwÎ)br&uä!$t±oª!$#>ušúüÏJn=»yèø9$#ÇËÒÈ
Maksud  ayat di atas aalah bahwa insan tidak akan menginginkan sesuatu bila yang diinginkan itu berada dalam batas-batas kehendak Allah. Makara kehendak insan bukanlah kehendak yang berdiri sendiri, lepas dari kehendak Allah. Sementara itu Allah telah berkehendak untuk insan biar ia menentukan salah satu dari dua jalan, yaitu jalan petunjuk atau jalankesesatan. Apabila ia telah menentukan jalan yang pertama, maka ia berada dalam bulat kehendak tuhan.[6]
B.     Menganalisis Wacana Etika Islam dalam Tanggung jawab
حَدَّثَنَابِشْرُبْنُمُحَمَّدٍالْمَرْوَزِيُّقَالَأَخْبَرَنَاعَبْدُاللَّهِقَالَأَخْبَرَنَايُونُسُعَنْالزُّهْرِيِّقَالَأَخْبَرَنَاسَالِمُبْنُعَبْدِاللَّهِعَنْابْنِعُمَرَرَضِيَاللَّهُعَنْهُمَاأَنَّرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُكُلُّكُمْرَاعٍوَزَادَاللَّيْثُقَالَيُونُسُكَتَبَرُزَيْقُبْنُحُكَيْمٍإِلَىابْنِشِهَابٍوَأَنَامَعَهُيَوْمَئِذٍبِوَادِيالْقُرَىهَلْتَرَىأَنْأُجَمِّعَوَرُزَيْقٌعَامِلٌعَلَىأَرْضٍيَعْمَلُهَاوَفِيهَاجَمَاعَةٌمِنْالسُّودَانِوَغَيْرِهِمْوَرُزَيْقٌيَوْمَئِذٍعَلَىأَيْلَةَفَكَتَبَابْنُشِهَابٍوَأَنَاأَسْمَعُيَأْمُرُهُأَنْيُجَمِّعَيُخْبِرُهُأَنَّسَالِمًاحَدَّثَهُأَنَّعَبْدَاللَّهِبْنَعُمَرَيَقُولُسَمِعْتُرَسُولَاللَّهِصَلَّىاللَّهُعَلَيْهِوَسَلَّمَيَقُولُكُلُّكُمْرَاعٍوَكُلُّكُمْمَسْئُولٌعَنْرَعِيَّتِهِالْإِمَامُرَاعٍوَمَسْئُولٌعَنْرَعِيَّتِهِوَالرَّجُلُرَاعٍفِيأَهْلِهِوَهُوَمَسْئُولٌعَنْرَعِيَّتِهِوَالْمَرْأَةُرَاعِيَةٌفِيبَيْتِزَوْجِهَاوَمَسْئُولَةٌعَنْرَعِيَّتِهَاوَالْخَادِمُرَاعٍفِيمَالِسَيِّدِهِوَمَسْئُولٌعَنْرَعِيَّتِهِقَالَوَحَسِبْتُأَنْقَدْقَالَوَالرَّجُلُرَاعٍفِيمَالِأَبِيهِوَمَسْئُولٌعَنْرَعِيَّتِهِوَكُلُّكُمْرَاعٍوَمَسْئُولٌعَنْرَعِيَّتِهِ (روه بخاري)   
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad Al Marwazi berkata, telah mengabarkan kepada kami 'Abdullah berkata, telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri berkata, telah mengabarkan kepada kami Salim bin 'Abdullah dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian yaitu pemimpin." Al Laits menambahkan; Yunus berkata; Ruzaiq bin Hukaim menulis surat kepada Ibnu Syihab, dan pada ketika itu saya bersamanya di Wadi Qura (pinggiran kota), "Apa pendapatmu jikalau saya mengumpulkan orang untuk shalat Jum'at?" -Saat itu Ruzaiq bertugas di suatu daerah dimana banyak jama'ah dari negeri Sudan dan yang lainnya, yaitu di negeri Ailah-. Maka Ibnu Syihab membalasnya dan saya mendengar ia memerintahkan (Ruzaiq) untuk mendirikan shalat Jum'at. Lalu mengabarkan bahwa Salim telah menceritakan kepadanya, bahwa 'Abdullah bin 'Umar berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian yaitu pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung balasan atas yang dipimpinnya. Imam yaitu pemimpin yang akan diminta pertanggung balasan atas rakyatnya. Seorang suami yaitu pemimpin dan akan dimintai pertanggung balasan atas keluarganya. Seorang isteri yaitu pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung balasan atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang pembantu yaitu pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan akan dimintai pertanggung balasan atas urusan tanggung jawabnya tersebut." Aku mengira Ibnu 'Umar menyebutkan: "Dan seorang pria yaitu pemimpin atas harta bapaknya, dan akan dimintai pertanggung balasan atasnya. Setiap kalian yaitu pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung balasan atas yang dipimpinnya." (Diriwayatkan Oleh Bukhori)[7]
            Tindakan yang senggaja dilakukan seseorang berarti orang tersebut harus bertanggung jawab terhadap tindakan yang dipilihj dengan sengaja. Hal ini bahwa seseorang harus sanggup menyampaikan berkata jujur kepada hati nuraninya, bahwa tinddakan tersebut sesuai dengan penerangan dari hati nurani tersebut. Menanyakan kepada hati nuraninya bahwa ia berbuat baik dan tidak berbuat jahat, setidak-tidaknya berdasarkan keyakinan yang ada dalam hati nuraninya. Tanggung jawab yaitu keyakinan diri bahwa tindakan yang dipilih tersebut yaitu yang baik.

