Saturday, August 5, 2017

√ Luka, Penyebab, Jenis, Penanganan Dan Proses Penyembuhan

Luka ialah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya cedera atau pembedahan.

Disaat luka timbul, beberapa imbas akan muncul :
  • Respon stres simpatis
  • Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
  • Perdarahan & pembekuan darah
  • Kematian sel
  • Kontaminasi bakteri
Luka, penyebab, jenis, penanganan dan proses penyembuhan
Penyebab Luka.

luka sanggup disebabkan oleh tiga hal yaitu :
  • Mekanik misalnya trauma benda Tumpul, benda tajam, senjata api dan materi peledak
  • Fisik misalnya Karena Paparan Suhu, Panas, dingin, dan aliran Listrik
  • Kimia misalnya paparan zat Asam dan Basa.

Jenis - jenis luka.

bergotong-royong jenis - jenis luka ada banyak menurut sifat kejadian, penyebab, tingkat kontaminasi, kedalaman dan luas hingga waktu penyembuhan.

untuk kali ini hanya akan dipaparkan jenis - jenis luka menurut penyebabnya yaitu :

a. Luka mekanik (cara luka didapat dan luas kulit yang terkena)
  1. Luka insisi (Incised wound), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Luka dibentuk secara sengaja, misal yang terjadi akhir pembedahan.
  2. Luka higienis (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (ligasi).
  3. Luka memar (Contusion Wound), ialah luka yang tidak disengaja terjadi akhir benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh: cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak, namun kulit tetap utuh. Pada luka tertutup, kulit terlihat memar.
  4. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akhir kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
  5. Luka tusuk (Punctured Wound), luka ini dibentuk oleh benda yang tajam yang memasuki kulit dan jaringan di bawahnya. Luka punktur yang disengaja dibentuk oleh jarum pada dikala injeksi. Luka tusuk/ punktur yang tidak disengaja terjadi pada kasus: paku yang menusuk bantalan kaki bila paku tersebut terinjak, luka akhir peluru atau pisau yang masuk ke dalam kulit dengan diameter yang kecil.
  6. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi bila kulit tersobek secara kasar. Ini terjadi secara tidak disengaja, biasanya disebabkan oleh kecelakaan akhir benda yang tajam ibarat oleh beling atau oleh kawat. Pada masalah kebidanan: robeknya perineum karena kelahiran bayi.
  7. Luka tembus/luka tembak (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ badan biasanya pada belahan awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada belahan ujung biasanya lukanya akan melebar, belahan tepi luka kehitaman.
  8. Luka bakar (Combustio), luka yang terjadi karena jaringan badan terbakar.
  9. Luka gigitan (Morcum Wound), luka gigitan yang tidak terperinci bentuknya pada belahan luka.
b. Luka non mekanik : luka akhir zat kimia, termik, radiasi atau serangan listrik.

Diatas merupakan jenis - jenis luka menurut penyebabnya untuk pemaparan jenis - jenis luka secara lengkap sanggup dilihat pada artikel "jenis - jenis luka menurut sifat kejadian, penyebab, tingkat kontaminasi kedalaman dan luas, juga waktu penyembuhan nya"


Macam - macam luka dan penanganannya

1. Vulnus excoriasi (Luka lecet)

Pengertian : Jenis luka yg satu ini derajat nyerinya umumnya lebih tinggi dibanding luka robek, mengingat luka jenis ini umumnya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit.

Cara penanganan : Pertama yg mesti dilakukan yaitu membersihkan luka terlebih dulu menggunakan NaCl 0,9%, & bersiaplah mendengar teriakan pasien, dikarenakan jenis luka ini tidak memungkinkan kita melaksanakan anastesi, tetapi analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, memberi desinfektan. Perawatan jenis luka ini merupakan perawatan luka terbuka, tetapi mesti tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, alasannya ialah hanya akan menjadi sarang kuman, & pemberian IODINE serta tidak perlu dilakukan tiap hari, dikarenakan bakal melukai jaringan yg gres terbentuk.

2. Vulnus punctum (Luka tusuk)

Pengertian : Luka tusuk rata rata yaitu luka akhir logam, nah yg mesti diingat sehingga kita mesti curiga adalanya basil clostridium tetani dalam logam tersebut.
Cara penanganan : Aspek mula-mula dikala menonton pasien luka tusuk merupakan jangan hingga asal menarik benda yg menusuk, karena bisa menimbulkan perlukaan area lain maupun berkaitan pembuluh darah. Jikalau benda yg menusuk telah dicabut, sehingga yg mesti kita melaksanakan yaitu membersihkan luka secara memanfaatkan H2O2, seterusnya didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, tetapi dimodifikasi maka ada pedoman hawa yg berjalan.

3. Vulnus contussum (luka kontusiopin)

Pengertian : luka kontusiopin merupakan luka memar, pastinya jangan hingga diurut maupun ditekan-tekan, karena cuma aka menimbulkan robek pembuluh darah makin lebar saja.

