Masih ihwal laporan pendahuluan, pada postingan kali ini kami akan bagikan laporan pendahuluan / LP Stroke. laporan pendahuluan stroke yang biasanya dibentuk seorang perawat sebagai kiprah dikala praktik dirumah sakit, terlebih laporan pendahuluan / LP stroke biasanya sering menjadi kiprah dinas seorang perawat yang sedang menjalani proses profesi ners.
laporan pendahuluan / LP stroke yang kami bagikan ini, telah kami usahakan untuk bisa selengkap mungkin, sehingga sanggup mempermudah teman sejawat sekalian dalam penyusunan LP ataupun askep stroke.
pada postingan kali ini kami bagikan laporan pendahuluan / lp stroke dalam bentuk file doc dan pdf. bagi teman - teman sejawat sekalian yang sedang membutuhkan silahkan d0wnl0ad file laporan pendahuluan / lp stroke yang telah kami sediakan.
untuk laporan pendahuluan / lp stroke silahkan d0wnl0ad dibawah ini :
dan bagi teman - teman yang mau melihat isi dari laporan pendahuluan / lp stroke yang kami bagikan silahkan lihat dibawah :
Laporan Pendahuluan / LP Stroke
Pengertian
Stroke yaitu suatu keadaan yang timbul lantaran terjadi gangguan peredaran darah di otak yang mengakibatkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga menjadikan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian. Sedangkan berdasarkan Hudak (1996), stroke yaitu defisit neurologi yang memiliki serangan mendadak dan berlangsung 24 jam sebagai akhir dari cardiovascular disease (CVD). (Fransisca B Batticaca, 2008)
Menurut WHO, stroke yaitu adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akhir gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang mengakibatkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang terperinci selain vaskular. (Arif Muttaqin, 2008)
Perdarahan intracerebral yaitu disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara impulsif bukan olek lantaran stress berat kapitis, disebabkan oleh lantaran pecahnya pembuluh arteri, vena dan kapiler.
(UPF, 1994).
a Otak
Berat otak insan sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat cuilan besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi isu sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls indera pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, mendapatkan isu penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang mirip atap tenda yaitu tentorium, yang memisahkannya dari cuilan posterior serebrum. Fungsi utamanya yaitu sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas yaitu medula oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah. Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum. Mesensefalon merupakan cuilan pendek dari batang otak yang berisi aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan desenden dan pusat stimulus saraf indera pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus, epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun peserta dan pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum sanggup dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau tangan yang terhempas berpengaruh pada satu sisi tubuh. Epitalamus berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang. Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
b Sirkulasi darah otak
Otak mendapatkan 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh insan untuk metabolisme aerobiknya. Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling bekerjasama dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.(Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum, menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada struktur-struktur mirip nukleus kaudatus dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri, termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan hingga setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini jmemperdarahi medula oblongata, pons, serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon, sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan organ-organ vestibular. (Sylvia A. Price, 1995)
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-venula (yang tidak memiliki nama) ke vena serta di drainase ke sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke vena-vena ekstrakranial. (Satyanegara, 1998)
Faktor Risiko
- Hipertensi.
- Obesitas.
- Hiperkolesterol.
- Peningkatan hematokrit.
- Penyakit kardiovaskuler : AMI, CHF, LVH, AF.
- DM.
- Merokok.
- Alkoholisme.
- Penyalahgunaan obat : kokain.
Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini sanggup mengakibatkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga mengakibatkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang bau tanah yang sedang tidur atau bangkit tidur. Hal ini sanggup terjadi lantaran penurunan acara simpatis dan penurunan tekanan darah yang sanggup mengakibatkan iskemi serebral.Tanda dan tanda-tanda neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaan dibawah ini sanggup mengakibatkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis yaitu mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan sanggup terjadi melalui prosedur berikut :
- Lumen arteri menyempit dan menjadikan berkurangnya pedoman darah.
- Oklusi mendadak pembuluh darah lantaran terjadi thrombosis.
- Tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus).
- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit meningkat sanggup melambatkan pedoman darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
2. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan tanda-tanda timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini sanggup menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akhir Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi
Keadaan aritmia mengakibatkan aneka macam bentuk pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh kuman dan non bakteri, mengakibatkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini sanggup terjadi lantaran atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak mengakibatkan penyerapan darah kedalam parenkim otak yang sanggup menjadikan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
- Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital.
- Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
- Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
- Malformasi arteriovenous, terjadi kekerabatan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri eksklusif masuk vena.
- Ruptur arteriol serebral, akhir hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah.
b. Cardiac Pulmonary Arrest
c. Cardiac output turun akhir aritmia
5. Hipoksia setempat
a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
Tanda dan gejala
- Kehilangan/menurunnya kemampuan motorik.
- Kehilangan/menurunnya kemampuan komunikasi.
- Gangguan persepsi.
- Kerusakan fungsi kognitif dan imbas psikologik.
- Disfungsi : 12 syaraf kranial, kemampuan sensorik, refleks otot, kandung kemih
Patofisiologi
Hipertensi kronik mengakibatkan pembuluh arteriola yang berdiameter 100-400 mcmeter mengalami perubahan patologik pada dinding pembuluh darah tersebut berupa hipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Arteriol-arteriol dari cabang-cabang lentikulostriata, cabang tembus arteriotalamus dan cabang-cabang paramedian arteria vertebro-basilar mengalami perubahan-perubahan degeneratif yang sama. Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara mencolok sanggup menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari dan sore hari.
Jika pembuluh darah tersebut pecah, maka perdarahan sanggup berlanjut hingga dengan 6 jam dan jikalau volumenya besarakan merusak struktur anatomi otak dan menimbulkan tanda-tanda klinik.
Jika perdarahan yang timbul kecil ukurannya, maka massa darah hanya sanggup merasuk dan menyela di antara selaput akson massa putih tanpa merusaknya. Pada keadaan ini absorbsi darah akan diikutioleh pulihnya fungsi-fungsi neurologi. Sedangkan pada perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peninggian tekanan intrakranial dan yang lebih berat sanggup mengakibatkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum.
Kematian sanggup disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga perkara perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Selain kerusakan parenkim otak, akhir volume perdarahan yang relatif banyak akan menjadikan peningian tekanan intrakranial dan mentebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akhir menurunnya tekanan perfusi, mengakibatkan neuron-neuron di kawasan yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi. Jumlah darah yang keluar memilih prognosis. Apabila volume darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Jusuf Misbach, 1999).
Fathway Stroke
Fathway Stroke |
Klasifikasi
1. Patologi serangan stroke.
a. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik yaitu disfungsi neurologis fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan primer subtansi otak yang terjadi secara impulsif bukan oleh lantaran stress berat kapitis, disebabkan oelh lantaran pecahnya pembuluh arteri, vena, dan kapiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu ;
1) Perdarahan Intra Cerebri
Pecahnya pembuluh darah terutama lantaran hipertensi menjadikan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak.
2) Perdarahan Sub Araknoid
Gejala | PIS | PSA |
Timbulnya | Dalam 1 jam | 1-2 menit |
Nyeri Kepala | Hebat | Sangat hebat |
Kesadaran | Menurun | Menurun sementara |
Kejang | Umum | Sering fokal |
Tanda rangsangan meningeal | +/- | +++ |
Hemiparese | ++ | +/- |
Gangguan saraf otak | + | +++ |
3) Stroke Non Hemoragik/Iskemik
Biasanya terjadi dikala setelah usang beristirahat, gres bangkit tidur, atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadii iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya sanggup timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik.
1) Perjalanan penyakit/stadium.
a) TIA
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit hingga dengan beberapa jam dan tanda-tanda yang timbul akan hilang dengan impulsif dan tepat dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Stroke Involusi
Stroke yang masih terjadi terus sehingga gangguan neurologis semakin berat/buruk dan berlangsung selama 24 jam/beberapa hari.
c) Stroke Komplet
Gangguan neurologis yang timbul sedah menetap, sanggup diawali oleh serangan TIA berulang.
Pemeriksaan Diagnostik
1. CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, serta posisinya secara pasti. Hasil investigasi biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang kala masuk ke ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
2. MRI
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk memilih posisi sertaa besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil investigasi biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark dari hemoragik.
3. Angiografi Serebri
Membantu menemukan penyebab dari stroke secara spesifik mirip perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan mirip aneurimsa atau malformasi vaskuler.
4. USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis)
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat persoalan yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal kawasan yang berlawanan dari massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral; kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
7. Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal memperlihatkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein memperlihatkan adanya proses inflamasi. Hasil investigasi likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama.
