DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C Tujuan............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Teori Konseling Client-Centered .................................................... 3
B. Teoeri Konseling Behavioral ........................................................... 5
C. Teori Koseling Eksistensial.............................................................. 8
D. Teori Terapi Rasional Emotif........................................................... 10
BAB III PENUTUP......................................................................................... 13
KESIMPULAN............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, insan tidak lepas dari sikap membutuhkan orang lain. Hal ini didukung pula oleh adanya duduk kasus yang melingkupi tiap insan sesuai fitrahnya. Seringkali ia membutuhkan pendengar yang baik atau daerah share (konsultasi) ketika mengalami duduk kasus yang belm sanggup terselesaikan olehnya sendiri.
Oleh alasannya yaitu itu terbentuklah suatu kerjasama antara konselor, yaitu sebutan untuk pendengar atau penasehat dan akan membantu orang yang tengah menghadapi duduk kasus yang selanjutnya disebut klien.
Bentuk penyelesaian duduk kasus tiap klien tentunya berbeda-beda sesuai dengan permasalahan yang mereka alami. Untuk itu, tiap konselor mempunyai bermacam-macam teknik pendekatan konseling dalam rangka penyelesaian duduk kasus klien mereka. Pendekatan-pendekatan tersebut terangkai dalam makalah yang akan dibahas oleh kami dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan duduk kasus berkaitan dengan pembuatan makalah ini yaitu:
1. Apa yang mendasari terbentuknya bermacam-macam teknik pendekatan konseling?
2. Apa konsep dasar dari masing-masing teknik pendekatan konseling?
3. Apa makna dan tujuan konseling dari masing-masing teknik?
4. Bagaimana bentuk aplikasi dari masing-masing teknik tersebut?
5. Apa kekurangan dan kelebihan yang terdapat dalam teknik-teknik?
C. Tujuan
Beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui filsafat yang mendasari terbentuknya bermacam-macam teknik pendekatan konseling.
2. Mengetahui konsep dasar dari masing-masing teknik pendekatan konseling
3. Mengetahui makna dan tujuan konseling.
4. Mengetahui teknik-teknik yang sering dipakai oleh konselor untuk membantu mengatasi permasalahan kliennya.
5. Mengetahui banyak sekali kekurangan dan kelebihan yang terdapat dalam teknik-teknik pendekatan konseling tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI KONSELING CLIENT-CENTERED
Teori ini muncul sebagai serangan terhadap konsep yang dikembangkan oleh pendekatan psikoanalisis Sigmund Freud dan teori Behavioral yang memandang insan lebih bersifat patalisme dan mekanisme. Tokoh utama teori Client-Centered ini yaitu Carl Rogers. Teori ini memandang bahwa insan mempunyai pengalaman subjektifnya sendiri dan harus bersandar pada pengalaman yang realistis.
1. Filsafat Dasar
Individu yang sadar, rsional dan baik mempunyai keinginan untuk menjadi orang yang berfungsi sepenuhnya. Manusia mempunyai suatu kecenderungan ke arah menjadi berfungsi penuh. Dalam konteks korelasi terapeutik, klien mengalami perasaan-perasaan yang sebelumnya telah diingkari. Klien mengaktualkan potensi dan bergerak kea rah mengaktualkan kesadran, spontanitas, kepercayaan kepada diri dan keterarahan.
2. Konsep Dasar
Pada dasarnya mnusia bersifat kooperatif dan konstruktif sehingga tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya. Manusia bisa mengetahui semua apa yang baik untuk dirinya tanpa dampak dari luar. Konsep-konsep kunci dalam teori ini yaitu:
a. Client-centered didasari oleh munculnya konsep diri (self-concept), aktualisasi diri (self-actualization) teori kepribadian dan hakikat kecemasan,
b. Klien mempunyai potensi untuk menyadari terhadap duduk kasus dan memahami cara untuk mengatasinya serta mempunyai kapasitas untuk mengarahkan dirinya sendiri (self-direction)
c. Kesehatan mental (mental-health) merupakan kesesuaian (congruensi) dari jati diri yang ideal (ideal-self) dengan jati diri yang nyata (actual-self)
3. Makna dan Tujuan
Makna dan tujuan teori ini yaitu untuk membuat iklim yang aman dan menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi diri, bagi perjuangan membantu klien untuk menjadi seorang eksklusif yang berfungsi penuh.
