DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 2
C. Tujuan Makalah............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Konsep-Konsep Utama Terapi Gestalt...................................................... 3
B. Tujuan Terapi Gestalt................................................................................ 5
C. Fungsi dan Peran Terapis.......................................................................... 5
D. Teknik-Teknik Terapi Gestalt.................................................................... 5
E. Kekurangan Terapi Gestalt....................................................................... 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... 8
A. Kesimpulan................................................................................................ 8
Daftar Pustaka.................................................................................................. 9
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa , sehingga penulis sanggup menuntaskan Makalah tersebut.
Makalah ini diharapkan sanggup menjadi ilham dan manfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan walaupun telah diupayakan dengan maksimal, untuk itu saran dan kritik sangat saya harapkan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi Gestalt, yang didirikan oleh Max Wertheimer, merupakan kelanjutan dari pemberontakan terhadap molekularisme kegiatan Wundt terhadap psikologi, yang menuai simpati banyak orang pada waktu itu, termasuk di dalamnya William James. Kata Gestalt bermakna keseluruhan yang bersatu atau penuh makna, yang malah fokus pada kajian psikologis.
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls yaitu bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan mendapatkan tanggung jawab pribadi jikalau mereka berharap mencapai kematangan. Karena bekerja terutama di atas prinsip kesadaran, terapi Gestalt berfokus pada apa dan bagaimana tingkah laku dan pengalaman di sini-dan-sekarang dengan memadukan (mengintegrasikan) bagian-bagian kepribadian yang terpecah dan tak diketahui.
Asumsi dasar terapi Gestalt yaitu bahwa individu-individu bisa menangani sendiri masalah-masalah hidupnya secara efektif. Tugas utama terapis yaitu membantu klien semoga mengalami sepenuhnya keberadaannya di sini dan kini dengan menyadarkannya atas tindakannya mencegah diri sendiri mencicipi dan mengalami ketika sekarang. Oleh lantaran itu, terapi Gestalt intinya noninterpretatif dan sedapat mungkin klien menyelenggarakan terapi sendiri. Mereka membuat penafsiran-penafsirannya sendiri, membuat pernyataan-pernyataannya sendiri, dan menemukan makna-maknanya sendiri. Akhirnya, klien didorong untuk eksklusif mengalami usaha di sini-dan kini terhadap urusan yang tak selesai di masa lampau. Dengan mengalami konflik-konflik, meskipun hanya membicarakannya, klien lambat laun bisa memperluas kesdarannya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, berikut beberapa hal yang akan di bahas:
1. Konsep-Konsep Utama Terapi Gestalt
2. Tujuan dari Terapi Gestalt
3. Fungsi Konselor
4. Teknik-Teknik Terapi
5. Kekuarangan dari Terapi Gestalt
C. Tujuan Makalah
Makalah ini disusun untuk memenuhi kiprah yang telah diberikan kepada kami. Disamping itu makalah ini juga bertujuan memberi pengetahuan mengenai “Terapi Gestalt” kepada para pembaca yang budiman.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep-Konsep Utama Terapi Gestalt
1. Pandangan ihwal Sifat Manusia
Pandangan Gestalt ihwal insan berakar pada filsafat eksistensial dan fenomenologi. Pandangan ini menekankan konsep-konsep menyerupai ekspansi kesadaran, penerimaan tanggung jawab pribadi, kesatuan pribadi, dan mengalami cara-cara yang menghambat kesadaran. Dalam terapinya, pendekatan Gestalt berfokus pada pemulihan kesadaran serta pada pemaduan polaritas-polaritas dan dikotomi-dikotomi dalam diri. Terapi diarahkan bukan pada analisis, melainkan pada integrasi yang berjalan selangkah demi selangkah dalam terapi hingga klien menjadi cukup besar lengan berkuasa untuk menunjang pertumbuhan pribadinya sendiri.