C.    Menganalisis Wacana Etika Islam dalamHak dan Kewajiban
“sesuatu dengan tidak merugikan orang lain”. Mendekati dengan arti itu apa yang telah dikatakan oleh Spencer yaitu, tiap insan yang merdeka berbuat berdasarkan apa yang dikehendakinya, asal tidak melanggar kemerdekaan orang lain. Pendeknya bahwa hak kemerdekaan ini menghendaki biar tiap-tiap orang diperlakukan sebagaai manusia, bukan sebagai barang. Kerena yang demikian itu maka dihentikan adanya hamba sahaya, bertangan besi, kerja paksa dan sebagainya. [8]
Adapun macam-macam kemerdekaan adalah
  1. Kemerdekaan lawan daripada penghambaan
  2. Kemerdekaan bangsa-bangsa, yang berarti tidak tunduk kepada kekuasaan asing.
  3. Kemerdekaan kemajuan, ialah tiap-tiap orang kondusif dari perlakuan curang terhadap miliknya. Kemerdekaan ini melahirkan kebebasan berpendapat,dll.
  4. Kemerdekaan politik, ialah tiap-tiap orang mempunyai hak untuk turut mengatur pemerintahan negerinya dan menentukan wakilnya dalam pemilihan umum.
ü  Hak mempunyai
Hak mempunyai hampir menjadi kepingan yang menyempurnakan hak kemerdekaan, lantaran insan itu tidak sanggup mempertinggi dirinya berdasarkan kehendaknya. Hak mempunyai ini diadakan lantaran alat-alat hidup tidak cukup untuk keinginan tiap-tiap manusia, sehingga saling berebut untuk mencapainya, dan cinta diri itu menghendaki memilki sesuatu, maka timbullah hak mempunyai itu.[9]
Dengan pandangan sepintas kita sanggup mengetahui bahwa hak mempunyai itu ada dua macam. Terkadang ada milik khas, menyerupai milik perseorangan, menyerupai buku, rumah, dll. Dan yang terkadang menjadi milik umum seperti, kereta api, museum, gedung, barang kuno, dll. Barang-barang yang kita katakan milik umum ialah yang disebut millik pemerintah, lantaran pemerintah itu mewakili rakyat, maka pemerintah mengatur barang-barang itu dan mempergunakannya sebagai wakil mereka.[10]
Hak milik ini menentukan dua kewajiban. Wajib bagi orang banyak untuk menghormati milik perseorangan, tidak mengganggunya dengan mencuri dan mengambilnya dengan paksa. Kemudian wajib bagi pemilik untuk mempergunakannya dengan sebaik-baiknya.[11]
ü  Hak mendidik
Setiap insan mempunyai hak mendidik diri dan berguru berdasarkan kecakapan dan bakatnya. Ia mempunyai hak berguru membaca, menulis, mempertinggi kecakapannya dalam ilmu pengetahuan berdasarkan apa yang diinginkan oleh talenta dirinya. Manusia diberi hak ini lantaran pendidikan itu yaitu kepingan untuk mencapai kemerdekaan dan alat untuk hidup yang tinggi. [12]
Wajib bagi pemerintah mengenai hak tersebut ialah menyediakan alat-alat bagi tiap-tiap orang untuk sanggup menjadi anggota yang baik dalam masyarakat, tahu akan hak-haknya dan tahu akan kewajibannya. Kemudian wajib pula bagi pemerintah menyediakan guru-guru yang cukup cakap melaksanakan kepentingan itu, dan wajib bagi hartawan dan para perhimpunan-perhimpunan menolong pemerintah di dalam penyiaaran ilmu umtuk mencapai maksud tersebut.[13]