8. Pemeriksaan Laboratorium
- Darah rutin
- Gula darah
- Urine rutin
- Cairan serebrospinal
- Analisa gas darah (AGD)
- Biokimia darah
- Elektrollit
Komplikasi
- Hipoksia serebral
- Penurunan pedoman darah serebral
- Embolisme serebral
- Pneumonia aspirasi
- ISK, Inkontinensia
- Kontraktur
- Tromboplebitis
- Abrasi kornea
- Dekubitus
- Encephalitis
- CHF
- Disritmia, hidrosepalus, vasospasme
Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
a. Mempertahankan terusan nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk perjuangan memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan menggunakan kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
- Vasodilator meningkatkan pedoman darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh insan belum sanggup dibuktikan.
- Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
- Anti agregasi thrombosis mirip aspirin dipakai untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sehabis ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama yaitu memperbaiki pedoman darah serebral :
- Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
- Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan keuntungannya paling dirasakan oleh pasien TIA.
- Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut
- Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma.
Pencegahan Stroke
- Hindari merokok, kopi, dan alkohol.
- Usahakan untuk sanggup mempertahankan berat tubuh ideal (cegah kegemukan).
- Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
- Batasi makanan berkolesterol dan lemak (daging, durian, alpukat, keju, dan lainnya).
- Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran)
- Olahraga secara teratur.
Penanganan dan perawatan stroke di rumah
- Berobat secara teratur ke dokter.
- Jangan menghentikan atau mengubah dan menambah takaran obat tanpa petunjuk dokter.
- Minta derma petugas kesehatan atau fisioterapi untuk memulihkan kondisi tubuh yang lemah atau lumpuh.
- Perbaiki kondisi fisik dengan latihan teratur di rumah.
- Bantu kebutuhan klien.
- Motivasi klien biar tetap bersemangat dalam latihan fisik.
- Periksa tekanan darah secara teratur.
- Segera bawa klien/pasien ke dokter atau rumah sakit jikalau timbul tanda dan tanda-tanda stroke.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal persoalan klien, biar sanggup memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990)
a Pengumpulan data
Pengumpulan data yaitu mengumpulkan isu ihwal status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E. Doenges et al, 1998)
1) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
2) Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak sanggup berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
3) ÿ0ÿwidctlparÿÿÿÿaspnumRiwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada dikala klien sedang melaksanakan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang hingga tidak sadar, disamping tanda-tanda kelumpuhan separoh tubuh atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000)
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat stress berat kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)
5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. (Hendro Susilo, 2000)
6) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan sanggup mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini sanggup mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
7) Pola-pola fungsi kesehatan
a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
c) Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada contoh defekasi biasanya terjadi konstipasi akhir penurunan peristaltik usus.
d) Pola acara dan latihan
Adanya kesukaran untuk beraktivitas lantaran kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, gampang lelah
e) Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat lantaran kejang otot/nyeri otot
f) Pola kekerabatan dan peran
Adanya perubahan kekerabatan dan kiprah lantaran klien mengalami kesukaran untuk berkomunikasi akhir gangguan bicara.
g) Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, gampang marah, tidak kooperatif.
h) Pola sensori dan kognitif
Pada contoh sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan, perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada contoh kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
i) Pola reproduksi secual
Biasanya terjadi penurunan gairah secual akhir dari beberapa pengobatan stroke, mirip obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
j) Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan persoalan lantaran gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melaksanakan ibadah lantaran tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
8) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
- Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran
- Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara
- Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b) Pemeriksaan integumen
- Kulit : jikalau klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jikalau kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada kawasan yang menonjol lantaran klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu
- Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
- Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c) Pemeriksaan kepala dan leher
- Kepala : bentuk normocephalik
- Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
- Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d) Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan bunyi nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun bunyi nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akhir penurunan refleks batuk dan menelan.
e) Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akhir bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g) Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h) Pemeriksaan neurologi
- Pemeriksaan nervus cranialis, Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
- Pemeriksaan motorik, Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
- Pemeriksaan sensorik, Dapat terjadi hemihipestesi.