Untuk mencapai tujuan tersebut, terapis perlu mengusahakan semoga klien sanggup memahami hal-hal yang ada di balik topeng yang dikenakannya, yaitu:
a. Menciptakan kondisi yang konektif untuk sanggup memaksimalkan kesadaran diri (self- awarness) dan pertumbuhan.
b. Mereduksi banyak sekali kendala terhdap aktualisasi potensi diri serta membantu klien untuk menemukan dan memakai kebebasan menentukan dengan kesadaran diri yang harus juga membantunya semoga bebas dan bertanggungjawab atas arah dan kehidupannya.
4. Proses dan Teknik Konseling
Pendekatan client-centered bukan merupakan suatu pendekatan yang tetap dan tuntas. Ia mengharapkan orang lain akan memandang teorinya sebagai sekumpulan prinsip percobaan yang berkaitan dengan proses terapi. Pendekatan client-centered sanagt menekankan pada dunia fenomenal klien. Dengan teknik tenggang rasa yang cermat dan dengan perjuangan untuk memahami klien dari perspektif dunia klien. Secara umum teori client centered membangun terbinanya korelasi yang hangat dan bersahabat antara konselor dank lien. Konselor perlu membuat suasana kebebasan, kenyamanan, dan terlepas dari penilaian korelasi tertentu.
5. Aplikasi Teori Konseling Client-Centered
Teori client centered ini telah banyak menunjukkan bantuan signifikan terhadap perkembangan teori-teori selanjutnya yang sangat menghargai dan memahami banyak sekali dimensi kemanusiaan. Teori yang dikembangkan Carl Rogers ini secara historis merupakan teori pertama yang menyentuh dimensi emosional dan rasional manusia. Karena orientasinya yang sangat komprehensif, berkaitan dengan dimensi emosional, rasional dan afektif, maka teori konseling Client-Centered ini sanggup diaplikasikan pada banyak sekali lingkungan ibarat pendidikan formal, informal, perusahaan, dan industry yang sanggup dilaksanakan dalam bentuk layanan kelompok, individual, keluarga, dan remaja.
Sejalan dengan teori client-centered yang menekankan bahwa dalam menuntaskan masalah-masalah yang dihadapi klien sangat ditentukan oleh klien yang bersangkutan, sedang seorang konselor hanya bersifat fasilitator dan sanggup dijadikan dasar/ pedoman dalam menanggulangi gejala-gejala penyimpangan dewasa tersebut.
6. Keterbatasan Teori Konseling Client-Centered
a). Kekurangan teori ini yaitu:
● Terlalu menekankan aspek afektif, emosional, perasaan, serta melupakan faktor intelekfaktor intelek, kognitif, dan rasional.
● Pengguanaan isu untuk membantu klien tidak sesuai dengan teori
● Tujuan untuk klien (memaksimalkan diri) masih terlalu luas cakupannya sampai sulit untuk melaksanakan penilaian terhadap setiap individu
● Sulit bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi korelasi interpersonal
● Meski diakui efektif, teori ini tidak mempunyai bukti-bukti yang sistematik dan lengkap berkaitan dengan tanggungjawab klien yang kecil.
b). Kelebihan dari teori ini diantaranya yaitu:
○ Lebih berorientasi pada pemusatan klien dan bukan pada konselor
○ Lebih menekankan emosi, parasaan, dan afektif dalam proses konseling
○ Lebih menekankan pada identifikasi dan pengutamaan korelasi konseling sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian
○ Proses lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik
○ Memberikan kemungkinan untuk melaksanakan penelitian dan inovasi kuantitatif
B. TEORI KONSELING BEHAVIORAL
Teori konseling behavioral lebih memusatkan diri pada pengubahan sikap nyata. Perilaku insan yang tidak sempurna (salrah) sanggup dilatih dan dikontrol serta dimanipulasi sesuai harapan. Tokoh utama teori ini yaitu D. Krumboltz, Hosford, Bandura dan Wolpe.
1. Filsafat Dasar
Dalam pandangan teori ini, insan yaitu yang memprodusir dan produk dari lungkungannya (Bandura, 1986). Sedang Surya (1988) menyatakan bahwa teori ini memandang bahwa lingkungan memberi dampak cukup kuat pada diri individu dan sangat sedikit berperan dalam menentukan dirinya. Teori ini menolak pendapat bahwa sikap insan merupkan dorongan dasar (seperti yang telah dijelaskan Freud). Karena berdasarkan teori konseling behavioral, sikap insan yaitu hasil mencar ilmu sehingga sanggup diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
2. Konsep Dasar
Konsep teori behavioral berdasarkan Moh. Surya (1988) yaitu:
· Perilaku insan sanggup dipahami alasannya yaitu sanggup diubah, dan duduk kasus klien dianggap duduk kasus mencar ilmu dalam proses mencar ilmu yang salah.
