Saturday, August 12, 2017

√ Jenis, Indikasi, Tujuan Serta Hal Yang Harus Diperhatikan Perawat / Petugas Kesehatan Dalam Memperlihatkan Transfusi Darah

Sebagai seorang tenaga kesehatan kita diwajibkan untuk paham bagaimana hukum yang benar dan sesuai dengan kaidah - kaidah dalam dukungan transfusi darah.transfusi darah merupakan salah satu tindakan inti dari 12 tindakan inti (dasar) perawat berdasarkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) dengan kode KES.PG02.053.01 yakni mengelola dukungan darah dan produk darah secara aman.

Transfusi darah
transfusi darah merupakan tindakan yang di lakukan pada klien yang membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah melalui vena dengan memakai set transfusi untuk memenuhi volume sirkulasi darah, memperbaiki kadar hemoglobin dan protein serum.

Tindakan ini sanggup dilakukan pada pasien yang kehilangan darah, menyerupai pada operasi besar, perdarahan post partum, kecelakaan, luka bakar hebat, dan penyakit kekurangan kadar Hb atau kelainan darah dan juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami defisit cairan atau curah jantung menurun.

tenaga medis, perawat dan analis merupakan tenaga kesehatan yang berperan penting dalam melaksanakan tindakan transfusi darah. khususnya perawat yang bertugas untuk memastikan pasien kondusif untuk dilakukan transfusi, memasang transfusi darah dan juga sebagai petugas yang mengobservasi jalannya proses transfusi darah.

Jenis - jenis sediaan tansfusi darah

1. Transfusi darah lengkap (Whole Blood)

Darah lengkap diberikan untuk memperbaiki kemampuan transportasi zat asam oleh eritrosit (seperti anemia) dan memperbaiki jumlah darah yang beredar menyerupai perdarahan hebat.

2. Packed Red Cells (Sel Darah Merah)

Secara umum pemakaian SDM ini yaitu pada keadaan anemia hemolitik, anemia hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, anemia akhir defisiensi vitamin B12 dan Fe.

3.Platelet Concentrated (Suspensi Trombosit)

Jenis ini digunakan Penderita dengan perdarahan alasannya ialah trombositopenia, Sebagai profilaksis pada penderita leukemia atau neoplasma yang menerima kemoterapi sehingga jumlah trombositnya menurun, dan Sebagai profilaksis pada penderita yang akan dioperasi, tapi jumlah trombositnya kurang (resiko perdarahan yang besar).

4.Cryprecipitate = AHF Concentrate

Jenis ini digunakan untuk Hemophilia A (defisiensi faktor VIII), Von Willebrand”s disease , Hypofibrinogenemia, Acquired Defisiensi faktor VIII (DIC dan dilution in massive transfusion), dan Defisiensi faktor XIII.

5. Fresh Frozen Plasma

Penderita yang mengalami perdarahan dengan defisiensi faktor-faktor pembekuan contohnya penyakit hati dengan hematemesis dan melena Hemofilia Defisiensi prothrombin kompleks Defisiensi faktor V.

6.Transfusi Plasma

Untuk mengatasi keadaan shock (sebelum darah datang), Memperbaiki volume sirkulasi darah , Mengganti protein plasma yang hilang pada luka bakar yang luas, dan Mengganti dan menambah jumlah faktor-faktor tertentu yang hilang contohnya fibrinogen albumin dan globulin

7.Leucocyte Concentrate = Granulocyte Concentrate

biasa digunakan untuk Penderita neutropenia dengan febris tinggi yang gagal dengan antibiotik, Aplastik anemia dengan leukosit kurang dari 2000 / ml, dan Penyakit-penyakit keganasan lainnya

Adapun indikasi dukungan Transfusi darah ialah sebagai berikut :

  • Kehilangan darah akut, bila 20–30% total volume darah hilang dan perdarahan masih terus terjadi. 
  • Anemia berat 
  • Syok septik (jika cairan IV tidak bisa mengatasi gangguan sirkulasi darah dan sebagai pelengkap dari dukungan antibiotik) 
  • Memberikan plasma dan trombosit sebagai pelengkap faktor pembekuan, alasannya ialah komponen darah spesifik yang lain tidak ada. 
  • Transfusi tukar pada neonatus dengan ikterus berat.

Adapun tujuan dari dukungan transfusi darah ialah sebagai berikut :

  • Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, stress berat atau heragi). 
  • Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada klien anemia. 
  • Memberikan komponen seluler tertentu sebagai terapi sulih (misalnya: faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Didalam melaksanakan transfusi darah sebagai seorang tenaga kesehatan biar tidak terjadinya hal - hal yang tidak diinginkan dan proses tansfusi berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan, haruslah memperhatikan tahapan - tahapan dalam melaksanakan tansfusi darah berikut ini.

Tahapan dalam dukungan Tansfusi darah :

1. Persetujuan Pasien atau Keluarga (inform Conset)

Sebelum dilakukan transfusi darah tenaga medis atau perawat menjelaskan kepada pasien dan keluarga perihal manfaat dari transfusi darah dan apa saja reaksi (efek samping) dari transfusi darah, bila pasien dan keluarga sudah mengerti dan menyetujui maka pasien/keluarganya menandatangani lembar persetujuan ( Inform Consent) yang juga ditanda tangani oleh dokter dan perawat.


2. Pengisian Formulir Permintan Darah Harus Lengkap dan Jelas

Sebelum formulir seruan darah berserta pola darah dikirim ke bank darah harus diisi lengkap dan jelas. formulir yang meliputi identitas pasien (nama lengkap, alamat, nomor rekam medik, diagnosa penyakit), alasan dukungan transfusi darah, berapa darah yang diminta, seruan darah ini bersifat segera diberikan atau biasa, dokter yang meminta transfusi darah dan siapa yang mengambil pola darah. biar supaya tidak terjadinya kesalahan dukungan tanfusi darah baik itu pasien maupun produk darah yang sesuai indikasi.