- Pemeriksaan refleks, Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks patologis.(Jusuf Misbach, 1999)
9) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
- CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang kala masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993)
- MRI : untuk memperlihatkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E. Doenges, 2000)
- Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan mirip aneurisma atau malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998)
- Pemeriksaan foto thorax : sanggup memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke. (Jusuf Misbach, 1999)
b) Pemeriksaan laboratorium
- Pungsi lumbal : investigasi likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998)
- Pemeriksaan darah rutin
- Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut sanggup terjadi hiperglikemia. Gula darah sanggup mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
- Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri. (Linardi Widjaja, 1993)
Konsep Asuhan Keperawatan Stroke
Analisa data
Analisa data merupakan kegiatan intelektual yang mencakup kegiatan mentabulasi, mengklasifikasi, mengelompokkan, mengkaitkan data dan akhirnya menarik kesimpulan.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupaka suatu pernyataan dari persoalan pasien yang faktual ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan sehingga persoalan pasien sanggup ditanggulangi atau dikurangi. (Lismidar, 1990)
- Gangguan perfusi jaringan otak yang bekerjasama dengan perdarahan intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2000)
- Gangguan mobilitas fisik bekerjasama dengan hemiparese/hemiplagia (Donna D. Ignativicius, 1995)
- Gangguan persepsi sensori bekerjasama dengan penurunan sensori, penurunan penglihatan ( Donna D. Ignativicius, 1995)
- Gangguan komunikasi verbal bekerjasama dengan penurunan sirkulasi darah otak (Donna D. Ignativicius, 1995)
- Gangguan eliminasi alvi(konstipasi) bekerjasama dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat (Donna D. Ignativicius, 1995)
- Resiko gangguan nutrisi bekerjasama dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan ( Barbara Engram, 1998)
- Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang bekerjasama dengan hemiparese/hemiplegi (Donna D. Ignativicius, 1995)
- Resiko gangguan integritas kulit yang bekerjasama tirah baring usang (Barbara Engram, 1998)
- Resiko ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang bekerjasama dengan penurunan refleks batuk dan menelan.(Lynda Juall Carpenito, 1998)
- Gangguan eliminasi uri (inkontinensia uri) yang bekerjasama dengan lesi pada upper motor neuron (Lynda Juall Carpenito, 1998)
Perencanaan atau intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibentuk perencanaan intervensi keperawatan dan acara keperawatan. Tujuan perencanaan yaitu untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah persoalan keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan klien yaitu penentuan prioritas diagnosa keperawatan,penetuan tujuan, penetapan kriteria hasil dan menntukan intervensi keperawatan.
Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas yaitu :
Diagnosa 1.
Gangguan perfusi jaringan otak yang bekerjasama dengan perdarahan intra cerebral
1) Tujuan :
Perfusi jaringan otak sanggup tercapai secara optimal
2) Kriteria hasil :
- Klien tidak gelisah
- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
- GCS 456
- Pupil isokor, reflek cahaya (+)
- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C, pernafasan 16-20 kali permenit)
3) Rencana tindakan
- Berikan klarifikasi kepada keluarga klien ihwal sebab-sebab peningkatan TIK dan akibatnya
- Anjurkan kepada klien untuk bed rest totat
- Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial tiap dua jam
- Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal tipis)
- Anjurkan klien untuk menghindari batukdan mengejan berlebihan
- Ciptakan lingkungan yang hening dan batasi pengunjung
- Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor
4) Rasional
- Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
- Untuk mencegah perdarahan ulang
- Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk penetapan tindakan yang tepat
- Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan memperbaiki sirkulasi serebral
- Batuk dan mengejan sanggup meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial terjadi perdarahan ulang
- Rangsangan acara yang meningkat sanggup meningkatkan kenaikan TIK. Istirahat total dan ketenagngan mingkin diharapkan untuk pencegahan terhadap perdarahan dalam perkara stroke hemoragik / perdarahan lainnya
- Memperbaiki sel yang masih viabel
Diagnosa 2.
Gangguan mobilitas fisik bekerjasama dengan hemiparese/hemiplegia
1) Tujuan :
Klien bisa melaksanakan acara fisik sesuai dengan kemampuannya
2) Kriteria hasil
- Tidak terjadi kontraktur sendi
- Bertabahnya kekuatan otot
- Klien memperlihatkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
3) Rencana tindakan
- Ubah posisi klien tiap 2 jam
- Ajarkan klien untuk melaksanakan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
- Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
- Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
- Tinggikan kepala dan tangan
- Kolaborasi dengan andal fisioterapi untuklatihan fisik klien
4) Rasional
- Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akhir sirkulasi darah yang buruk pada kawasan yang tertekan
- Gerakan aktif menawarkan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
- Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan
Diagnosa 3.
Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori penurunan penglihatan
1) Tujuan :
Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.