ü  Hak-hak perempuan
Perempuan hingga hari ini belum mencapai seprti hak-hak orang laki-laki, meskipun sudah mengarah kearah itu melalui beberapa langkah yang amat luas. Dalam kurun pertengahan hingga kurun kesembilan belas, orang permpuan di Eropa tidak mempunyai sesuatu dari hak-hak yang bekerjasama dengan Negara, dan pendidikannya hanya mengenai pelajaran memasak, mendidik anak, menjahit pakaian, dan yang lebih tinggi lagi ditambah dengan pelajaran musik.
Di zaman kini ini perempuan telah melangkah lebih jauh untuk mencapai hak-haknya. Perempuaan di Amerika Serikatlah yang paling cepat langkahnya, kerena mereka telah diberikan hak masuk di perguruan tinggi tinggi  sesudah sekolah menengah, hak perkawinwnnya sama dengan laki-laki, singkatnya perempuan Amerika hampir sama kedudukannya dengan pria di dalam semua hak-haknya.
Kebanyakan jago fikir (filosuf) menyatakan bahwa peremouan akan terus berjalanhingga mencapai yang tersebut di bawah ini :
  1. Perbuatan orang perempuan ditimbang dengan ukuran watak sebagaimana ditimbang juga dengan perbuatan orang pria dengan ukuran itu. Dapat dikatakan bahwa perbuatan orang perempuan dan pria pada masa kini tidak dilihat dengan satu pandangan dan tidak dihukumi dengan satu hokum.
  2. Orang perempuan akan mempunyai kekuasaan di rumah sama dengan kekuasaan pria dan menjadi kawannya berdasarkan praktik di dalam kebahagiaan rumah tangga.
  3. Akan terdidik dengan didikan yang lebih baik dari pendidikannya kini sehingga sanggup mendidik anaknya dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan.
  4. Akan mempunyai hak-hak yang mengenai negaranya menyerupai suaminya.
  5. Perempuan diperkenankan menjabat di kantor yang ia menghajatkannya, menyerupai ditinggal mati oleh suaminya.
Bagi seorang perempuan wajib mengetahui kewajiban-kewajibannya disamping hak-haknya. Wajib mengambil haknya dengan tepat dan melaksanakan kewajiban dengan tepat pula. Perempuan bertanggung jawab wacana hal ihwal rumah tangganya, pendidikan anaknyadan bertanggung jawab atas kemerdekaan yang ia milki.
ü  Kewajiban
Perkataan “wajib” dipergunakan untuk perbandingan perkataan “hak”. Sebagian jago etika menyatakan bahwa : “ wajib itu yaitu perbuatan watak yang ditimbulkan oleh bunyi hati”. Ulama watak berselisih cara bagaimana membagi-bagi wajib, diantara mereka ada yang membagi bahwa wajib itu dibagi menjadi :[14]
  1. Kewajiban perseorangan
  2. Kewajiban kemasyarakatan
  3. Kewajiban kepada Allah Swt
Pembagian ini tidak terbatas, maka jikalau tiap-tiap kewajiban sanggup dikembalikan kepada ketiga kepingan di atas.
Ada juga yang membagi kewajiban itu menjadi dua:
  1. Kewajiban terbatas
  2. Kewajiban tidak terbatas
Kewajiban insan itu majemuk dan berbeda-beda, maka  setiap keadaan hidup menentukan kewajiban yang tertentu. Karena  insan itu berbeda-beda, kita bisa melihat dari banyak sekali macam sudut pandang :
  1. Menurut kekayaan
  2. Menurut tingkat dan derajat
  3. Menurut pekerjaan
Kewajiban-kewajiban yang terpenting[15]
  1. Kewajiban insan kepada Allah
Dialah yang mengatur segala yang ada di alam ini, Dia yaitu diam-diam apa yang sanggup kita lihat dari ketertiban yang sangat tersusun rapi, dan mengatur segalanya dengan sangat teratur, bintang yang sangat teratur jalannya, matahari tidak mengejar bulan, serta malam tidak mendahului siang, ekspresi dominan silih berganti dengan mengherankan, pohon dan hewan yang hidup yang sangat sulit untuk kita gambarkan. Kekuatan itu yaitu Allah Swt yang memelihara dan mengasuh seluruh makhluk di ‘alam ini.
Kepada kekuatan inilah kita berhutang budi dengan segala sesuatu, dengan hidup kita, kesehatan, perasaan dan dengan segala kesenangan hidup dan kenikmatan yang beraneka warna. Maka wajib kita mentaati segala perintah-Nya, mencintai-Nya, menjunjung tinggi dan bersyukur kepada-Nya. Meninggalkan segala sesuatu yang dihentikan oleh-Nya. Sungguh tidak akan cukup kebanggaan yang kita haturkan kepada-Nya untuk membalas segala anugrah yang telah diberikan kepada kita, alasannya yaitu Ialah yang mempunyai segala  kebanggaan tersebut, dan Ialah yang menciptaakan segala sesuatu, maka pantaslah dan wajiblah bagi kita untuk senantiasa taat kepada-Nya.
Sebaik-baiknya cara bersyukur yaitu tunduk kepada peraturan-peraturan watak dan berbuat berdasarkan peraturannya, lantaran Allah mencipta alam ini, menjadikan kebahagiaan, dan sebagainya. Apabila hati kita penuh yakin bahwa peraturan-peraturan watak itu yaitu perintah Allah, pasti akan timbul perbuatan dengan kekuatan yang menjadikan lebih besar lengan berkuasa pengaruhnya dan menjadikan lebih banyak manfaatnya.
  1. Kewajiban insan kepada bangsanya (kebangsaan)
Kebangsaan yaitu kecintaan insan kepada negerinya tanah orang renta dan nenek moyangnya. Kita cinta kepada negeri kita lantaran kita dan negeri  tersebut mempunyai korelasi yang erat. Udara dan tanahnya membentuk kita sehingga undang-undangnya menjadi budpekerti kebiasaan kita, dari cara makan, berbicara, dan cara berpakaian menjadi cara kita. Kita rindu kepadanya jikalau meninggalkannya,dan gembira jikalau erat dengannya. Cinta tanah air yaitu hampir menjadi tabi’at seluruh insan yang ada di muka bumi ini.
Setiap insan sanggup berkhidmat kepada negerinya dengan beberapa jalan :
1.      Membela negeri bila diserang atau dilanggar kemerdekaannya
2.      Membaktikan hidupnya kepada negeri
3.      Menunaikan kewajiban
4.      Memajukan hasil negeri

