Wednesday, August 16, 2017

√ Hakikat Sombong

BAB I
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Kesombongan
            Kesombongan (takabur) yakni perilaku atau perbuatan yang melecehkan orang lain dan menolak kebenaran. Kesombongan juga sanggup diartikan sebagai suatu ungkapan wacana kondisi yang timbul dari keyakinan-keyakinan yang ada dalam jiwa. Sifat sombong (takabur)  terbagi menjadi dua yaitu  kesombongan secara batin dan dan kesombongnan secara zhahir. Kesombongan secara batin yakni perangai dalam jiwa, sedangkan kesombongan secara zhahir yakni amal-amal perbuatan yang ahir dari anggota badan. Istilah kesombongan lebih tepat disebut dengan perangai batin. Karena amal perbuatan merupakan hasil (buah) yang tercermin dari dalam batin.
            Sifat sombong biasanya terjadi lantaran tiga hal yaitu:
a.       Ada dorongan dari dalam diri seseorang untuk besikap sombong.D engan kata lain, orang itu sendiri yang mempunyai sifat sombong tersebut.
b.      Ada orang lain yang berbuat sombong , maksudnya seseorang dikenai perbuatan sombong orang lain sehingga mendorong timbulnya perilaku untuk membalas perilaku tersebut.
c.       Adanya kondisi-kondisi tertentu yang mengakibatkan seseorang bersikap sombong, ibarat ketampanan, kecantikan, harta, kedudukan, dan lain sebagainya.[1]
Perangai sombong menuntut amal perbuatan. Oleh alasannya yakni itu, apabila nampak di dalam
anggota tubuh maka disebut berlaku sombong (takabbur), tetapi apabila tidak nampak maka maka disebut kesombongan (kibr). Pada dasarnya ia yakni perangai yang ada di dalam jiwa yaitu kepuasan dan kecenderungan kepada penglihatan nafsu atas orang yang disombongi. Kesombongan menuntut adanya pihak yang disombongi dan hal yang digunakan untuk bersombong. Dengan hal inilah kesombongan berbeda dari ujub, lantaran ujub tidak menuntut adanya orang yang diujubi, bahkan seandainya insan tidak diciptakan kecuali satu orang, sanggup saja ia menjadi orang yang ujub.
Tetapi seseorang tidak sanggup sombong kecuali dengan adanya oranglain dimana ia memandang dirinya di atas orang lain, menyangkut banyak sekali sifat kesempurnaan. Pada dikala itu ia menjadi orang yang takabbur, sehingga di dalam hatinya timbul anggapan, kepuasan, kesenangan dan kecenderungan terhadap apa yang diyakininya dan terasa berwibawa di dalam dirinya alasannya yakni hal tersebut. Kewibawaan, kesenangan, dan kecenderungan kepada keyakinan (di dalam jiwa) tersebut yakni perangai kesombongan. Seola-olah, bila insan memandang dirinya dengan pandangan yang ini – yakni merasa besar- maka hal itu yakni kesombangan. Jadi, kesombongan yakni ungkapan wacana kondisi yang timbul dari keyakinan-keyakinan ini di dalam jiwa, dan disebut ‘izzah dan ta’azhum. Allah berfirman:
¨bÎ) šúïÏ%©!$# šcqä9Ï»pgä þÎû ÏM»tƒ#uä «!$# ÎŽötóÎ/ ?`»sÜù=ß öNßg9s?r&   bÎ) Îû öNÏdÍrßß¹ žwÎ) ׎ö9Å2 $¨B Nèd ÏmŠÉóÎ=»t6Î/ 4 õÏètGó$$sù «!$$Î/ ( ¼çm¯RÎ) uqèd ßìŠÏJ¡¡9$# 玍ÅÁt7ø9$# ÇÎÏÈ 