3. Pengambilan Sampel darah

Tindakan pengambilan sampel darah diambil berdasarkan SPO yang telah diterapkan oleh rumah sakit pada umumnya meliputi basuh tangan enam langkah, identifikasi identitas klien, jelaskan prosedur, biasanya darah diambil 3 hingga 5 ml dalam tabung darah dan diberi label kemudian dikirim ke bank darah ataupun PMI beserta persayaratan nya.

4.Penyimpanan darah

Apabila darah belum digunakan segera darah harus disimpan pada alat khusus yakni kulkas khusus dengan suhu sekitar 2-6 celcius (WB & PRC) atau container dengan suhu < 10 derajat celcius.
Note :darah tidak bisa digunakan lebih dari 6 jam didalam temperatur ruangan.

5. Proses Pelaksanaan transfusi darah
  1. Cek dan ricek label darah pasien dengan petugas transporter darah, register, nama, umur, ruang/RS, tanggal kadaluarsa 
  2. Cek kantong darah: golongan darah sesuai, cross matsch sesuai, macam (WB, PRC, FFFP, dll) kondisi (periksa keadaan darah apa sesuai warna dll). 
  3. Persiapan set transfusi 
  4. Tidak perlu dihangatkan alasannya ialah sanggup menyebabkan eritrosit rusak
  5. Cek kembali identitas pasien dan label 
  6. Cek dan catat TTV (Tekanan darah, nadi, suhu, respirasi, warna kulit, dan kesadaran) 
  7. Kecepatan transfusi : 15 pertama (10-15 tts/menit) dan maintenance (1 cc/kg/jam kurang dari 5 jam bila ada hipovolemi dan bila ada hipovolemi (atasi dulu dengan kristaloid/koloid pelan dulu pada menit pertama, diguyur cepat menyesuaikan respon hemodinamik)

6. Tata Cara Transfusi Darah
  1. Infusi NaCl 0.9% gunakan jarum ukuran besar (18-20 G). Pakai macrofilter 170 mikron untuk menyaring gumpalan/mikroagregates yang terbentuk selama penyimpanan 
  2. Kantong darah dari lemari es jangan diguncang 
  3. Jika lapisan plasma diatas berwarna coklat hitam (tanda hemolisis) darah jangan diberikan 
  4. Sebelum memulai transfusi, ukur dulu tekanan darah, nadi, nafas dan suhu badan 
  5. Darah diteteskan pelan, 100ml pertama jangan lebih cepat dari 10 menit 
  6. 15 menit pertama harus ditunggui disamping pasien, awasi keluhan (awasi keluhan, tekanan darah, nadi, nafas, suhu adakah rasa gatal, sesak nafas, demam, mual, nyeri pinggang) bila banyak yang dikerjakan oleh perawat minta kolaborasi dengan pasien dan keluarga melaporkan bila pasien mengalami kondisi tersebut 
  7. Jika jantung baik dan tidak ada hipovolemia, batas kondusif transfusi darah ialah 1 ml/kg/jam (1 unit dalam 3 jam) atau 1000 ml per 24 jam. 
  8. Satu unit jangan lebih usang dari 5 jam biar tidak tumbuh basil selama darah berada dalam satu ruangan 
  9. Tidak perlu obat antihistamin, antipiretika atau diuritika sebelum transfusi kecuali ada indikasi khusus, hal ini alasannya ialah obat premedikasi mungkin menutupi tanda-tanda awal reaksi transfusi yang lebih berbahaya. 
  10. Evaluasi dan pengukuran diulang tiap jam hingga 2 jam sehabis transfusi berakhir. 
  11. Setiap selesai transfusi satu unit, infus set dibilas dengan NaCl sebelum transfusi berikutya. 
  12. Pada transfusi masif pakai micfilter 20 micron untuk menyaring mikro-emboli untuk prevensi “Adul Respiratory Disstress Syndrome” 
Note : Jangan transfusi pada malam hari bila tidak sangat mendesak.
Perlu diingat 1 unit menaikan Hb 0.25-0.5 gr/dl dan untuk 1 unit trombosit (TC) menaikkan 5000. Jika pasien mengalami anemia disertai hipovolemia berikan kecepatan dukungan 15-30 menit/unit dan bila tidak menalami hipovolemia berikan 1-3 jam/unit. Darah tidak usah dipanaskan kecuali pada transfusi masik lebih 1 liter perjam. Tiap kantong darah paling usang 3 jam harus habis.

7. Tindak lanjut

monitoring /observasi pada dukungan transfusi darah dilakukan dengan sangat ketat. Hentikan transfusi bila ada tanda-tanda keluhan/tanda reaksi transfusi, segera ganti blood set yang gres dan bila cairan NaCl 0.9%, ambil pola darah pasien 5 ml, isi formulir reaksi transfusi darah dengan lengkap, bawa formulir reaksi transfusi darah, pola darah pasien dan sisa darah donor pasien ke bank darah atau PMI, dan segera lapor dokter yang merawat untk menerima penanganan sesuai dengan reaksi transfusi darah yang terjadi pada pasien.


8. Dokumentasi

dokumentasi sangat penting sekali sebagai bukti tertulis pelayanan kesehatan yang nantinya akan disimpan sebagai anutan investigasi selanjutnya. dalam setiap dukungan transfusi darah, kita harus selalu mendokumentasikan tindakan yang kita lakukan baik tidak ada reaksi maupun terjadi reaksi. 

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com