D.    Menganalisis Wacana Etika Islam dalam baik dan buruk
Etika berbicara.

@è%urÏŠ$t7ÏèÏj9(#qä9qà)tƒÓÉL©9$#}Ïdß`|¡ômr&4¨bÎ)z`»sÜø¤±9$#éøu\tƒöNæhuZ÷t/4¨bÎ)z`»sÜø¤±9$#šc%x.Ç`»|¡SM Ï9#xrßtã$YZÎ7BÇÎÌÈ
53.  Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menjadikan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu yaitu musuh yang konkret bagi manusia.
Ada lima tahap etika islam yang bersifat preventif dan kuratif yaitu :
1.      Pandai-pandai mencari teman yang baik, biar tidak bergaul dengan orang-orang yang jelek tabiat. Karena watak jelek ini sulit untuk dibersihkan ketika telah menodai jiwa seseorang;
2.      Olah raga fikir bagi kesehatan mental sam pentingnya dengan olah raga bagi kesehatan badan.
3.      Memelihara kesucian kehormatan dengan cara tidak merangsang nafsu;
4.      Menyesuaikan rencana dengan perbuatan yang baik biar tidak terjerat dengan kebiasaan jelek yang merugikan;
5.       Berusaha memperbaiki diri, diawali dengan mencari dan mengenali kelemahan diri;
Etika seseorang yang berakhlaq baik akan secara sepontan melaksanakan kebaikan, demikian orang yang berakhlaq jelek akan impulsif akan melakukan  kejahatan begitu peluang.[16]