 “Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan wacana ayat-ayat Allah tanpa alasan yang hingga kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah tunjangan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha mendengar lagi Maha melihat.”[2]. Ibnu Abbas menafsirkan kesombongan yang dimaksud dalam ayat ini dengan kebesaran.
            Kemudian kewibawaan ini menuntut perbuatan secara zhahir dan batin sebagai buahnya yang dinamakan takabbur. Jika berkedudukan tinggi dibanding orang lain, ia merendahkan orang yang dibawahnya, menjauhinya dan tidak mau makan bersamanya. Perbuatan yang timbul dari kesombongan ini sangat banyak sehingga tidak sanggup dihitung dan tidak perlu dihitung lantaran d=sudah populer. Itulah kesombongan, keburukan yang sngat bnyak, dan tantangannya juga berat. Dalam kesombongan ini orang-orang khusus binasa karenya, dan sedikit sekali hamba yang terhindar darinya, tak terkecuali orang-orang yag zuhud dan para ulama’, apa lagi orang awam. Nabi Muhammad saw telah bersabda dalam hadisnya yang shahih:
Tidak akan masuk nirwana orang yang di dalam hatinya ada kesombongan sebesar dzarrah.”
Kesombongan menjadi penghalang masuk nirwana lantaran ia menghalangi seorang hamba dari semua tabiat yang seharusnya disanding oleh orang Mu’min, sedangkan akhlaq-akhlaq itu merupakan pintu-pintu surga, dan kesombongan merupakan epilog pintu-pintu tersebut. Orang yng di dalam hatinya ada perangai ini seberat dzarrah maka ia tidak akan masuk surga. Akhlak yang tercela itu saling berkaitan, sebagiannya pasti mengajak kepada sebagian yang lain. Seburuk-buruk kesombongan yakni kesombongan yang menghalangi dari mendapatkan manfaat ilmu, mendapatkan kebenaran, dan mengikuti kebebnaran.
B.     Ayat-ayat al-Qur’an Tentang Kesombangan dan Orang yang sombong
1.      Surat al-An’am ayat 93
ô`tBur ãNn=øßr& Ç`£JÏB 3uŽtIøù$# n?tã «!$# $¹/Éx. ÷rr& tA$s% zÓÇrré& ¥n<Î) öNs9ur yyqムÏmøs9Î) ÖäóÓx« `tBur tA$s% ãAÌRé'y Ÿ@÷WÏB !$tB tAtRr& ª!$# 3 öqs9ur #ts? ÏŒÎ) šcqßJÎ=»©à9$# Îû ÏNºtyJxî ÏNöqpRùQ$# èps3Í´¯»n=yJø9$#ur (#þqäÜÅ$t/ óOÎgƒÏ÷ƒr& (#þqã_̍÷zr& ãNà6|¡àÿRr& ( tPöquø9$# šc÷rtøgéB z>#xtã Èbqßgø9$# $yJÎ/ öNçFZä. tbqä9qà)s? n?tã «!$# uŽöxî Èd,ptø:$# öNçGYä.ur ô`tã ¾ÏmÏG»tƒ#uä tbrçŽÉ9õ3tFó¡n@ ÇÒÌÈ  
dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat kedustaan terhadap Allah atau yang berkata: "Telah diwahyukan kepada saya", Padahal tidak ada diwahyukan sesuatupun kepadanya, dan orang yang berkata: "Saya akan menurunkan ibarat apa yang diturunkan Allah." Alangkah dahsyatnya Sekiranya kau melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang Para Malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu" di hari ini kau dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, lantaran kau selalu menyampaikan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kau selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. al-An-am:93)
2.      Surat az-Zumar ayat 72
Ÿ@ŠÏ% (#þqè=äz÷Š$# z>ºuqö/r& zO¨Yygy_ tûïÏ$Î#»yz $ygŠÏù ( }§ø©Î7sù uq÷WtB šúïÎŽÉi9x6tGßJø9$# ÇÐËÈ  
"dikatakan (kepada mereka): "Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kau infinit di dalamnya" Maka neraka Jahannam Itulah seburuk-buruk kawasan bagi orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. az-Zumar:72).