· Perubahan spesifik terhadap lingkungan eksklusif sanggup menolong perubahan sikap yang relevan.
· Prosedur konseling sanggup dikembangkan melalui prinsip-prinsip mencar ilmu (missal: reinforcemen dan social-modeling).
· Perubahan sikap klien diluar wawancara yaitu indikator keefektifan (hasil konseling).
· Pada hakikatnya, konseling behavioral proses logis berdasarkan prinsip-prinsip belajar.
· Prosedur konseling tidak statis, tetapi secara khusus dirancang untuk membantu klien mengatasi masalahnya.
3. Maksud dan Tujuan Konseling
Makna dan tujuan teori konseling ini pada hakikatnya tidak sama untuk setiap klien, tetapi diubahsuaikan dengan duduk kasus yang dihadapinya. Secara umum, tujuan konseling behavioral yaitu untuk membantu klien memperbaiki contoh sikap salah, mencar ilmu membuat keputusan, dan mencegah timbulnya banyak sekali masalah.
4. Proses dan Teknik Konseling
Proses dan langkah-langkah yang sanggup ditempuh teori behavioristik ini yaitu:
1). Menganalis dan merumuskan duduk kasus klien dalam bentuk unit tingkah laris maladaptif
2). Merumuskan tujuan-tujuan khusus dalam rangka mengubah sikap dengan menerapkan teknik yang tepat
Konseling behavioristik merupakan proses pembelajaran klien untuk memperoleh pola-pola sikap poitif dalam memecahkan banyak sekali duduk kasus interpersonal, emosional, maupun psikologis. serta dalam mengambil keputusan-keputusan tertentu, harus ada peranan antara klien dan konselor serta menyadari situasi mencar ilmu yang dijalaninya.
Adapun teknik-teknik konseling (Surya, 1988) yang biasa dilakukan antara lain: desentisasi model, restrukturing kognitif, penghentian pikiran, latihan ketegasan, latihan keterampilan social, jadwal administrasi diri, pengulangan perilaku, latihan khusus, teknik terapi multimodal, dan tugas-tugas pekerjaan rumah.
5. Aplikasi Teori Konseling Behavioral
Dalam proses konselingnya, Konseling Behavioristik lebih gampang diaplikasikan alasannya yaitu lebih rinci dan sisitematis, hasil gampang diukur dan dirumuskan dalam sikap nyata, serta mempunyai bermacam-macam variasi teknik sehingga banyak alternatif untuk banyak sekali duduk kasus yang dihadapinya.
Dalam aplikasinya, teori ini sanggup diterapkan dalam banyak sekali setting, diantaranya terapi individu dan kelompok, institusi pendidikan, dan situasi-situasi mencar ilmu lainnya. Sebagai terapi yang berpendekatan pragmatis, teori ini berladaskan kesahihan eksperimental atas hasil-hasil.
Salah satu prinsip behavioral yaitu menekankan proses tingkah laris individu yang dimanipulasi melalui belajar. Untuk itu, seorang konselor harus menempatkannya ke dalam posisi sikap yang sanggup diubah melalui penciptaan kondisi seseorang yang aman (factor lingkungan sangat berpengaruh). Namun, pandangan optimistik terhadap lingkungan, tidak sealu dianggap sebagai satu-satunya cara penyelesaian masalah, alasannya yaitu pada kenyataanya, faktor lingkungan mempunyai keterbatasan yaitu hanya mengantarkan konselor dalam kondisi pemecahan duduk kasus yang bersifat instrumen (suplementer).
6. Keterbatasan Teori Konseling Behavioral
a). Kekurangan dari teori ini yaitu:
· Konseling behavioral bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi, bersifat manipulatif, dan mengabakan korelasi antar pribadi.
· Lebih terkonsentrasi kepada teknik.
· Meskipun sering menyatakan persetujuan kepada tujuan klien, konselor teteap menjadi penentu tujuan tersebut.
· Konstruk mencar ilmu yang dikembangkan dan dipakai oleh konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan mencar ilmu dan harus dipandang hanya sebagai suatu hipotesis yang harus di tes.
· Perubahan klien hanya berupa tanda-tanda yang sanggup berpindah kepada bentuk sikap yang lain.
b). Kelebihan dari teori ini yaitu:
§ Teori ini lebih gampang diaplikasikan alasannya yaitu rinci dan sistematis.
§ Lebih menunjukkan ilustrasi bagaimana mengatasi keterbatasan lingkungan.