Hubungan antara baik dan jelek berkaitan dengan evaluasi moral . untuk menjelaskan hububungan evaluasi dimaksud . korelasi baik dan jelek yaitu jikalau sesuatu tindakan moral tidak baik, maka tindakan tersebut yaitu jelek . derajat jelek tidaklah sama.
E.     Menganalisis Wacana Etika Islam dalamkebaikkan dan kebahagian
ü  Kebaikkan
Etika sering disebut sebagai cabang filsafat nilai yang membicarakan wacana norma-norma tindakan dan pencarian watak moralitas dalam tindakan-tindakan yang dilakukan manusia. Majid Fahkri (1991:ix) membagi kajian etika menyangkut empat bidang, yaitu (1) moralitas berdasarkan Kitab Suci (2) etika teologis, (3) Etika kefilsafatan, dan (4) keaagamaan.
Sedangkan berdasarkan Haidar Baqir (2005;203) beberapa prinsip utama etika islam yang dirumuskan para filosof muslim antara lain yaitu :  pertama,  etika islam berpihak pada teori yang bersifat univesal dari fitri. Al-Qur’an, Mengatakan,
$ygyJolù;r'sù$yduqègéú$yg1uqø)s?urÇÑÈôs%yxn=øùr&`tB$yg8©.yÇÒÈôs%urz>%s{`tB$yg9¢yŠÇÊÉÈ
Artinya :
“ maka ia (Allah swt) mengilhamkan kepadanya (jiwa manusia)yang salah dan yang benar. Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya. Dan sesungguhnya rugi besar orang orang yang mengotorinya”. (Qs Al-syams (91) :8-10)
Semua insan baik muslim maupun nukan muslim pada hakikat nya mempunyai pengetahuan fitri wacana baik dan buruk.  Kedua, moralitas dalm islam didasarkan pada keadilan yaitu menempatkan sesuatu pada tempatnya. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa kaum muslim sebagai umat yang mengambil “jalan tengah” atau berada dipertengahan. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa urusan yang baik yaitu pertengahan.  Hal ini menunjukkan, nilai suatu perbuatan diyakini Relatif terhadap situasi atau konteks dan tujuan perbuatan yang dilakukan. Unsur pertama dalam konteks ini yaitu niat. Ketiga, bahwa tindakan moral dipercaya pada akibatnya akan mengahasilakan kebahagiaan bagi si pelaku. Seperti yang dikemukakan dalam Al-Qur’an Surat Luqman (31) ayat 5, Al-Baqarah Ayat 58, Al’araf (7) ayat (6).
ü  Kebahagian
Melaluipelbagaikalimatdanpertanyaan, dalam Al-Qur’an ungkapankebahagiaanmerupakantumpuancitadanharapanmanusiadalamkehidupannya.[17]Pernyataantersebutmengandungsegalaproblematika yang melukiskanadanyakesenangan yang bersifatsementara, mendorongmanusiamencapaikebahagiaan yang kekaldansejati.
Pernyataan-pernyataantersebutdikemukakandalampelbagaiungkapan, antara lain sebagaiberikut:
1.      Lazat, lezat, enakatausedap:
“Dan yaitu di surge ituterdapatapa-apa yang diinginkanolehnafsu-nafsudandirasaenakolehpandangan-pandangan, dandidalamnyakamuakankekal.” (QS. A-Zukhruf: 71).
2.      Ni’mah, yang berartinikmat:
“Tidaklahkamulihat, bahwa Allah telahmemudahkanuntukkamuapa-apa yang ada di langitdanapa-apa yang ada di bumi, danIatelahsempurnakanataskamunikmat-nikmat-Nya, yang zahirdan yang bathin.” (QS. Luqman: 20).
3.      Aflaha, beruntungatauberbahagia:
“Sungguhberbahagialah orang-orang yang beriman.”(QS. Al-Mu’minun: 1).
Dan lain-lain ungkapan yang melambangkanadanyakebahagiaan, kesenangan, kenikmatan, dansebagainya.
Denganketerangandanungkapan-ungkapantersebut, nyatalahpersesuaiannyadenganfitrahmanusia yang diciptakan Allah.Allah yang menciptakanfitrahkecenderunganmanusiamencarikebahagiaan, merasakankelezatandanmenikmatiketenanganhidupdanfitrahtersebut.Kesenangan yang bersifatsementaradan relative singkatadalahkesenangandalamkehidupanduniaini, sedangkankesenanganakhiratitulah yang lebihbaikdanlebihkekal, danitulahkebahagiaansejati:[18]
“ Katakanlah: Kesenanganduniainisedikit, danakhiratitulebibaikbuat orang yang berbakti…..” (QS. An-Nisa’: 77).
Sementaraitu, kesenangan yang bersifatsementaraitubanyaksekalimenipu orang sehinggadianggapnyaitulahkebahagiaan yang sejati.Orang yang tertipudengankesenangan yang keliruitudapatdiumpamakankumbang yang tertarikmemandangkeindahansinarlampu di waktumalam.[19]
Gambaran-gambarankebahagiaan, kegembiraandankesenanganitudidapati di dunianyata yang bersifatsementaraini, sifatnyaterbatasdanjangkawaktunya relative singkat.Betapaempuknyapangkatdanjabatan, betapamesranyacintaterhadapseseorang, betapaharunyaperjumpaan di balikperpisahan, namunsemuaituakansirnalaksanaembun yang dipukulsinarmatahari.
Karenaitudicarilahkebahagiansejati, kebahagiaan yang takkunjungpadam.Dan nilai-nilaikebahagiaanituhanyadidapatipadajalanmardlatillah, jalan yangdisukai Allah.Tegasnya di sisi Allah jualahnantididapatikesenangan yang kekal, ataukebahagiaan yang infinit berupa nirwana yang dijanjikankepadahamba-hamba-Nya yang shalih.[20]

IV.             Menganalisis Wacana Filsafat Barat Dalam Beriteka
V.                Pemikiran etika Plato.
Menurut Plato, Orang yang sanggup dikatakan baik apabila orang tersebut dikuasai oleh kebijaksanaan budi. Sebaliknya orang dikatakan jelek apabila orang tersebut dikuasai oleh keinginan nafsu. Selama insan dikuasai nafsu dan emosi, maka diri insan tersebut dikuasai oleh sesuatu diluar dirinya.

VI.             Etika berdasarkan Aristoteles.
      Etika yaitu ilmu wacana tindakan tepat dalam bidang yang khas dari manusia. Tujuan etika bukanlah pengetahuan melainkan praxis, yaitu bukan mengetahui apa yang disebut itu baik, melainkan membuat orang hidup dengan baik. Misalnya, tujuan yang lebih jauh yaitu uang. Uang dicari bukan untuk uang itu sendiri tetapi lantaran uang merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang lebuh jauh, menyerupai untuk makan sehari-hari. Sedangakan tujuan yang dicari untuk dirinya sendiri yaitu eudaimonia atau kebahagian dan ini lah tujuan selesai manusia.

