Sunday, September 24, 2017

√ Laporan Pendahuluan Acut Limphosityc Leucemia

Salam teman sejawat sekalian. bagi seorang perawat pastinya tidak asing lagi dengan yang nama nya laporan pendahuluan, lantaran sebagai seorang perawat khususnya yang sedang mengenyam pendidikan di akademik pastilah sering bergelut dengan yang namanya laporan pendahuluan, terutama pada dikala mulai praktikum dirumah sakit dan juga bagi yang sedang menjalani jadwal profesi ners.

bermaksud membantu teman sejawat yang sedang membutuhkan laporan pendahuluan sebagai kiprah pada dikala praktik di rumah sakit. kali ini admin coba membagikan laporan pendahuluan acut limphosityc leucemia. 

Leucemia : gambar diambil dari pixabay.com


untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan acut limphosityc leukimia dalam bentuk Ms. Word silahkan klik disini




PENGERTIAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 

Acut limphosityc leukemia yakni proliferasi maligna / ganas limphoblast dalam sumsum tulang yang disebabkan oleh sel inti tunggal yang sanggup bersifat sistemik. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Tucker, 1997; Reeves & Lockart, 2002).


PENYEBAB ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Penyebab acut limphosityc leukemia hingga dikala ini belum jelas, diduga kemungkinan lantaran virus (virus onkogenik) dan faktor lain yang mungkin berperan, yaitu:
  • Faktor eksogen 
  1. Sinar x, sinar radioaktif. 
  2. Hormon. 
  3. Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti neoplastic agent).
  • Faktor endogen 
  1. Ras (orang Yahudi lebih gampang terkena dibanding orang kulit hitam) 
  2. Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom Down). 
  3. Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur). (Ngastiyah, 1997)

PATOFISIOLOGI ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke banyak sekali organ, termasuk sumsum tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal. Hal ini menimbulkan haemopoesis normal terhambat, hasilnya terjadi penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke banyak sekali organ menimbulkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menjadikan anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang sanggup menimbulkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga gampang mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan makanan. (Ngastiyah, 1997; Smeltzer & Bare, 2002; Suriadi dan Rita Yuliani, 2001, Betz & Sowden, 2002).


TANDA DAN GEJALA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 

Manifestasi klinik dari acut limphosityc leukemia antara lain:
  1. Pilek tak sembuh-sembuh 
  2. Pucat, lesu, gampang terstimulasi 
  3. Demam, anoreksia, mual, muntah 
  4. Berat tubuh menurun 
  5. Ptechiae, epistaksis, perdarahan gusi, memar tanpa sebab 
  6. Nyeri tulang dan persendian 
  7. Nyeri abdomen 
  8. Hepatosplenomegali, limfadenopati 
  9. Abnormalitas WBC 
  10. Nyeri kepala

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PADA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA

Pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan pada anak dengan acut limphosityc leukemia adalah:
  • Pemeriksaan sumsum tulang (BMP / Bone Marrow Punction): 
  1. Ditemukan sel blast yang berlebihan 
  2. Peningkatan protein 
  • Pemeriksaan darah tepi 
  1. Pansitopenia (anemia, lekopenia, trombositopneia) 
  2. Peningkatan asam urat serum 
  3. Peningkatan tembaga (Cu) serum 
  4. Penurunan kadar Zink (Zn) 
  5. Peningkatan leukosit sanggup terjadi (20.000 – 200.000 / µl) tetapi dalam bentuk sel blast / sel primitif 
  • Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel kanker ke organ tersebut 
  • Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum 
  • Sitogenik: 50-60% dari pasien ALL dan AML memiliki kelainan berupa: 
  1. Kelainan jumlah kromosom, ibarat diploid (2n), haploid (2n-a), hiperploid (2n+a) 
  2. Bertambah atau hilangnya pecahan kromosom (partial delection) 
  3. Terdapat marker kromosom, yaitu elemen yang secara morfologis bukan komponen kromosom normal dari bentuk yang sangat besar hingga yang sangat kecil

PENGOBATAN PADA ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
  1. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, sanggup diberi¬kan transfusi trombosit dan bila terdapat tanda tanda DIC sanggup dibe¬rikan heparin. 
  2. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah dicapai remisi takaran dikurangi bertahap dan akhir¬nya dihentikan. 
  3. Sitostatika. Selain sitostatika yang usang (6 merkaptopurin atau 6 mp, metotreksat atau MTX) pada waktu ini digunakan pula yang gres dan lebih poten ibarat vinkristin (oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L asparaginase, siklofosfamid atau CPA, adriami¬sin dan sebagainya. Umumnya sitostatika diberikan dalam kombinasi bersama sama dengan prednison. Pada pemberian obat obatan ini sering terdapat akhir samping beru¬pa alopesia, stomatitis, leukopenia, jerawat sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih berhziti hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3. 
  4. Infeksi sekunder dihindarkan (bila mungkin penderita diisolasi dalam kamar yang suci hama).
  5. Imunoterapi, merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah ter¬capai remisi dan jumlah sel leukemia cukup rendah (105 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae bacterium dan dimaksudkan biar terbentuk antibodi yang sanggup memperkuat daya tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyunti¬kan sel leukemia yang telah diradiasi. Dengan cara ini dibutuhkan akan terbentuk antibodi yang spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan sehingga dibutuhkan penderita leukemia sanggup sembuh sempurna. 
  6. Cara pengobatan. Setiap klinik memiliki cara tersendiri bergantung pada pengalaman¬nya. Umumnya pengobatan ditujukan terhadap pencegahan kambuh dan mendapat masa remisi yang lebih lama. Untuk mencapai keadaan tersebut, pada prinsipnya digunakan contoh dasar pengobatan sebagai berikut:
  • Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berba¬gai obat tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sam¬pai sel blast dalam sumsum tulang kurang dari 5%. 
  • Konsolidasi 
Yaitu biar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi. 
  • Rumat (maintenance) 
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat dapatnya suatu masa remisi yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh takaran biasa. 
  • Reinduksi 
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap 3 6 bulan dengan pemberian obat obat ibarat pada induksi se-lama 10 14 hari. 
  • Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat. 
Untuk hal ini diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.400¬2.500 rad. untuk mencegah leukemia meningeal dan leukemia sereb¬ral. Radiasi ini tidak diulang pada reinduksi.
  • Pengobatan imunologik 
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan dengan demikian dibutuhkan penderita sanggup sembuh sempurna. (FKUI, 1985)


PATHWAYS


Fathway Acut Limphosityc Leucemia

MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA 

Adanya keganasan menjadikan duduk kasus keperawatan, antara lain:
  1. Intoleransi aktivitas 
  2. Resiko tinggi infeksi 
  3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuahn 
  4. Resiko cedera (perdarahan) 
  5. Resiko kerusakan integritas kulit 
  6. Nyeri 
  7. Resiko kekurangan volume cairan 
  8. Berduka 
  9. Kurang pengetahuan 
  10. Perubahan proses keluarga 
  11. Gangguan gambaran diri / gambaran diri