§ Hasilnya gampang diukur dan dirumuskan dalam sikap nyata.
§ Penekanan dipusatkan pada sikap kini dan bukan pada sikap yang terjadi di masa lalu.
§ Memiliki teknik bermacam-macam sehingga banyak alternatif untuk banyak sekali duduk kasus yang dihadapi.
C. TEORI KONSELING EKSISTENSIAL
Teori Eksistensial berkembang sebagai reaksi melawan psikoanalisis dan behaviorisme yang di anggap tidak berlaku adil dalam mempelajari manusia. Teori ini sangat menekankan implikasi-implikasi falsafah hiidup dalam menghayati makna kehidupan manusia di dunia ini. Tokoh-tokoh atau promotor yang kuat dalam konseling eksistensial yaitu Rollo May, Victor E. Frankl dan Adrian Van Kaam.
1. Filsafat Dasar
Teori terapi Eksistensial dalam prosesnya berlandaskan pada konsep dan perkiraan tentang insan itu memliki kesadaran diri, bebas dan bertanggung jawab. Ia bisa menemukan jati diri dan membangun korelasi yang signifikan dengan orang lain. Kecemasan itu merupakan suatu unsur dasar, pencarian makna yang unik di dalam dunia yang bermakna, menyendiri tapi berada dalam korelasi dengan orang lain, keterbatasan dan janjkematian serta kecenderungan mengaktualkandiri.
2. Konsep Dasar
Teori konseling ini memfokuskan pada kondisi-kondisi Kepribadian yang berkembang unik sesuai dengan masing-masing individu. Kesadaran diri berkembang sejak bayi dan kecenderungan diri kearah pertumbuhan merupakan ide-ide sentral. Psikopatologi merupakan akibat dari kegagalan dalam mengaktuakan potensi. Teori ini berfokus pada saat ini dan berorienntasi pada masa depan serta lebih menekankan pada kesadaran dan pemahaman diri sebelum bertindak.
3. Makna dan Tujuan Konseling
Makna dan Tujuan Konseling Eksistensial yaitu membantu klien untuk menemukan dan memakai kebebasan menentukan dengan memperluas kesadaran diri serta membantu klien semoga bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupannya sendiri. Sedangkan tujuannya merupakan proses untuk menolong individu semoga individu mengetahui dan menjadi sadar, membuat situasi dan kondisi untuk memaksimalkan kesadaran dan pertumbuhan diri.
4. Proses dan Teknik Konseling
Berbeda dengan teori lainnya, teori konseling eksistensial tidak mempunyai teknik yang spesifik, karena teori ini lebih mengutamakan pemahaman klien terhadap dirinya sendiri. Akan tetapi konselor sanggup menjamin teknik-teknik dari pendekatan lain. Diagnosis dan pengetesan dipandang tidak terlalu penting, tapi yang pertama konselor harus mempunyai tenggang rasa yang tinggi. Artinya hubungan yang hangat dan terbuka antara konselor dan klien sangat penting.
5. Apllikasi Teori Konseling Eksistensial
Model pendekatan teori konseling eksistensial inii sanggup diterapkaan baik bagi konseling individual maupun kelompok, juga dapat diaplikasikan untuk menangani anak-anak dan remaja, serta dapat di intregasikan dalam bentuk prktek-praktek di lembaga pendidikan formal. Dalam teori eksistensialistis, kunci yang paling menentukan di dalam memecahkan duduk kasus tersebut yaitu tetap kembali kepada subjek individu (remaja) itu sendiri, alasannya yaitu potensialitas diri anak merupakan faktor penentu merupakan faktor terjadinya prilaku individu. Konselor hanya sebagai pemberi intervensi dalam membimbing dan mengarahkan klien.
6. Keterbatasan Teori Konseling Eksistensial
a) Kekurangan
1. Teori ini terlalu menekankan pada kesadaran dan pemahaman diri sebelum bertindak.
2. Teori konseling eksistensial tidak mempunyai teknik yang spesifik, dan lebih mengutamakan klien terhadap dirinya sendiri.
b) Kelebihan
1. Teori ini lebih memfokuskan terhadap kebutuhan akan pendekatan subjektif yang berazaskan pada suatu pandangan yang komprehensif mengenai eksistensi manusia.
2. Lebih mengorientasikan pada perlunya suatu pernyataan filosofis menngenai apa arti bahu-membahu terjadi diri pribadi.
3. Terciptanya korelasi yang hangat dan terbuka antara konselor dan klien. Sehingga melalui proses antar pribadi ini, klien semakin menyadari kemamppuannya untuk mengatur dan menentukan arah hidupnya sendiri secara bebas dan bertanggung jawab.