3.      Surat an-Nahl ayat 22
óOä3ßg»s9Î) ×m»s9Î) ÓÏnºur 4 šúïÏ%©!$$sù Ÿw tbqãZÏB÷sムÍotÅzFy$$Î/ Nåkæ5qè=è% ×otÅ3ZB Nèdur tbrçŽÉ9õ3tGó¡B ÇËËÈ  
“ Tuhan kau yakni Tuhan yang Maha Esa. Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri yakni orang-orang yang sombong.” (QS. an-Nahl:22)

4.      Surat Sabaa’ ayat 31
tA$s%ur šúïÏ%©!$# (#rãxÿx. `s9 šÆÏB÷sœR #x»ygÎ/ Èb#uäöà)ø9$# Ÿwur Ï%©!$$Î/ tû÷üt/ Ïm÷ƒytƒ 3 öqs9ur #ts? ÏŒÎ) šcqßJÎ=»©à9$# šcqèùqè%öqtB yYÏã öNÍkÍh5u ßìÅ_ötƒ öNßgàÒ÷èt/ 4n<Î) CÙ÷èt/ tAöqs)ø9$# ãAqà)tƒ šúïÏ%©!$# (#qàÿÏèôÒçGó$# tûïÏ%©#Ï9 (#rçŽy9õ3tFó$# Iwöqs9 óOçFRr& $¨Yä3s9 šúüÏZÏB÷sãB ÇÌÊÈ 
 “ dan orang-orang kafir berkata: "Kami sekali-kali tidak akan beriman kepada Al Alquran ini dan tidak (pula) kepada kitab yang sebelumnya". dan (alangkah hebatnya) kalau kau Lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebahagian dari mereka menghadap kan Perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: "Kalau tidaklah lantaran kau tentulah Kami menjadi orang-orang yang beriman".(QS. Sabaa’:31).
5.      Surat al-A’raf ayat 146
ß$ÎŽñÀr'y ô`tã zÓÉL»tƒ#uä tûïÏ%©!$# šcr㍬6s3tGtƒ Îû ÇÚöF{$# ÎŽötóÎ/ Èd,ysø9$# bÎ)ur (#÷rttƒ ¨@à2 7ptƒ#uä žw (#qãZÏB÷sム$pkÍ5 bÎ)ur (#÷rttƒ Ÿ@Î6y Ïô©9$# Ÿw çnräÏ­Gtƒ WxÎ6y bÎ)ur (#÷rttƒ Ÿ@Î6y ÄcÓxöø9$# çnräÏ­Gtƒ WxÎ6y 4 y7Ï9ºsŒ öNåk¨Xr'Î/ (#qç/¤x. $uZÏG»tƒ$t«Î/ (#qçR%x.ur $pk÷]tã tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÍÏÈ  
 “ Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari gejala kekuasaan-Ku. mereka bila melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. dan bila mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi bila mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu yakni lantaran mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (QS.al-A’raf:146).
Di dalam tafsir dikatakan: Aku akan memalingkan kefahaman al-Qur’an di hati mereka. Di dalam sebagian tafsir disebutkan: Aku akan menutupi hati mereka dari malakut. Ibnu Juraij berkata: saya akan memalinkan mereka sehingga tidak sanggup merenungkannya dan mengambil pelajarannya.
Oleh lantaran itu, Rasuluullah saw menyebutkan penolakan kebenaran dalam definisi kesombongan:
من سفه الحق و غمص الناس
“ Orang yang menolak kebenaran dan melecehkan orang.”[3]
C.    Pihak yang Disombongi dan Tingkatan Kesombongan
Ketahuilah bahwa pihak yang disombongi adakah Allah, para Rasul-Nya atau seluruh makhluk. Allah membuat insan dengan kecenderungan berbuat zhalim dan bodoh. Kadang-kadang menyombongkan diri kepada makhluq dan kadang kala kepada penciptanya. Jadi, kesombongan bila dilihat dari sisi pihak yang disombongi ada tiga:
Pertama: Sombong kepada Allah. Ini merupakan bentuk kesombongan yang paling keji, penyebabnya yakni kebodohan dan pembangkangan. Seperti kesombongan Namrud atau kisah wacana sekelompok orang-orang bodoh, atau ibarat kesombongan Fir’aun yang mengaku tuhan. Karena kesombongannya ia mengatakan: “Aku adalah  tuhanmu yang tertingi.” Ia menolak menjadi hamba Allah. Oleh lantaran itu Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepadaku, mereka akan masuk neraka Jahannam dengan hina dina” (QS: Fathir:60).
Kedua: Sombong Kepada para Rasul, dengan keengganan jiwa untuk mematuhi insan ibarat mereka. Kadang-kadang hal itu memalinhkan pikiran dan ketajaman hati, sehingga ia tetap berada dalam kegelapan kebodohan akhir kesombongannnya kemudian enggan untuk memeatuhi, tetapi ia menerka ia yakni pihak yang benar. Kadang-kadang enggan, sekalipun tahu tetapi jiwanya tidak bersedia  mematuhi kebenaran dan tunduk kepada para Rasul, sebagaimana perkataan mereka yang diceritakan Allah dalam ayat berikut ini: “Apakah kami beriman kepada dua insan ibarat kami?” (QS:al-Mu’minun: 47). Kesombongan yang kedua ini hampir sama dengan kesombongan kepada Allah, sekalipun dibawah tingkatannya, tetapi merupakan kesombongan untuk mendapatkan perintah Allah dan tunduk kepada Rasul-Nya saw.
Ketiga: kesombongan kepada para hamba. Yaitu dengan menganggap diri lebih terhormat dan melacehkan orang lain sehingga tidak mau patuh kepada mereka, meremehkan mereka dan tidak mau sejajar dengan mereka. Kesombongan ini, sekalipun lebih rendah dari yang pertama dan yang kedua tetapi sangat berat. Sesungguhnya kesombongan tidak layak bagi makhluq lantaran kesombongan hanyalah bagi Yang Maha Berkuasa lagi Maha Merajai. Sedangkan seorang hamba hanyalah orang yang lemah yang tidak berkuasa apa-apa, tidak layak melaksanakan kesombongan sama sekali. Jika seorang hamba bersikap sombong maka berarti ia telah menantang Allah dalam suatu sifat yang tidak layak kecuali untuk-Nya. Makna inilah yang diisyaratkan oleh firman Allah dalam sebuah hadis qudsi sebagai berikut:
العَضمةُ إزاري والكِبرِياءُ رداءي فمن نازعني فيهما قصمته
Kebesaran yakni kain sarung-Ku dan kesombongan yakni kain selendang-Ku. Barangsiapa melawan Aku pada keduanya pasti saya menghancurkannya.[4]