VII.          Etika Menurut Epicuros.
Kebahagian merupakan inti aliran moral Epicuros yaitu kenikmatan. Hakekat berdasarkan Epicuros yaitu ketentraman jiwa yang tenang, yang tidak sanggup dikejutkkan dari kebebasan dan perasaan risau apapun dan dibingungkan oleh apapun.
 Etika Epicuros bersifat privatistik, yaitu pencarian kebahagian pribadi. Apikuros menasehati biar orang menarik diri dari kehiduoan didepan umum. Epicurianisme tidak mencari nikmat sebanyak-banyaknya, melainkan memaklumkan seni kehidupan yang memaksimalkan ketenangan dan kebebasan dari penderitaan ditengah-tengah dunia.

VIII.       Etika Menurut STOA.
Etika Stoa dipahami sebagai seni hidup yang menyampaikan jalan kearah kebahagian. Stoa mengaharapkan kebahagian dari keberhasilan hidup manusia. Kehidupan insan ditentukan oleh aturan alam semesta, insan sanggup mempertahankan dirinya apabila mengikuti keadaan dengan aturan alam. Filsafat Stoa Mengukapkan cita-citanya sebagai Autarkia,  yaitu bahwa insan sama sekali berdiri pada dirinya sendiri. Autarkia yaitu kemandirian insan dalam dirinya sendiri, Autarkia juga pertahanan diri tepat (Frans Magnis Suseno, 1997:58)

IX.             Immanuel Kant (1724M)
Menurut Kant moralitas menyangkut baik dan buruk. Namun bukan sembarangan baik dan buruk. Dalam bahasa kant yang baik pada dirinya sendiri, yang baik tanpa pembatasan sama sekali. pertama ia sanggup memenuhi kewajibannya tersebut lantaran hal itu menguntuungng menjadikan. Misalnya, menadapat nama baik. Kedua, ia memenuhi kewajibannya lantaran merasa eksklusif terdorong dalam hatinya. Misalnya,  menbantu orang lantaran balas kasihan. Ketiga, ia memenuhi kewajibannya demi kewajibannya itu, atau lantaran memenuhi apa yang menjadi kewajibannya.

X.                Konsep Tanggung Jawab Manusia Menurut Confusius[1]
Etika Confusius selalu menekankan bahwa seorang insan dalam hubungannya dengan insan lain harus mengikuti tatacara kehidupan yang telah dibangun oleh para bijak kuno sesuai dengan tatacara alam (Tao).[2] Melihat pengutamaan aliran etika ini, penulis menyadari bahwa aliran etika Confusius wacana tanggung jawab insan sanggup dilihat dari pandangannya mengenai ‘Sam Kang’ (tiga korelasi tata krama).[3] Pada prinsipnya ‘Sam Kang’ ini bertujuan untuk mengarahkan sikap hidup insan untuk membuat kekerabatan yang serasi terhadap sesamanya. Adapun tata kekerabatan ‘Sam Kang’ ini yaitu sebagai berikut:
1.      Hubungan baik seorang raja dengan menterinya (hubungan antara atasan dengan bawahan).
Ajaran etika ini sanggup dilihat di dalam Kitab Sabda Suci III:19 yang menyatakan: “Seorang pemimpin hendaknya memerintah pembantunya sesuai dengan Kesusilaan dan seorang pembantu mengabdi pemimpinnya dengan Kesetiaan”.[4]Tampaknya aliran Confusius ini hendak menggambarkan sikap seorang pemimpin yang baik dan bijaksana. Seorang pemimpin tidak boleh bersifat absolut terhadap bawahannya. Ia juga harus bersifat arif dan bijaksana terhadap orang yang dipimpinnya. Begitu juga sebaliknya seorang bawahan haruslah sanggup menghormati atasannya sebagaimana layaknya seorang atasan.

