Kilas Balik Valentine Day : Cinta atau Nafsu?"
Satu ahad yang lalu, salah seorang pengurus FULDFK menghubungi untuk mengisi materi di kajian KARIMAH. Cukup kaget dan ga tau mau ngasih apa sebenarnya. Sampai si adek yang menghubungi menawarkan judul dan sub temanya. Alhamdulillah ada panduan dan kerangka sehingaga memudahkan untuk menyusun materi. Berikut ini yakni materi yang diberikan pada program Karimah:
Valentine’s day itu merupakan budaya barat!
Valentine itu untuk memperlihatkan kasihsayang!
Banyak alasan orang merayakan valentine, biar sanggup pacar, ikut-ikutan atau pengen dianggap gaul.
Apapun alasanya, sebagai seorang muslimah tentunya kita harus tau mengapa ada perayaan valenti? Bagaimana sejarahnya? Dan semua yang bekerjasama dengan valentine, baik yang beropini itu positif maupun negative.
Singkatnya, Valentine’s day itu bukan hanya budaya barat, tetapi penghargaan pada seorang pendeta yang berjulukan Valentine yang menikahkan pasangan dan tidak ikut berperang pada masa Raja Romawi Claudius II. Pendeta Valentine menikahkan pasangan-pasangan tersebut secara sembunyi-sembunyi dan kemudian dieksekusi mati oleh Raja Romawi Claudius II pada tanggal 14 Februari 270 M. Makara bila kita ikut merayakan, artinya ikut merayakan tradisi agama lain, bernostalgia dengan seorang pendeta berjulukan Valentine.
1. Hakikat cinta sesungguhnya
Pemahaman banyak orang dengan menyamakan Valentine’s day dengan hari kasih sayang, tentu salah besar. Sikap kita sebagai seorang muslimah dalam menghadapi fenomena ini yakni dengan menggali kembali, apakah di dalam agama kita memang mengkhususkan 1 hari, dan itupun bukan berdasarkan kalender Hijriyah sebagai hari kasih saying.
Islam secara lengkap mengajarkan mengenai kasih saying. Contohnya, sebelum memulai pekerjaan kita awali dengan “bismillah” yang artinya dengan menyebut nama Allah Yang MAha Pengasih lagi Maha Penyayang.. Dan kita tidak perlu menunggu 1 hari tersebut hanya untuk mengklaim sebagai hari kasih saying.
Jangan terjerumus dengan sesuatu yang “in” tetapi menggadaikan kepercayaan kita. Banyak muslimah di luar sana, bahkan itu mungkin sahabat kita atau orang terdekat yang sibuk mempersiapkan diri untuk menyambut “hari kasih saying” tersebut. Bahkan mereka rela dijadikan pelampiasan nafsu oleh pasangannya. Ya, 14 Februari sudah identic dengan free sec. Bahkan sebelum hari tersebut, dijalanan dibagikan k0nd0m gratis, yang akan diartikan sebagai perilaku melegalkan sec di luar nikah. Nauzubillah mindzalik.
Mendekati hari tersebut, social media akan gencar memberitakan “Valentine’s day” menjadi hype, sehingga banyak remaja yang akan ikut dalam gelombang kampanye tersebut, lantaran merasa sesuatu yang in identic dengan gaul dan tidak ketinggalan zaman. Semoga kita terjauh dari hal-hal menyerupai ini.
Menurut KBBI, cinta adalah:
- a suka sekali; sayang benar: orang tuaku -- kepada kami semua; -- kepada sesama makhluk
- a kasih sekali; terpikat (antara pria dan perempuan): sebenarnya dia tidak -- kepada lelaki itu, tetapi hanya menginginkan hartanya
Tuntunan kita, Nabi besar Muhammad SAW mencontohkan pada kita dalam berkasih saying kepada sesame dengan mengucapkan salam ketika bertemu sahabat, ia juga murah senyum terhadap sesame, dan kadang memberi hadiah. Sahabat Rasulullah SAW pada suatu waktu sehabis kajian dengan Rasulullah menyalami sahabat yang lain sambil mengucapkan salam, tetapi melewati Umar bin Khatab, karenanya Umarlah yang terlebih dahulu menyapa dan mengucapkan salam. Kejadian tersebut hingga berulang, yang kemudia ditanyakan oleh Umar, mengapa Abu Bakar, bersikap lain terhadapnya. Kemudian dijawablah oleh Abu BAkar, Allah memuliakan bagi siapa yang mengucapkan salam terlebih dahulu, dan Abu BAkar ingin kemuliaan tersebut diberikan Allah pada Umar. MasyaAllah. Sungguh luar biasa dongeng Rasululah dan sahabat dalam mencontohkan kasih saying sesama manusia
Nah, kalo bicara mengenai hakikat cinta dengan lawan jenis. Cinta yang dimaksud di sini masih bermakna fitrawiyah, dimana ada sebuah bentuk perasaan ketika seseorang merasa ingin mengasihi dan menyayangi sesamanya makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Cinta memang selalu mengikuti tujuan orang yang memakanainya. Ketika cinta itu dilandaskan kepada Allah dan Rasul-Nya maka cinta yang menyerupai ini merupakan cinta yang mulia bahkan menjadi derajat cinta yang paling tinggi selain cinta-cinta kepada selain-Nya.