D.    Hal-hal yang Menyebabkan Orang Menjadi Sombong
Ketahuikah bahwa seseorang tidak akan menjadi sombong kecuali ia menganggap dirinya besar dan mempunyai sifat kesempurnaan. Pangkal hal tersebut yakni kesempurnaan keagamaan atau keduniaan. Keagamaan tersebut menyangkut ilmu dan amal sedangkan keduniaan menyangkut nasab, kecantikan, kekuatan, harta kekayaan, dan jabatan. Ada beberapa hal yang mengakibatkan orang menjadi sombong, diantaranya:
1.      Ilmu Pengetahuan.
Bukan hanya orang awam saja yang sanggup terserang kesombongan, bahkan dengan cepatnya kesombongan menjangkiti para ‘ulama (kaum intelektual) sehingga seseorang yang cendekia pengetahuan gampang merasa tinggi dengan ilmu pengetahuannya, dan merendahkan orang lain. Ia menganggap orang lain bodoh, dan menunggu semoga mereka yang memulai mengucapkan salam. Ia meminta dilayani oleh setiap orang yang berinteraksi dengannya. Jika mereka kurang memperlihatkan layanan, ia menghardik mereka ibarat budak atau pekerjanya. Seolah-olah pengajaran ilmu yang disampaikannya merupakan jasa besar daari dirinya.
Kenapa sebagian orang bertambah ilmunya tetapi bertambah pula kesombongannya ?
Hal itu terjadi lantaran dua sebab:
a.       karena ia menekuni apa yang disebut dengan ilmu, akan tetapi bukan ilmu yang hakiki.
b.      Karena ia menggeluti ilmu dengan batin yang kotor, jiwa yang buruk, dan tabiat yang tidak baik.
2.      Amal dan Ibadah.
Orang-orang yang zuhud dan jago ibadah tidak terlepas dari nistanya kesombongan. Kesombongan itu menyelinap ke dalam diri mereka baik menyangkut urusan agama ataupun dunia.
Dalam urusan dunia, ia memandang orang lain lebih patut menziarahi dirinya ketimbang ia menziarahi orang lain. Ia mengaharapkan orang lain memenuhi segala kebutuhannya, menghormatinya, melapangkan tempatnya di dalam banyak sekali acara, dan mengutamakannya ketimbang semua orang dalam banyak sekali pembagian. Seolah-olah ia menganggap ibadahnya sebagai karunia atas semua makhluk.
Sedangkan dalam urusan agama, ia memandang binasa orang lain dan memandang dirinya selamat, padahal dengan pandangannya tersebut  ia memastikan dirinya binasa.
3.      Nasab dan Keturunan.
Orang yang mempunyai nasab keturunan yang mulia mengangap hina orang yang tidak mempunyai nasab tersebut, sekalipun ia lebih tinggi ilmu dan amalnya. Kadang-kadang sebagian mereka menyombongkan diri kemudian menganggap orang-orang sebagai pengikut dan budaknya, sehingga enggan bergaul dan duduk bersama mereka. Rasulullah saw bersabda:
“ Hendaklah orang-orang meninggalkan pujian terhadap nenek moyang mereka yang telah menjadi kerikil bara di neraka Jahannnam atau (jika tidak) mereka akan menjadi lebih hina di sisi Allah dari kumbang yang hidungnya mengeluarkan kotoran.”[5]
4.      Ketampanan atau Kecantikan.
Hal ini kebanyakan terjadi di kalangan kaum wanita. Ketika satu atau dua orang wanita  berkumpul dan berbincang-bincang, kebanyakan apa yang mereka bicarakan yakni aib-aib orang lain sehingga menjadikan cacian, dan gunjingan.
5.      Harta Kekayaan.
Hal ini biasanya terjadi di kalangan para raja yang membanggakan harta simpanan mereka, para saudagar yang membanggakan barang dagangan mereka, para tuan tanah yang membanggakan tanah-tanah mereka, atau para pesolek yang membanggakan pakaian mereka. Sehingga mengakibatkan orang yang kaya merendahkan orang yang miskin dan menyombongkan diri dihadapan mereka.