D. TEORI TERAPI RASIONAL EMOTIF
Teori terapi rasional emotif secara konseptual menitikberatkan pada proses berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis dan bertindak. Teori ini di kembangkan oleh Albert Ellis, dan pendekatan atau teori ini kelihatannya sangat mempprihatinkan dimensi didaktik dan bersifat direktif dan banyak berorientasi pada dimensi pikiran.
1. Filsafat Dasar
Manusia mempunyai kecenderungan –kecenderungan yang bersifat bertolak belakang. Manusia mempunyai kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berfikir, mencintai, bergabbung dengan orang lain serta tumbuh mengaktualisasikan diri. Manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berfikir, rasional dan jujur maupun untuk berfikir irrasional dan jahat. Maka insan juga mempunyai kecenderungan kearah penghancuran diri, perfeksionisme dan mencela diri, menghindari penggunnaan pemikiran, takhayul, dan tidak toleran.
2. Konsep kunci
Sistem keyakinan yaitu penyebab masalah-masalah emosional. Oleh karenanya klien ditantang untuk menguji kesahihan keyakinannya untuk memperbaiki pola-pola yang di fungsional itu, insan harus memakai metode-metode perseptual kognitif, emotif evokatif, dan behavioristik-reeduktif. Terapi ini menekankan bahwa insan berfikir, beremosi dan bertindak secara simultan.
3. Makna dan tujuan konseling
Makna dan tujuan terapi rasional emotif yaitu meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih rasional, realistik dan toleran. Teori ini tidak hanya diarahkan pada abolisi gejala, tetapi juga untuk mendorong klien semoga menguji secara kritis nilai-nilai dirinya secara mendasar, membantu mereka untuk memperoleh keyakinan yang benar berkenaan dengan minat diri, minat sosia dan pengaturan diri. Teori ini mendorong suatu re-evaluasi filosofis dan idiologis berdasarkan perkiraan bahwa masalah-masalah insan berakar secara filosofis.
4. Proses dan konsep konseling
Teknik-teknik konseling dirancang untuk melibatkan klien kedalam penilaian kritis atas filsafat hidupnya. Diagnosis yang spesifik di buat. Dengan terapis menafsirkan, betanya, menggali, menantang, dan menngkonfronmasikan klien. Pendekatan ini memakai mekanisme yang bermacam-macam ibarat mengajar, membaca, pekerjaan rumah dan penerapan metode ilmiyah secara logis dengan memperhatikan proses dan bentuk pemecahan masalahnya.
Menurut Albert Ellis, teknik yang di gunakan dalam RET ini lebih bersifat elektf sesuai dengan abjad permasalahan yang cukup bervariasi, sebagaimana mempunyai pengalaman hidup yang cukup berarti, mencar ilmu perihal pengalaman-pengalaman orang lain, dan memasuki korelasi degan terapis.
5. Kontribusi dan aplikasinya
Kontribusi utama dalam teori ini yaitu penekanannya pada keharusan praktek dan bertindak menuju perubahan tingkah laris masalah. Pendekatan ini menekankan pentingnya pemikiran sebagai dasar dari gangguan-gangguan pribadi. Terapi Rasional Emotif lebih efektif dalam menangani para klien yang tidak terganggu secara serius atau para klien yang mempunyai hanya suatu tanda-tanda utama. Tipe-tipe klien yang ditangani dengan prosedur-prosedur teori ini yaitu meliputi klien yang mempunyai tingkat kecemasan yang moderat, gangguan Kepribadian neurotik dan duduk kasus perkawinan.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan isi makalah dan diskusi yang telah dilakukan, maka sanggup kami tarik beberapa kesimpulan berikut ini:
1. Menurut teori Client-Centered, anusia mempunyai pengalaman subjektif sendiri dan realistis.
2. Menurut teori Behavioral, pengubahan sikap nyata sanggup dilakukan sesuai harapan.
3. Teori Eksistensial lebih menonjolkan implikasi-implikasi yang berkaitan dengan falsafah hidup .
4. Teori Terapi Rational Emotif cenderung bekerjasama perihal tahapan-tahapan dalam melaksanakan suatu hal, ibarat berfikir, menilai, memutuskan, menganalisis, dan bertindak.
DAFRAR PUSTAKA
Masdudi. 2011. Bimbingan dan Konseling Perspektif Sekolah. Cirebon: at-Tarbiyah Press.