“Dan orang-orang yang beriman lebih cinta kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165) Tapi ketika cinta ini dilandaskan kepada yang selain-Nya sehingga melalaikan dan melupakannya dari menyayangi Allah Subhanahu wa Ta’ala maka jenis cinta ini merupakan jenis cinta yang tercela dan menempati derajat cinta yang rendah dan hina. Wal iya’udzubillah….bahkan bisa menimbulkan kita terjatuh ke dalam lubang-lubang kesyirikan yaitu menyekutukan Allah subhanahu wa Ta’ala dengan selain-Nya yang bergotong-royong tidak pantas kita cintai melebihi cinta kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2. Manajemen rasa dengan lawan jenis
Rasa suka terhadap lawan jenis itu fitrah dan lumrah. Tapi sebagai muslimah tentu kita harus pintar mengaturnya. Jangan hingga rasa cinta kita ke makhluk menandingi cita kepada Allah.
“Dan di antara insan ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi Allah), mereka menyayangi tandingan-tandingan tersebut menyerupai cinta mereka kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165)
Tentunya Cinta yang diandasi dogma kepada Allah subahanhu wa Ta’ala, cinta yang akan menghasilkan kebaikan yang banyak dan sangat berharga.
Ketika ada rasa tertarik terhadap lawan jenis, kita harus bias mengelolanya dengan baik. Bahkan anak SD pun bias menyatakan ketertarikannya terhadap lawan jenis. Bias gawat bila salah mengelolanya. “Virus Mejah Jambu” ini akan semakin dalam, dan bias mengakibatkan kita jauh dari tuntunan seharusnya.
Islam telah mengaturnya dengan baik. Yang perlu kita lakukan yakni memperhatikannya, menjalankannya, dan pada gilirannya mendapatkan kebaikan yang terkandung didalamnya.Bagi kau yang belum sanggup menikah, tapi sudah mempunyai rasa cinta.
Sebagai halnya fitrah kita menuntut ilmu atau berbuat baik. Jatuh cinta pun fitrahnya manusia, namun jangan terlena dan menikmati ritme yang tercipta sehabis itu. Mungkin dimulai dengan rasa kagum, kemudian berlanjut untuk mengenal lebih jauh, kemudian berkirim pesan. Ya walaupun pesan-pesan tersebut berisi usul kebaikan atau hal positif lainnya, tapi berlkhalwat di kurun digita ketika ini bukan hanya berduan dengan non mahrah di suatu ruangan, tetapi bias juga dimaksudkan di ruang chat (Chat room). Baik melalui WA atau Line, atau media social lainnya. Janganlah membuka keran hijab keakraban. Ini berfungsi semoga kita tidak memerangkapkan diri sendiri ke dalam urusan yang nantinya sanggup menjerumuskan ke persoalan yang lebih ribet. Bisa dari hal-hal yang terlihat kecil (atau bahkan “islami”), tapi efeknya sangat panjang dan besar.
Prinsipnya : jauhi kemungkinan yang paling jelek dalam soal cinta. Usia remaja dan cukup umur awal ini cinta selalu bergandengan erat dengan nafsu. Hal ini kemungkinan lantaran dampak hormonal dan cinta itu sendiri. Sudah bukan belakang layar lagi bila cinta sering bercampur dengan nafsu. Karena campur aduk inilah, banyak orang mengatasnamakan cinta untuk menutupi nafsunya. Bila nafsu sudah selesai, selesai pulalah cintanya.
4. Cara menyembuhkan penyakit cinta yg berlebih pada lawan jenis
Cinta berlebihan. Mhmmm, maksudnya ngefans, hingga lupa dengan yang Utama ya?
Jamaah itu penting, di ketika kita jatuh ke dalam “virus merah jambu” sahabat atau saudara seiman seharusnya, bahkan berkewajiban mengingatkan. Berkumpullah dengan orang baik. Mereka bisa menemani dalam menghadapi problematika cinta. Mereka tak akan menjerumuskan ke neraka dengan memprovokasi kau untuk melepas kekang atas cinta. Mereka selalu mengingatkan pentingnya berkorban untuk cinta yang lebih besar. Cinta Hakiki. Cinta Ilahi Rabbi.
Berdoalah. Cinta yakni ciptaan Allah. Dia yang menguasainya. Dia yang bisa mencabut / menyemainya dalam hati kita. Kepada-Nya kita bertawakal, berserah diri, dan berjuang. Yaa, kita harus berjuang menjaga kemurnian cinta hingga datang waktunya cinta dirangkai dalam forum pernikahan.
Di ketika sahabat kita mulai termakan dengan “virus” tersebut rangkullah sahabat kita, jangan biarkan dia sendiri menghadapinya
5. Mudharatnya berpacaran
Pacaran itu dekat dengan zina. Tentunya diawali dengan zina mata. Hukum pacaran ditegaskan Haram.