Cara penanganan : Yg butuh dilakukan yaitu kompres dgn air dingin, dikarenakan bakal menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah, maka memampatkan pembuluh-pembuluh darah yg robek.

4. Vulnus insivum (Luka sayat)

Pengertian : luka sayat merupakan jenis luka yg disababkan karena sayatan dari benda tajam, bisa logam ataupun kayu & lain sebagainya. Jenis luka ini umumnya tipis.

Cara penanganan : yg perlu dilakukan ialah membersihkan & memperlihatkan desinfektan.

5. Vulnus schlopetorum

Pengertian : jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, sehingga mesti segera dikeluarkan tembakanya. Cara penanganan : jangan hingga eksklusif mengeluarkan pelurunya, tetapi yg mesti dilakukan ialah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan & tutup luka. Biarkan luka selama kurang lebih dalam waktu seminggu gres pasien dibawa ke ruangan operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Di Harapkan dalam waktu seminggu posisi peluru telah mantap & tidak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan bari disekitar lokasi peluru.

6. Vulnus combustion (luka bakar)

Pengertian : merupakan luka yg disebabkan akhir kontaksi antara kulit dengan benda/zat panas ibarat air panas(air memdidih), api, dll. Cara penanganan : Penanganan paling awal luka ini ialah alirkan di bawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan di bawah air mengalir untuk perpindahan kalornya. apabila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini ialah perawatan luka terbuka dengan terus menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini amat sangat gampang terinfeksi. & ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.


7. Luka gigitan

Pengertian : luka jenis ini umumnya disebabkan dari luka gigitan binatang, ibarat serangga, ular, & hewan buas lainya. Kali ini luka gigitan yg dibahas ialah jenis luka gigitan dari ular berbisa yg berbahaya.

Cara penanganan : mengeluarkan racun yg sempat masuk ke dalam badan korban dengan menekan sekitar luka sehingga darah yg sudah terkotori sebagian besar bisa dikeluarkan dari luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap daerah gigitan, hal ini bisa membahayakan bagi pengisapnya, lebih-lebih yg memiliki luka walaupun kecil di belahan mukosa mulutnya. Sambil menekan supaya racunnya ke luar juga sanggup dilakukan pembebatan( ikat) pada belahan proksimal dari gigitan, ini bertujuan buat mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam badan lainnya. Setelah Itu segera mungkin dibawa ke sentra kesehatan yg lebih maju untuk perawatan selanjutnya.

8. Laserasi/Luka Parut

Pengertian : Luka parut disebabkan alasannya ialah benda keras yg merusak permukaan kulit, misalnya karena jatuh waktu berlari. Kiat penanganan : Kiat mengatasi luka parut, kalau ada perdarahan dilarang lebih-lebih dulu dgn trick menekan bidang yg mengeluarkan darah bersama kasa steril atau saputangan/kain bersih. Setelah Itu basuh & bersihkan lebih kurang luka dgn air & sabun. Luka dibersihkan bersama kasa steril atau benda lain yg pass bersih. Tonton kepada luka, jikalau dijumpai benda aneh ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Jikalau nyatanya luka terlampaui dalam, rujuk ke hunian sakit. Sesudah higienis bakal diberikan anti-infeksi lokal ibarat povidon iodine atau kasa anti-infeksi.

9. Terpotong/Teriris

Pengertian : Terpotong ialah bentuk lain dari perlukaan yg disebabkan oleh benda tajam, bentuk lukanya teratur & dalam, perdarahan cukup banyak, terlebih bila ada pembuluh darah arteri yg putus terpotong.

Cara penanganan : menangani perdarahan terlebih dulu yaitu dilakukan dengan menekan belahan yg mengeluarkan darah dengan memanfaatkan kasa steril atau kain yg bersih. Kalau ada pembuluh nadi yg ikut terpotong, & cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet. Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang/saputangan pada belahan antara luka & jantung secara melingkar, selanjutnya dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint tali/ikat pinggang/saputangan tadi diputar hingga lilitannya benar-benar kencang. Tujuan cara ini buat menghentikan aliran darah yg ke luar dari luka. selanjutnya, luka ditutup & rujuk ke rumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di daerah lain tidak akan efektif. Pada luka yg teriris dioles anti infeksi selanjutnya ditutup kasa steril.

Baca Juga " SOP Perawatan Luka"

Penanganan luka secara umum

Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yg mesti dilakukan yaitu tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk membuat luka menjadi higienis sehingga mengurangi kontaminasi pada luka & mencegah terjadinya infeksi. Debridement sanggup dilakukan dengan beberapa cara, dari yg kurang invasif hingga invasif, yaitu debridement secara biologik, mekanik, otolitik, enzimatik, & surgical.


Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka ialah proses yang komplek dan dinamis dengan perubahan lingkungan luka dan status kesehatan individu. Fisiologi dari penyembuhan luka yang normal ialah melalui fase hemostasis, inflamasi, granulasi dan maturasi yang merupakan suatu kerangka untuk memahami prinsip dasar perawatan luka. Melalui pemahaman ini profesional keperawatan sanggup berbagi ketrampilan yang diperlukan untuk merawat luka dan sanggup membantu perbaikan jaringan. Luka kronik mendorong para profesional keperawatan untuk mencari cara mengatasi duduk kasus ini. Penyembuhan luka kronik membutuhkan perawatan yang berpusat pada pasien ”patient centered”, holistik, interdisiplin, cost efektif dan eviden based yang kuat.

Penelitian pada luka akut dengan model hewan memperlihatkan ada empat fase penyembuhan luka. Sehingga diyakini bahwa luka kronik harus juga melalui fase yang sama. Fase tersebut ialah sebagai berikut:

1. Hemostasis

Pada penyembuhan luka kerusakan pembuluh darah harus ditutup. Pada proses penyembuhan luka platelet akan bekerja untuk menutup kerusakan pembuluh darah tersebut. Pembuluh darah sendiri akan konstriksi dalam berespon terhadap injuri tetapi spasme ini biasanya rilek. Platelet mensekresi substansi vasokonstriktif untuk membantu proses tersebut.

Dibawah efek adenosin diphosphat (ADP) kebocoran dari kerusakan jaringan akan menimbulkan agregasi platelet untuk merekatkan kolagen. ADP juga mensekresi faktor yang berinteraksi dengan dan merangsang pembekuan intrinsik melalui produksi trombin, yang akan membentuk fibrin dari fibrinogen. Hubungan fibrin diperkuat oleh agregasi platelet menjadi hemostatik yang stabil. Akhirnya platelet juga mensekresi sitokin ibarat ”platelet-derived growth factor”. Hemostatis terjadi dalam waktu beberapa menit setelah injuri kecuali ada gangguan faktor pembekuan.

2. Inflamasi

Secara klinik, inflamasi ialah fase ke dua dari proses penyembuhan yang menampilkan eritema, pembengkakan dan peningkatan suhu/hangat yang sering dihubungkan dengan nyeri, secara klasik ”rubor et tumor cum calore et dolore”. Tahap ini biasanya berlangsung hingga 4 hari setelah injuri. Pada proses penyembuhan ini biasanya terjadi proses pencucian debris/sisa-sisa. Ini ialah pekerjaan dari PMN’s (polymorphonucleocytes). Respon inflamasi menimbulkan pembuluh darah menjadi bocor mengeluarkan plasma dan PMN’s ke sekitar jaringan. Neutropil memfagositosis sisa-sisa dan mikroorganisme dan merupakan pertahanan awal terhadap infeksi. Mereka dibantu sel-sel mast lokal. Fibrin kemudian pecah sebagai belahan dari pencucian ini.

Tugas selanjutnya membangun kembali kompleksitas yang membutuhkan kontraktor. Sel yang berperan sebagai kontraktor pada penyembuhan luka ini ialah makrofag. Makrofag bisa memfagosit basil dan merupakan garis pertahan kedua. Makrofag juga mensekresi komotaktik yang bervariasi dan faktor pertumbuhan ibarat faktor pertumbuhan fibrobalas (FGF), faktor pertumbuhan epidermal (EGF), faktor pertumbuhan beta trasformasi (tgf) dan interleukin-1 (IL-1).

3. Proliferasi (proliferasi, granulasi dan kontraksi)

Fase granulasi berawal dari hari ke empat setelah perlukaan dan biasanya berlangsung hingga hari ke 21 pada luka akut tergangung pada ukuran luka. Secara klinis ditandai oleh adanya jaringan yang berwarna merah pada dasar luka dan mengganti jaringan dermal dan adakala subdermal pada luka yang lebih dalam yang baik untuk kontraksi luka. Pada penyembuhan luka secara analoginya satu kali pencucian debris, dibawah kontraktur eksklusif terbentuk jaringan baru.

Kerangka dipenuhi oleh fibroblas yang mensekresi kolagen pada dermal yang kemudian akan terjadi regenerasi. Peran fibroblas disini ialah untuk kontraksi. Serat-serat halus merupakan sel-sel perisit yang beregenerasi ke lapisan luar dari kapiler dan sel endotelial yang akan membentuk garis. Proses ini disebut angiogenesis. Sel-sel ”roofer” dan ”sider” ialah keratinosit yang bertanggungjawab untuk epitelisasi. Pada tahap simpulan epitelisasi, terjadi kontraktur dimana keratinosit berdifrensiasi untuk membentuk lapisan protektif luar atau stratum korneum.

4. Remodeling atau maturasi

Setelah struktur dasar komplit mulailah finishing interior. Pada proses penyembuhan luka jaringan dermal mengalami peningkatan tension/kekuatan, tugas ini dilakukan oleh fibroblast. Remodeling sanggup membutuhkan waktu 2 tahun setelah perlukaan.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com