2.      Hubungan baik antara orangtua dan anak
Ajaran etika Confusius hendak mengajarkan sikap seorang ayah dan anak yang baik. Menurut pendapatnya: “Raja berfungsi sebagai raja, menteri berfungsi sebagai menteri, ayah berfungsi sebagai ayah dan anak berfungsi sebagai anak.” (Lun Gi XII:11)[5].Inti aliran Confusius ini hendak mengajarkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, seorang harus sanggup menempatkan status dan fungsi sosialnya dengan baik, entah dalam keluarga dan masyarakat. Seorang ayah harus menyampaikan sikap seorang ayah bagi anak-anaknya. Begitu sebaliknya seorang anak harus sanggup menyenangkan hati orangtuanya dan masyarakat. Perkataan Confusius di atas merupakan suatu nasehat untuk menggambarkan bahwa dalam kehidupan keluarga, hendaklah ‘yang tua’ bersedia menghormati ‘yang muda’. Demikian juga sebaliknya orang muda harus berbakti kepada orang tua, baik orang renta yang berada di dalam maupun di luar rumah. Artinya seorang muda (usianya) juga harus menghormati orang yang lebih tua, meskipun bukan orang renta kandungnya sendiri. “Seorang muda, di rumah hendaklah berlaku bakti, di luar (rumah) hendaklah bersikap rendah hati, hati-hati sehingga sanggup dipercaya, menaruh cinta kepada masyarakat, dan bekerjasama erat dengan orang yang berperi cinta kasih.” (Lun Gi, I:6)[6]. Menurut Confusius korelasi baik itu hendaklah dilakukan dengan penuh cinta kasih. Apabila ini terjadi maka akan terwujud keharmonisan di dalam keluarga dan masyarakat.
3. Hubungan baik antara suami dan isteri
Menurut Confusius kekerabatan suami isteri haruslah didasari pada sifat-sifat yang baik dan terpuji. Pasangan suami istri yang baik dan serasi haruslah saling menghormati dan mencintai. Hal ini sanggup kita jumpai dalam pandangan salah satu muridnya Confusius, Mencius III, 2:2 yang menyampaikan bahwa: “Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi seorang wanita”. Adapun kalimat ini hendak menyampaikan bahwa sikap seorang isteri yang baik haruslah tunduk dan patuh terhadap perintah suaminya. Meski seorang istri sanggup menuruti perintah suaminya, bukan berarti sang suami sanggup berbuat sekehendak hati. Malah sebaliknya seorang suami yang baik harus berbuat yang terbaik untuk isterinya. Pasangan suami istri dibutuhkan untuk saling menghormati, rendah hati dan menerapkan nilai-nilai cinta kasih.
H.        Hedonism
Hedonism berasaldaribahasaYunanihedone yang berartinikmat.Pahaminipertama kali dikemukakanolehAristipposdariKyrene, seorangmuridSokrates.Hedonism merupakansebuahkonsep moral yang menyamakanantarakebaikandengankesenangan; kesenanganmerupakantujuanhidupdantindakanmanusia.Dan menurutfahaminikesenanganmerupakanhal yang terbaikbagimanusia.Dan kesenangan yang dimaksudadalah yang bersifatbadani. Hal inisesuaidenganpandanganAristippos yang menyatakanbahwasebuahkesenangantidaklainhanyalahberupagerakdalambadanbelaka. Iamembedakangerakkepadatigakemungkinan :pertamagerak yang bergairah yang disebutdenganketidak-senangan, contohnya rasa sakit, keduagerakhalus yang disebutjugadengankesenangan, ketiganetralatauketiadaangerak, misalnyaketikatidur. Dengandemikianmenurutnyakebahagiaanituhanyalahkenikmatan yang adapadasaatkini, bersifatbadani, actual dan individual.

I.                   Eudemonisme
BerasaldaribahasaYunanieudaimonia yang berartikebahagiaanataukesejahteraan.MenurutAristoteles, insan yang baikadalahmanusia yang bermoral, jikaselalumengadakanpilihanrasional yang tepatdalamperbuatan-perbuatanmoralnyadanmencapaikeunggulandalampenalaranintelektualnya orang sepertiituadalahbahagia. Kebahagiaanituakandisertaijugadengankesenangan, walaupunkesenanganinti yang sebenarnyadalamkebahagiaan. Karena yang menjadiintinyaadalahrasio.
J.                   Utilitarisme
Teoriinimenekankanbahwakenikmatanataukebahagiaanadalahtujuan selesai yang ingindanmemangpantasdiinginkansemuatindakanmanusia.Makauntukmendapatkankebahagiaansebanyakdansebesar mungkin,makaharusmengusahakan pula kebaikanterbesarbuatsebanyakmungkin orang.
K.    Deontology
Dikemukakanoleh Immanuel Kant, menurutnyasebuahkebahagiaanituakantercapaiapabiladiperolehdengancara yang baik pula. Konsepbahagian menurutHamkaMenurut HAMKA, kebahagiaanitudapatdibangunatasdasar paradigm I’tiqad, yakindaniman yang teguh yang akanmengantarakankepadakebahagiaan yang hakikiyaknikebahagiaanakhirat.
C.  Membandingkan Wacana Islam Dan Barat
I. KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB
A.    Kebebasan
Dilihat dari segi sifatnya, kebebasan itu sanggup dibagi tiga; (1) kebebasan jasmani, yaitu kebebasan dalam menggerakkan dan mempergunakan anggota tubuh yang kita miliki; (2) kebebasan kehendak (rohaniah) yaitu kebebasan untuk menghendaki sesuatu; (3) kebebasan moral yang dalam arti luas berarti tidak adanya macam-macam ancaman, tekanan, larang dan ain desakan yang tidak hingga berupa paksaan fisik.