Pacaran identic dengan berdua-duaan. Rasulullah bersabda:
“Tidak boleh antara pria dan perempuan berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang perempuan dilarang bepergian kecuali ditemani oleh muhrimnya.” (H. R. Muslim)
Islam melarang adanya pacaran di antara mereka yang mukan muhrim lantaran sanggup menimbulkan banyak sekali fitnah dan dosa. Oleh lantaran itu, Islam mengatur kekerabatan antara lelaki dan perempuan yaitu kekerabatan mahram dan non mahram
Sebagai mana kalimat pembuka potongan 6 ini, bahwa pacaran dekat dengan zina. Baik pria maupun perempuan harus menjaga pandangannya.
“Rasulullah SAW berkata kepada Ali: Hai Ali, janganlah ikuti pandangan pertama dengan pandangan kedua. Karena pandangan pertama untukmu (dimaafkan) dan pandangan kedua tidak untukmu (tidak dimaafkan).” (H. R. Abu Dawud).
Selain zina mata, zina hati dan pikiran juga terjadi, memikirkaan betapa bahagianya bila dikirimin pesan atau membayangkan wajah satu sama lain.
Mudharat kedua , menghilangkan konsentrasi. Banyak yang berdalih bahwa pacaran sanggup meningkatkan semangat berguru atau bekerja. Apakah benar demikian? Nyatanya, pacaran itu hanya menguras otak dan membuyarkan konsentrasi. Fokus berguru justru hilang dan pekerjaan jadi terabaikan. Pacaran itu tidak mudah, lantaran melibatkan dua kepala, bahkan bisa tiga, empat, dan seterusnya, dengan prioritas utama yakni “bagaimana-caranya-membahagiakan-si-pacar.”
Akibatnya, banyak sekali cara dilakukan hanya demi menciptakan senang satu sama lain. Rela meninggalkan pekerjaan dan membuang waktu berguru hanya demi menemani sang Pacar berjalan-jalan. Jika suatu ketika terjadi yang nama perselisihan, justru akan memicu stres yang mengakibatkan semangat berguru menjadi hilang.
Bahkan hanya dengan memikirkan si Pacar saja sudah banyak menyita waktu dan membuatnya terbuang secara sia-sia. Padahal, tidak sadar bahwa apa yang mereka lakukan yakni melanggar perintah Allah SWT dan hanya menumpuk dosa semata.
Yang ketiga yaitu penyebab banyak kerugian. Salah satu potongan daripada budaya pacaran itu yakni usahanya menawarkan kebahagian bagi pasangan padahal tanpa ia sadari itu hanya sia-sia. Rela menghabiskan waktu, uang dan impian hanya demi seseorang yang bahkan belum tentu adala jodohnya. Padahal, lebih baik kalau waktu itu dipakai untuk beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Yang keempat menganggu kehidupan masyarakat. Pernah dengar kos-kosan campu?bebas? pasangan mesum tertangkap. Saat ini tidak absurd lagi. Sering malah ada di berita. Betapa mirisnya kita sebagai makhlus yang arif pengetahuan, dengan mudahnya mengikis moral, rasa malu, rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, tidak mengutamakan harga diri.
Yang kelima, melemahkan iman, banyak waktu dihabiskan hanya untuk sang Pacar. Cinta setengah mati, katanya. Sampai-sampai cinta pada Sang Pemilik Nyawa pun terabaikan. Setiap hari hanya mengingat wajah kekasih, namun lupa pada Allah SWT. Naudzubillah, sungguh yang demikian sudah menjadi orang yang tersesat.Banyak mudharatnya berpacaran dibandingkan manfaatnya.
6. Bagaimana menangani fenomena muslimah masa sekarang yang sedikit2 ngomongin cinta dan baper (bagaimana cara mengingatkannya?)
Forum atau lingkungan menawarkan dampak yang sangat besar membentuk kepribadian seseorang. Kenapa lingkungan? Bila kita berada di dalam lingkungan yang bicara cinta, kita akan ikut membicarakannya, ikut memikirkan sesuatu yang berhubunngan dengan cinta. Lalu bagaimana bila di lingkungan tersebut tidak dengan serta menawarkan solusinya, yang tinggal hanyalah kegalauan.
Sibukkan diri dengan hal yang positif dan bermanfaat sehingga kita tidak akan berbuat yang sia-sia.
Bila ingin bicara cinta, tentunya kita akan eksklusif berpikiran itu mengenai lawan jenis. Tetapi ingatlah, cinta yang hakiki yakni cinta kepada Allah. Allah tidak akan pernah mengecewakan hambanya, berbeda dengan manusia. Cinta terhadap insan fitrah, tapi kefitran itu dikelola dengan baik sesuai dengan tempatnya. Bila belum siap menikah, banyak2 beristigfar dan berpuasa sesuai dengan tuntunan nabi. Bila siap menikah, jalani dengan ilmu.
Sumber http://mynewjornal.blogspot.com