Friday, September 22, 2017

√ Laporan Pendahuluan Intususepsi

Salam sobat sejawat sekalian. bagi seorang perawat pastinya tidak aneh lagi dengan yang nama nya laporan pendahuluan, alasannya ialah sebagai seorang perawat khususnya yang sedang mengenyam pendidikan di akademik pastilah sering bergelut dengan yang namanya laporan pendahuluan, terutama pada dikala mulai praktikum dirumah sakit dan juga bagi yang sedang menjalani agenda profesi ners.

bermaksud membantu sobat sejawat yang sedang membutuhkan laporan pendahuluan sebagai kiprah pada dikala praktik di rumah sakit. kali ini admin coba membagikan laporan pendahuluan Intususepsi

Untuk mend0wnl0ad Laporan pendahuluan intutusepsi lengkap beserta askepnya sudah berbentuk menyerupai makalah dalam bentuk Ms. Word silahkan klik disini


Pengertian

Intususepsi adalah inv@gin@si atau masuknya kepingan usus ke dalam perbatasan atau kepingan yang lebih distal dari usus (umumnya, inv@gin@si ileum masuk ke dalam kolon desendens). (Nettina, 2002)

Suatu intususepsi terjadi bila sebagian kanal cerna terdorong sedemikian rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak di sebelah kaudal. (Nelson, 1999)


Etiologi

Penyebab dari kebanyakan intususepsi tidak diketahui. Terdapat relasi dengan infeksi – infeksi virus adeno dan keadaan tersebut sanggup mempersulit gastroenteritis. Bercak – bercak peyeri yang banyak terdapat di dalam ileum mungkin berafiliasi dengan keadaan tersebut, bercak jaringan limfoid yang membengkak sanggup merangsang timbulnya gerakan peristaltic usus dalam upaya untuk mengeluarkan massa tersebut sehingga mengakibatkan intususepsi. Pada puncak insidens penyakit ini, kanal cerna bayi juga mulai diperkenalkan dengan bermacam materi baru. Pada sekitar 5% penderita sanggup ditemukan penyebab – penyebab yang dikenali, menyerupai divertikulum meckeli terbalik, suatu polip usus, duplikasi atau limfosarkoma. Secara jarang, keadaan ini akan mempersulit purpura Henoch – Schonlein dengan sutau hematom intramural yang bertindak sebagai puncak dari intususepsi. Suatu intususepsi pasca pembedahan jarang sanggup didiagnosis, intususepsi – intususepsi ini bersifat iloileal.


Patofisiologi dan Pathways

Pathway Intutusepsi

Kebanyakan intususepsi ialah ileokolik dan ileoileokolik, sedikit sekokolik dan jarang hanya ileal. Secara jarang, suatu intususepsi apendiks membentuk puncak dari lesi tersebut. Bagian atas usus, intususeptum, berinv@gin@si ke dalam usus di bawahnya, intususipiens sambil menarik mesentrium bersamanya ke dalam ansa usus pembungkusnya. Pada mulanya terdapat suatu konstriksi mesentrium sehingga menghalangi anutan darah balik. Penyumbatan intususeptium terjadi akhir edema dan perdarahan mukosa yang menghasilkan tinja berdarah, kadang – kadang mengandung lendir. Puncak dari intususepsi sanggup terbentang hingga kolon tranversum desendens dan sigmoid bahkan ke anus pada kasus – kasus yang terlantar. Setelah suatu intususepsi idiopatis dilepaskan, maka kepingan usus yang memebentuk puncaknya tampak edema dan menebal, sering disertai suatu lekukan pada permukaan serosa yang menggambarkan asal dari kerusakan tersebut. Kebanyakan intususepsi tidak menimbulkan strangulasi usus dalam 24 jam pertama, tetapi selanjutnya sanggup menimbulkan gangren usus dan stress berat


Manifestasi Klinik

Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik. Pada tahap awal muncul tanda-tanda strangulasi berupa nyeri perut jago yang datang – tiba. Bayi menangis kesakitan dikala serangan dan kembali normal di antara serangan. Terdapat muntah berisi makanan/minuman yang masuk dan keluarnya darah bercampur lendir (red currant jelly) per rektum. Pada palpasi abdomen sanggup teraba massa yang umumnya berbentuk menyerupai pisang (silindris).

Dalam keadaan lanjut muncul tanda obstruksi usus, yaitu distensi abdomen dan muntah hijau fekal, sedangkan massa intraabdomen sulit teraba lagi. Bila inv@gin@si panjang hingga ke kawasan rektum, pada investigasi colok dubur mungkin teraba ujung inv@gin@t menyerupai porsio uterus, disebut pseudoporsio. Pada sarung tangan terdapat lendir dan darah.