2) Kriteria hasil :
- Adanya perubahan kemampuan yang nyata
- Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang
3) Rencana tindakan
- Tentukan kondisi patologis klien
- Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
- Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan secama
- Observasi respon sikap klien, mirip menangis, bahagia, bermusuhan, halusinasi setiap saat
- Berbicaralah dengan klien secara hening dan gunakan kalimat-kalimat pendek
4) Rasional
- Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai penetapan planning tindakan
- Untuk mempelajari hambatan yang bekerjasama dengan disorientasi klien
- Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi
- Untuk mengetahui keadaan emosi klien
- Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap persoalan sanggup dimengerti.
- Gangguan komunikasi verbal yang bekerjasama dengan penurunan sirkulasi darah otak
1) Tujuan
Proses komunikasi klien sanggup berfungsi secara optimal
2) Kriteria hasil
- Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien sanggup dipenuhi
- Klien bisa merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat
3) Rencana tindakan
- Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat
- Antisipasi setiap kebutuhan klien dikala berkomunikasi
- Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak”.
- Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan klien
- Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi
- Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara
4) Rasional
- Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan klien
- Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
- Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada dikala komunikasi
- Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif
- Memberi semangat pada klien biar lebih sering melaksanakan komunikasi
- Melatih klien berguru bicara secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri dengan baik dan benar
Diagnosa 4.
Kurangnya perawatan diri bekerjasama dengan hemiparese/hemiplegi
1) Tujuan
Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
2) Kriteria hasil
- Klien sanggup melaksanakan acara perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
- Klien sanggup mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk menawarkan derma sesuai kebutuhan
3) Rencana tindakan
- Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melaksanakan perawatan diri
- Beri motivasi kepada klien untuk tetap melaksanakan acara dan beri derma dengan sikap sungguh
- Hindari melaksanakan sesuatu untuk klien yang sanggup dilakukan klien sendiri, tetapi berikan derma sesuai kebutuhan
- Berikan umpan balik yang positif untuk setiap perjuangan yang dilakukannya atau keberhasilannya
- Kolaborasi dengan andal fisioterapi/okupasi
4) Rasional
- Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual
- Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
- Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun derma yang diberikan bermanfaat dalam mencegah frustasi, yaitu penting bagi klien untuk melaksanakan sebanyak mungkin untuk diri-sendiri untuk emepertahankan harga diri dan meningkatkan pemulihan
- Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
- Memberikan derma yang mantap untuk menyebarkan planning terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
Diagnosa 5.
Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
1) Tujuan
Tidak terjadi gangguan nutrisi
2) Kriteria hasil
- Berat tubuh sanggup dipertahankan/ditingkatkan
- Hb dan albumin dalam batas normal
3) Rencana tindakan
- Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk
- Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, seama dan sehabis makan
- Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka verbal secara manual dengan menekan ringan diatas bibir/dibawah gagu jikalau dibutuhkan
- Letakkan makanan pada kawasan verbal yang tidak terganggu
- Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang
- Mulailah untuk menawarkan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien sanggup menelan air
- Anjurkan klien menggunakan sedotan meminum cairan
- Anjurkan klien untuk berpartisipasidalam agenda latihan/kegiatan
- Kolaborasi dengan tim dokter untuk menawarkan ciran melalui iv atau makanan melalui selang
4) Rasional
- Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien
- Untuk klien lebih gampang untuk menelan lantaran gaya gravitasi
- Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
- Memberikan stimulasi sensori (termasuk rasa kecap) yang sanggup mencetuskan perjuangan untuk menelan dan meningkatkan masukan
- Klien sanggup berkonsentrasi pada prosedur makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar
- Makan lunak/cairan kental gampang untuk mengendalikannya didalam mulut, menurunkan terjadinya aspirasi
- Menguatkan otot fasial dan dan otot menelan dan merunkan resiko terjadinya tersedak
- Mungkin diharapkan untuk menawarkan cairan pengganti dan juga makanan jikalau klien tidak bisa untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut
Diagnosa 6.
Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat
1) Tujuan
Klien tidak mengalami kopnstipasi
2) Kriteria hasil
- Klien sanggup defekasi secara impulsif dan lancar tanpa menggunakan obat
- Konsistensifses lunak
- Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
- Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
3) Rencana tindakan
- Berikan klarifikasi pada klien dan keluarga ihwal penyebab konstipasi
- Auskultasi bising usus
- Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung serat
- Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jikalau tidak ada kontraindikasi
- Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
- Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian pelunak feses (laxatif, suppositoria, enema)
4) Rasional
- Klien dan keluarga akan mengerti ihwal penyebab obstipasi
- Bising usu menunjukan sifat acara peristaltik
- Diit seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler
- Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
- Aktivitas fisik reguler membantu eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik
- Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi
Diagnosa 7.