PERAWATAN PADA ANAK DENGAN ACUT LIMPHOSITYC LEUCEMIA
  • Mengatasi keletihan / intoleransi aktivitas: 
  1. Kaji adanya tanda-tanda anemia: pucat, peka rangsang, cepat lelah, kadar Hb rendah. 
  2. Pantau hitung darah lengkap dan hitung jenis 
  3. Berikan cukup istirahat dan tidur tanpa gangguan 
  4. Minimalkan kegelisahan dan anjurkan bermain yang tenang 
  5. Bantu pasien dalam kegiatan sehari-hari 
  6. Pantau frekuensi nadi, prnafasan, sebelum dan selama aktivitas 
  7. Ketika kondisi membaik, dorong kegiatan sesuai toleransi 
  8. Jika diprogramkan, berikan packed RBC 
  • Mencegah terjadinya infeksi 
  1. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, pantau suhu tubuh laporkan jikalau suhu > 38oC yang berlangsung > 24 jam, menggigil dan nadi > 100 x / menit. 
  2. Sadari bahwa ketika hitung neutrofil menurun (neutropenia), resiko jerawat meningkat, maka: Tempatkan pasien dalam ruangan khusus , Sebelum merawat pasien: basuh tangan dan menggunakan pakaian pelindung, masker dan sarung tangan, Cegah komtak dengan individu yang terinfeksi .
  3. Jaga lingkungan tetap bersih, batasi tindakan invasif 
  4. Bantu ambulasi jikalau mungkin (membalik, batuk, nafas dalam) 
  5. Lakukan higiene oral dan perawatan perineal secara sering. 
  6. Pantau masukan dan haluaran serta pertahankan hidarasi yang adekuat dengan minum 3 liter / hari 
  7. Berikan terapi antibiotik dan tranfusi granulosit jikalau diprogramkan 
  8. Yakinkan pemberian kuliner yang bergizi. 
  • Mencegah cidera (perdarahan) 
  1. Observasi adanya tanda-tanda perdarahan dengan inspeksi kulit, mulut, hidung, urine, feses, muntahan, dan lokasi infus. 
  2. Pantau tanda vital dan nilai trombosit 
  3. Hindari injesi intravena dan intramuskuler seminimal mungkin dan tekan 5-10 menit setiap kali menyuntik 
  4. Gunakan sikat gigi yang lebut dan lunak 
  5. Hindari pengambilan temperatur rektal, pengobatan rekatl dan enema 
  6. Hindari kegiatan yang sanggup menimbulkan cidera fisik atau mainan yang sanggup melukai kulit.
  • Memberikan nutrisi yang adekuat 
  1. Kaji jumlah kuliner dan cairan yang ditoleransi pasien 
  2. Berikan kebersihan oral sebelum dan setelah makan 
  3. Hindari bau, parfum, tindakan yang tidak menyenangkan, gangguan pandangan dan bunyi 
  4. Ubah contoh makan, berikan kudapan dan sering, libatkan pasien dalam menentukan kuliner yang bergizi tinggi, timbang BB tiap hari 
  5. Sajikan kuliner dalam suhu masbodoh / hangat 
  6. Pantau masukan makanan, bila jumlah kurang berikan ciran parenteral dan NPT yang diprogramkan. 
  • Mencegah kekurangan cairan 
  1. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi
  2. Berikan antiemetik awal sebelum pemberian kemoterapi
  3. Hindari pemberian kuliner dan minuman yang baunya merangngsang mual / muntah
  4. Anjurkan minum dalam porsi kecil dan sering 
  5. Kolaborasi pemberian cairan parenteral untuk mempertahankan hidrasi sesuai indikasi 
  • Antisipasi berduka 
  1. Kaji tahapan berduka oada anak dan keluarga 
  2. Berikan pertolongan pada respon adaptif dan rubah respon maladaptif 
  3. Luangkan waktu bersama anak untuk memberi kesempatan express feeling 
  4. Fasilitasi express feeling melalui permainan 
  • Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang: 
  1. Proses penyakit leukemia: gejala, pentingnya pengobatan / perawatan. 
  2. Komplikasi penyakit leukemia: perdarahan, jerawat dll. 
  3. Aktivitas dan latihan sesuai toleransi 
  4. Mengatasi kecemasan 
  5. Pemberian nutrisi 
  6. Pengobatan dan imbas samping pengobatan 
  • Meningkatkan kiprah keluarga 
  1. Jelaskan alasan dilakukannya setiap mekanisme pengobatan / dianostik 
  2. Jadwalkan waktu bagi keluarga bersama anak tanpa diganggu oleh staf SR 
  3. Dorong keluarga untuk express feelings 
  4. Libatkan keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan perawatan si anak
  • Mencegah gangguan gambaran diri / gambaran diri 
  1. Dorong pasien untuk express feelings ihwal dirinya 
  2. Berikan gosip yang mendukung pasien ( misal; rambut akan tumbuh kembali, berat tubuh akan kembali naik jikalau terapi selesai dll.) 
  3. Dukung interaksi sosial / peer group d. Sarankan pemakaian wig, topi / epilog kepala.

DAFTAR PUSTAKA 
  1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 
  2. Jakarta, EGC. 2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto. 
  3. Reeeves, Lockart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan I. Jakarta, Salemba Raya. 
  4. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI. 
  5. Sacharin Rosa M. (1993). Prinsip Perawatan Pediatri. Edisi 2. Jakarta : EGC.
  6. Gale Danielle, Charette Jane. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi, Jakarta : EGC. 
  7. Price Sylvia A, Wilson Lorraine Mc Cart .(1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC 
  8. Sutarni Nani.(2003). Prosedur Dan Cara Pemberian Obat Kemoterapi. Disampaikan Pada Pelatihan Kemoterapi Di RS Kariadi Semarang, Tanggal 13-15 November 2003.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com