6.      Kekuatan dan keperkasaan.
Hal ini dilakukan terhadap orang yang lemah.
7.      Pengikut, pendukung, murid, pembantu, keluarga, kerabat dan anak.
Hal ini terjadi di kalangan para raja yang bersaing memperbanyak tentara, dan dikalangan para ulama yang bersaing memperbanyak jama’ah, atau ibarat partai politik yang bersaing memperbanyak masa demi memperbanyak suara.
Itulah hal-hal yang secara umum digunakan oleh para hamba untuk menyombongkan diri di hadapan yang lain. Orang yang mempunyai sesuatu dari hal tersebut menyombongkan diri atas orang yang tidak memilikinya atau atas orang yang memilikinya tetapi berdasarkan anggapannya masih di bawah tingkatannya. Padahal disisi Allah sanggup jadi sejajar atau bahkan lebih tinggi. Seperti orang yang cendekia yang menyombongkan diri dengan ilmunya atas orang yang lebih banyak ilmunya ketimbang dirinya, lantaran ia menganggap dirinya lebih banyak mempunyai ilmu dan lebih baik dari.
Ketika memohon pertolongan kepada Allah dengan kelembutan dan kasih sayang-Nya, sebetulnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.
















BAB III
KESIMPULAN
·         Sesungguhnya kesombongan tidak layak bagi makhluq lantaran kesombongan hanyalah bagi Yang Maha Berkuasa lagi Maha Merajai. Sedangkan seorang hamba hanyalah orang yang lemah yang tidak berkuasa apa-apa, tidak layak melaksanakan kesombongan sama sekali. Jika seorang hamba bersikap sombong maka berarti ia telah menantang Allah dalam suatu sifat yang tidak layak kecuali untuk-Nya.
·         Hal-hal yang mengakibatkan orang menjaadi sombong diantaranya:
1.      Ilmu Pengetahuan.
2.      Amal dan Ibadah.
3.      Nasab Keturunan.
4.      Ketampanan atau kecantikan
5.      Harta kekayaan.
6.      Kekuatan dan keperkasaan.
7.      Pengikut, pendukung, murid, keluarga, dan anak.
















DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-karim
Hawwa, said (1998) Mensucikan Jiwa. Jakarta: Rabbani Press.
Toriqqudin, Moh (2008) Sekularitas Tasawuf. Malang. UIN Malang Press.



[1]H.Moh. Toriqudin, sekularitas tasawuf, (malang:UIN-malang prress) hal.95.
[2] QS.al-Mu’min:56
[3] Hadits “ Kesombongan ialah menolak kebenaran dan melecehkan orang “ diriwayatkan oleh muslim dan tirmidzi, ia berkata: Hasan shahih. Ahmad juga meriwayatkannya dari hadis ‘uqbah bin Amir dengan lafazh yang disebutkan al-Ghazali.
[4]Said Hawwa, Mensucikan jiwa. (jakarta:rabbani press). Hal. 233.
[5]Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, ia menghasankannya, dan ibnu hibban.

Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com