B.    Tanggung Jawab
Dalam kerangka tanggung jawab ini, kebebasan mengandung arti; 
  • Kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri
  • Kemampuan untuk bertanggung jawab
  • Kedewasaan manusia, dan
  • Keseluruhan kondisi yang memungkinkan insan melaksanakan tujuan hidupnya.
II. HAK DAN KEWAJIBAN
A.        Hak
Hak berarti upaya mewujudkan keadilan, argumentasi yang kuat, menegakkan syari’at secara tepat dan aba-aba wacana adanya hari kiamat. Dengan demikian seluruh kata al haqq yang terdapat dalam al-Qur’an tidak ada satupun yang mengandung arti hak milik.
B.         Kewajiban
Dalam aliran Islam, kewajiban ditempatkan sebagai salah satu aturan syara’ yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jikalau ditinggalkan akan mendapatkan siksa. Dengan kata lain, bahwa kewajiban dalam aliran Islam berkaitan dengan pelaksanaan hak yang diwajibkan oleh Allah.

III. BAIK DAN BURUK

A.    Penentuan baik dan Buruk
Mengenai hal ini sanggup dilihat dari beberapa aspek berikut;
  1. Baik jelek berdasarkan aliran budpekerti istiadat (sosialisme); berdasarkan aliran ini baik atau jelek ditentukan didasarkan pada budpekerti istiadat yang berlaku dan ditentukan berdasarkan budpekerti yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat.
  2. Baik jelek berdasarkan aliran hedonisme; berdasarkan paham ini baik dan jelek itu didasarkan pada perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan, kepuasan nafsu biologis.
  3. Baik jelek berdasarkan aliran intuisisme (humanisme); berdasarkan paham ini perbuatan yang baik yaitu perbuatan yang sesuai dengan evaluasi yang diberikan oleh hati nurani atau kekuatan bathin yang ada dalam dirinya.
  4. Baik jelek berdasarkan paham utilitarianisme; berdasarkan paham ini bahwa yang baik yaitu yang berguna.
  5. Baik jelek berdasarkan paham vitalisme; berdasarkan paham ini yang baik yaitu yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia.
  6. Baik jelek berdasarkan paham religiosisme; berdasarkan paham ini yang dianggap baik yaitu perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan jelek yaitu perbuatan yang tidak disenangi oleh Tuhan.
  7. Baik jelek berdasarkan paham evolusi; berdasarkan paham yang baik itu yaitu perbuatan yang bertujuan untuk mencapai kesenangan dan kebahagiaan.
  8. Baik dan jelek berdasarkan aliran Islam; berdasarkan aliran Islam penentuan baik dan jelek harus didasarkan pada petunjuk al-Qur’an dan al-hadits.





Daftar Pustaka
Ø  Sjafariah rosmaria widjajati, ss. m.si Etika jakarta : forum penelitian uin syarif hidayatullah
Ø  SoftwareLidwa Pusaka Tanggung jawab. Diriwayatkan Bukhori.
Ø  Amin, Ahmad Prof, DR Ethika (Ilmu Akhlaq), Bulan Bintang 1975.
Ø  Sabiq, Sayyid. Aqidah Islamiyah, 2006, Jakarta: Robbani Prees.




[1] Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, hal:157
[2]Shahih Bukhori, (5/182)
[3]Fathu al Bari, (11/314)
[4] Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, hal:159
[5] Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, hal:164
[6] Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, hal:165
[7]Lidwa Pusaka Tanggung jawab.
[8] Prof. Dr. Ahmad Amin. Etika (ilmu akhlak). Hal. 188
[9] Prof. Dr. Ahmad Amin. Etika (ilmu akhlak). Hal. 195
[10]  Prof. Dr. Ahmad Amin. Etika (ilmu akhlak). Hal. 196
[11]  Prof. Dr. Ahmad Amin. Etika (ilmu akhlak). Hal. 197
[12]  Prof. Dr. Ahmad Amin. Etika (ilmu akhlak). Hal. 198
[13]  Prof. Dr. Ahmad Amin. Etika (ilmu akhlak). Hal. 199
[14] Prof. Dr. Ahmad Amin. Etika (ilmu akhlak). Hal. 204
[15] Prof. Dr. Ahmad Amin. Etika (ilmu akhlak). Hal. 210-214
[16]Etika Etika Al-Ghazali, (Jakarta, forum Penelitian Uin Syarif Hidayatullah 2008)hal:227
[17] Dr. HamzahYa’qub, Tingkat KetenangandanKebahagiaanMukmin (TashawwufdanTaqarrub), 1992, Jakarta: CV Atisa, hal. 87.
[18]Ibid, hal. 93.
[19]Ibid, hal. 95.
[20]Ibid, hal. 99.

Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com