Resiko gangguan integritas kulit bekerjasama dengan tirah baring lama
1) Tujuan
Klien bisa mempertahankan keutuhan kulit
2) Kriteria hasil
- Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka
- Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka
- Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
3) Rencana tindakan
- Anjurkan untuk melaksanakan latihan ROM (range of motion) dan mobilisasi jikalau mungkin
- Rubah posisi tiap 2 jam
- Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
- Lakukan massage pada kawasan yang menonjol yang gres mengalami tekanan pada waktu berubah posisi
- Observasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi
- Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
4) Rasional
- Meningkatkan pedoman darah kesemua daerah
- Menghindari tekanan dan meningkatkan pedoman darah
- Menghindari tekanan yang berlebih pada kawasan yang menonjol
- Menghindari kerusakan-kerusakan kapiler-kapiler
- Hangat dan pelunakan yaitu tanda kerusakan jaringan
- Mempertahankan keutuhan kulit
Diagnosa 8.
Resiko terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang bekerjasama dengan menurunnya refleks batuk dan menelan, imobilisasi
1) Tujuan :
Jalan nafas tetap efektif.
2) Kriteria hasil :
- Klien tidak sesak nafas
- Tidak terdapat ronchi, wheezing ataupun bunyi nafas tambahan
- Tidak retraksi otot bantu pernafasan
- Pernafasan teratur, RR 16-20 x per menit
3) Rencana tindakan :
- Berikan klarifikasi kepada klien dan keluarga ihwal lantaran dan akhir ketidakefektifan jalan nafas
- Rubah posisi tiap 2 jam sekali
- Berikan intake yang adekuat (2000 cc per hari)
- Observasi contoh dan frekuensi nafas
- Auskultasi bunyi nafas
- Lakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien
4) Rasional :
- Klien dan keluarga mau berpartisipasi dalam mencegah terjadinya ketidakefektifan bersihan jalan nafas
- Perubahan posisi sanggup melepaskan sekret darim terusan pernafasan
- Air yang cukup sanggup mengencerkan sekret
- Untuk mengetahui ada tidaknya ketidakefektifan jalan nafas
- Untuk mengetahui adanya kelainan bunyi nafas
- Agar sanggup melepaskan sekret dan menyebarkan paru-paru
Diagnosa 9
Gangguan eliminasi uri (incontinensia uri) yang bekerjasama dengan kehilangan tonus kandung kemih, kehilangan kontrol sfingter, hilangnya isarat berkemih.
1) Tujuan :
Klien bisa mengontrol eliminasi urinya
2) Kriteria hasil :
- Klien akan melaporkan penurunan atau hilangnya inkontinensia
- Tidak ada distensi bladder
3) Rencana tindakan :
- Identifikasi contoh berkemih dan kembangkan agenda berkemih sering
- Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
- Ajarkan teknik untuk mencetuskan refleks berkemih (rangsangan kutaneus dengan penepukan suprapubik, manuver regangan anal)
- Bila masih terjadi inkontinensia, kurangi waktu antara berkemih pada agenda yang telah direncanakan
- Berikan klarifikasi ihwal pentingnya hidrasi optimal (sedikitnya 2000 cc per hari bila tidak ada kontraindikasi)
4) Rasional :
- Berkemih yang sering sanggup mengurangi dorongan dari distensi kandung kemih yang berlebih
- Pembatasan cairan pada malam hari sanggup membantu mencegah enuresis
- Untuk melatih dan membantu pengosongan kandung kemih
- Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga memerlukanuntuk lebih sering berkemih
- Hidrasi optimal diharapkan untuk mencegah infeksi terusan perkemihan dan kerikil ginjal.
Implementasi atau Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari planning tindakan keperawatan yang diberikan pada klien.
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah simpulan dalam proses keperawatan. Evaluasi yaitu kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diharapkan pengetahuan ihwal kesehatan, patofisiologi, dan taktik evaluasi. Tujuan penilaian yaitu untuk menilai apakah tujuan dalam planning keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melaksanakan pengkajian ulang. (Lismidar, 1990).
Daftar Pustaka
- Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
- Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC, 2000
- Misbach, Jusuf. 2011. STROKE ASPEK DIAGNOSTIK, PATOFISIOLOGI, MANAJEMEN. Jakarta : Badan Penerbit FKUI
- Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
- Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. BUKU AJAR Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC