Seiring dengan perkembangan teknologi dan pertumbuhan laju penduduk yang sangat cepat dan selalu berkembang setiap tahunnya, aneka macam macam duduk kasus sosial muncul di seluruh negara tidak terkecuali di Indonesia. Beberapa wilayah di Indonesia masih terdapat persebaran penduduk yang belum merata. Sebagai contoh, Pulau Jawa menjadi wilayah yang tingkat pertumbuhan populasi penduduknya sangat padat dan menjadikan ruang wilayah untuk pemukiman menggusur ruang wilayah untuk keperluan lainnya. Untuk melaksanakan pemerataan penduduk maka Pemerintah telah melaksanakan aneka macam kegiatan pemerataan dengan cara ekspansi pembangunan infrastruktur di aneka macam kawasan di luar Pulau Jawa dan mengadakan kegiatan transmigrasi ke sejumlah propinsi yang dianggap mempunyai jumlah populasi penduduk yang sangat sedikit.
Persebaran penduduk di suatu wilayah sanggup diketahui dari tingkat mobilitas penduduknya yang melaksanakan perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lain dengan tujuan tertentu dan dengan sifat permanen atau sementara waktu. Menurut Mantra (2003), mobilitas penduduk memperlihatkan sifat vertikal dan horizontal. Mobilitas penduduk secara vertikal yakni perubahan status pekerjaan atau status sosial lainnya dan mobilitas penduduk horisontal yakni pergerakkan penduduk yang melintasi batas wilayah tertentu dalam jangka waktu tertentu yang mendasarkan pada konsep ruang dan waktu, contohnya wilayah kabupaten/kota, kecamatan/keluarah, dan antar propinsi.
Sedangkan berdasarkan bentuknya, mobilitas penduduk dibedakan menjadi permanen dan non-permanen. Mobilitas penduduk permanen merupakan pergerakan penduduk yang melintasi batas kawasan asal ke kawasan tujuan dengan tujuan menetap di kawasan tujuan, dan sebaliknya mobilitas penduduk non-permanen yakni pergerakan penduduk yang melintasi kawasan asal ke kawasan tujuan tanpa ada tujuan untuk menetap secara permanen di kawasan tujuan.
Berdasarkan klarifikasi di atas, jikalau dilihat dari sifat wilayahnya, mobilitas penduduk permanen sanggup dikatakan sebagai proses transmigrasi yaitu perpindahan penduduk dari satu kawasan yang padat penduduk ke wilayah lain yang masih jarang penduduknya untuk menetap secara permanen guna meningkatkan status taraf hidup sebelumnya.
Dari pemaparan di atas, ada sejumlah faktor pendorong mobilitas penduduk melalui kegiatan transmigrasi di Indonesia. Faktor pendorong ini sanggup diketahui dari tiga jenis pendekatan yang sanggup menjelaskan sejumlah faktor pendorong tersebut, antara lain:
- Sistem distribusi materi pangan
Mobilitas penduduk yang disebabkan oleh sistem distribusi pangan ini ditunjukkan pada dikala suatu desa atau kota yang menghasilkan dan menyediakan kebutuhan materi pangan dan pokok lainnya yang sangat dibutuhkan oleh penduduk kota atau desa. Hal ini mengakibatkan pergerakkan penduduk dari desa atau kota ke kawasan penghasil materi pangan tersebut. Sehingga, antara desa dan kota memperlihatkan adanya saling ketergantungan satu sama lainnya. Perpindahan penduduk ini ditunjang dengan adanya sarana dan prasarana transportasi yang memadai sehingga pergerakkan penduduknya menjadi lancar.
- Psikologis
Faktor ini berkaitan dengan aspek internal dalam diri individu dalam tetapkan untuk melaksanakan mobilitas atau tidak. Hal ini didasarkan pada kekayaan materi, status, rasa nyaman, stimulasi, ekonomi, afiliasi, dan kesejahteraan. Selain itu faktor psikologis merupakan aspek terpenting yang mendorong seseorang melaksanakan perpindahan tempat.
- Sosial
Pergerakan penduduk dari satu lokasi ke lokasi lain tidak terlepas dari faktor yang menghipnotis interaksi sosial yang dilakukan antar individu dengan sekelompok masyarakat di kawasan tujuan sehingga memungkinkan terjadinya aktifitas sosial. Proses interaksi sosial ini sanggup ditunjukkan dengan proses asosiatif yaitu adanya kesamaan akan kebutuhan, kegemaran, atau perasaan yang merujuk pada rasa saling mempunyai satu sama lain, kerja sama, asimilasi, dan integrasi. Hal ini sanggup ditunjukkan pada kegiatan transmigrasi yang ada di Indonesia selama ini. Akan tetapi, interaksi sosial ini sanggup memperlihatkan juga suatu proses dan contoh interaksi disosiatif yaitu adanya interaksi yang ditunjukkan adanya perbedaan kepentingan, perasaan atau aspirasi yang mengakibatkan adanya konflik.
- Ekonomi
Menurut beberapa hebat faktor ekonomi berperan besar dalam proses mobilitas penduduk. Hal ini merupakan tujuan dasar insan yaitu untuk memperbaiki taraf hidup dan meningkatkan status sosialnya. Serta, faktor ekonomi ini juga didasarkan pada kawasan asal yang secara geografis dan hemat tidak memperlihatkan kehidupan yang layak, tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang menjanjikan, kurangnya kepemilikan tanah garapan, banyaknya pengangguran, dan tidak adanya infrastruktur dan sarana yang memadai.
Menurut model migrasi Todaro, faktor-faktor yang menghipnotis mobilitas penduduk dari segi ekonomi yakni adanya perbedaan upah riil yang diperlukan antara kawasan perkotaan dan pedesaan dengan perbedaan faktual upah riil antara kawasan perkotaan dan pedesaan, dan adanya kesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih besar di kawasan lain/perkotaan.
Dari klasifikasi faktor pendorong mobilitas penduduk tersebut, sejumlah pengambilan keputusan yang dilakukan seorang individu dalam melaksanakan mobilitas juga dipengaruhi oleh beberapa hal lainnya, yaitu:
- Faktor yang bekerjasama dengan tempat asal. Misalnya, ikatan kekeluargaan yang besar lengan berkuasa dan lingkungan sosial yang dinamis.
- Faktor yang bekerjasama dengan kawasan tujuan. Hal ini sanggup ditunjukkan dengan adanya upah yang tinggi, ketersediaan akomodasi pendidikan, iklim yang baik dan banyaknya kesempatan kerja.
- Faktor penghalang atau pengganggu. Sebagai contohnya, adanya gangguan keamanan dan perang, rawan terjadinya tragedi alam, dan sarana transportasi yang tidak lancar.
- Faktor yang berkaitan dengan individu migran. Hal ini berkaitan dengan pilihan yang dibentuk oleh individu tersebut berdasarkan tujuan melaksanakan mobilitas.
- Berkurangnya sumber daya alam.
- Lapangan pekerjaan yang semakin berkurang.
- Adanya tekanan atau diskriminasi politik dan SARA.
- Tidak adanya kecocokan budpekerti dan budaya, perkawinan atau pengembangan karir.
- Adanya tarikan atau saran dari kolega yang telah menetap di kawasan tujuan.
Sejumlah faktor pendorong tersebut diatas menekankan pada pilihan yang mendasari seseorang melaksanakan perpindahan dari satu wilayah ke wilayah lain baik untuk menetap selamanya atau hanya dalam jangka waktu tertentu saja. Maka, pengambilan keputusan yang dilakukan oleh seseorang untuk melaksanakan mobilitas pada kegiatan transmigrasi di Indonesia haruslah mempertimbangkan segala sesuatunya dan laba yang diperoleh di kemudian harinya. Apabila melaksanakan pengambilan keputusan yang salah maka hal ini sanggup merugikan bagi dirinya sendiri dan keluarganya.
Sumber aciknadzirah.blogspot.com