Pemeriksaan Penunjang

  1. Foto polos abdomen menunjukkan kepadatan menyerupai suatu massa di tempat intususepsi. 
  2. Foto setelah proteksi enema barium menunjukkan gagguan pengisisan atau pembentukan cekungan pada ujung barium ketika bergerak maju dan dihalangi oleh intususepsi tersebut. 
  3. Plat datar dari abdomen mengatakan contoh yang bertingkat (inv@gin@si tampak menyerupai anak tangga).
  4. Barium enema di bawah fluoroskopi mengatakan tampilan coiled spring pada usus. 
  5. Ultrasonogram sanggup dilakukan untuk melokalisir area usus yang masuk

Prinsip pengobatan dan managemen keperawatan
  • Penurunan dari intususepsi sanggup dilakukan dengan suntikan salin, udara atau barium ke dalam kolon. Metode ini tidak sering dikerjakan selama terdapat suatu resiko perforasi, walaupun demikian kecil, dan tidak terdapat jaminan dari penurunan yang berhasil. 
  • Reduksi bedah : 
  1. Perawatan prabedah:Rutin, Tuba naso gastrik, Koreksi kehilangan cairan tubuh (jika ada) 
  2. Reduksi intususepsi dengan penglihatan langsung, menjaga usus hangat dengan salin hangat. Ini juga membantu penurunan edema. 
  3. Plasma intravena harus sanggup diperoleh pada kasus kolaps. 
  4. Jika intususepsi tidak sanggup direduksi, maka diharapkan reseci dan anastomosis primer. 
  • Penatalaksanaan pasca bedah: 
  1. Rutin 
  2. Perawatan inkubator untuk bayi yang kecil 
  3. Pemberian oksigen 
  4. Dilanjutkannya cairan intravena 
  5. Antibiotika
  6. Jika dilanjutkannya suatu ileostomi, drainase penyedotan dikenakan pada tuba ileostomi hingga kelanjutan dari lambung dipulihkan. 
  7. Observasi fungsi vital

Pengkajian
  • Pengkajian fisik secara umum 
  • Riwayat kesehatan 
  • Observasi contoh feses dan tingkah laris sebelum dan setelah operasi 
  • Observasi tingkah laris anak/bayi 
  • Observasi manifestasi terjadi intususepsi: 
  1. Nyeri abdomen paroksismal
  2. Anak menjerit dan melipat lutut ke arah dada
  3. Anak kelihatan normal dan nyaman selama interval diantara episode nyeri
  4. Muntah 
  5. Letargi 
  6. Feses menyerupai jeli kismis mengandung darah dan mucus, tes hemocculi positif. 
  7. Feses tidak ada meningkat 
  8. Distensi abdomen dan nyeri tekan 
  9. Massa terpalpasi yang menyerupai sosis di abdomen
  10. Anus yang terlihat tidak biasa, sanggup tampak menyerupai prolaps rectal. 
  11. Dehidrasi dan demam hingga kenaikan 410C
  12. Keadaan menyerupai stress berat dengan nadi cepat, pucat dan keringat banyak 
  • Observasi manifestasi intususepsi yang kronis 
  1. Diare Anoreksia
  2. Kehilangan berat badan
  3. Kadang – kadang muntah
  4. Nyeri yang periodic 
  5. Nyeri tanpa tanda-tanda lain 
  • Kaji dengan mekanisme diagnostik dan tes menyerupai investigasi foto polos abdomen, barium enema dan ultrasonogram

Masalah Keperawatan 

  1. Nyeri berafiliasi dengan inv@gin@si usus. 
  2. Syok hipolemik berafiliasi dengan muntah, perdarahan dan akumulasi cairan dan elektrolit dalam lumen. 
  3. Ansietas berafiliasi dengan kurangnya pengetahuan, lingkungan yang asing. 
  4. Inefektif termoregulasi berafiliasi dengan proses inflamasi, demam. 
  5. Nyeri berafiliasi dengan insisi pembedahan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Staf Pengajar Ilmu kesehatan masyarakat. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UI, 1985 
  2. Pilliteri, Adele. Child health nursing, care of the child and family, Los Angeles California, Lippincott, 1999 
  3. Wong, Donna L, Marilyn Hockenberry- Eaton, Wilson- Winkelstein, Wong’s essentials of pediatric nursing, America, Mosby, 2001 
  4. Nettina, Sandra M. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa Setiawan,dkk. Jakarta, 2001 
  5. Wong, Donna L. Wong and Whaley’s clinical Manual Of Pediatric Nursing. St. Louis Nissori: Mosby, 1996


Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com