Pandangan Gestalt yaitu bahwa individu mempunyai kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Disebabkan oleh masalah-masalah tertentu dalam perkembangannya, individu membentuk banyak sekali cara menghindari duduk masalah dan karenanya, menemui jalan buntu dalam pertumbuhan pribadinya. Terapi menyajikan intervensi dan tantangan yang diperlukan, yang bisa membantu individu memperoleh pengetahuan dan kesadaran sambil melangkah menuju pemanduan dan pertumbuhan. Dengan mengakui dan mengalami penghambat-penghambat pertumbuhannya, maka kesadaran individu atas penghambat-penghambat itu akan meningkat sehingga ia kemudian bisa mengumpulkan kekuatan guna mencapai keberadaan yang lebih otentik dan vital.
2. Saat Sekarang
Bagi Perls tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka ketika sekaranglah yang penting. Salah satu sumbangan utama dari terapi Gestalt yaitu penekanannya pada di sini-dan-sekarang serta pada mencar ilmu menghargai dan mengalami sepenuhnya ketika sekarang. Berfokus pada masa lampau dianggap sebagai suatu cara untuk menghindari tindakan mengalami ketika kini sepenuhnya. Ketika membicarakan “etos saat sekarang” Polster dan Polster (1973) membuatkan tesis bahwa “Kekuatan ada pada saat sekarang”. Pandangan mereka yaitu “Kebenaran yang paling sulit diajarkan bahwa hanya sekaranglah yang ada dan bahwa menyimpang darinya berarti menyimpang dari kualitas hidup yang ada pada kenyataan” (Polster dan Polster,1973, hlm 7).
Terapi Gestalt secara aktif memperlihatkan bagaimana klien bisa dengan gampang lari dari ketika kini dan memasuki masa lampau atau masa depan. Sebagian besar orang hanya bisa tinggal dalam ketika kini sekejap saja. Mereka agaknya lebih suka mencari cara menghentikan pedoman ketika sekarang. Mereka sering berbicara ihwal perasaan-perasaan hampir seolah-olah perasaan-perasaan itu terpisah dari mengalami pada ketika kini alih-alih mengalami perasaan-perasaan di sini dan sekarang. Sasaran Perls yaitu membantu orang-orang membuat kekerabatan dengan pengalaman-pengalaman mereka secara terang dan segera ketimbang semata-mata berbicara ihwal pengalaman-pengalaman itu. Jadi, jikalau klien mulai berbicara ihwal kesedihan, kesakitan, atau kebingungan itu sekarang.
3. Urusan yang Tak Selesai
Dalam terapi Gestalt terdapat konsep ihwal urusan yang tak selesai, yakni meliputi perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan menyerupai dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan, dan sebagainya. Meskipun tidak bisa diungkapkan, perasaan-perasaan itu diasosiasikan dengan ingatan-ingatan dan fantasi-fantasi tertentu. Karena tidak terungkapkan di dalam kesdaran, perasaan-perasaan itu tetap tinggal pada latar belakang dan dibawa kepada kehidupan kini dengan cara-cara yang menghambat kekerabatan yang efektif dengan dirinya sendiri dan orang lain. Urusan yang tak selesai itu akan bertahan hingga ia menghadapi dan menangani perasaan-perasaan yang tak terungkapkan itu. Ketika berbicara ihwal pengaruh-pengaruh urusan yang tak selesai, Polster dan Polster (1973, hlm. 36) mengatakan, “arah-arah yang tak selesai itu mencari penyelesaian dan apabila arah-arah tersebut memperoleh cukup kekuatan, maka individu disulitkan oleh pikiran yang tak berkesudahan, tingkah laku kompulsif, kehati-hatian, energi yang menekan, dan banyak sikap mengalahkan diri.”
B. Tujuan Terapi Gestalt
· Menjadikan pasien tidak bergantung pada orang lain
· Menjadikan pasien menemukan semenjak awal bahwa ia bisa melaksanakan banyak hal, lebih banyak daripada yang dikiranya.
· Membantu klien semoga menemukan sentra dirinya
· Membantu klien agar dapat memperoleh kesadaran pribadi, memahami kenyataan atau realitas, serta mendapatkan insight secara penuh.
C. Fungsi dan Peran Terapis
1. Membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari santunan eksternal kepada santunan internal dengan memilih jalan buntu.
2. Membantu klien untuk menembus jalan buntu sehingga pertumbuhan bisa terjadi.
3. Menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan
4. Memberikan perhatian pada bahasa tubuh kliennya
D. Teknik-Teknik Terapi Gestalt
Levtisky dan Perls (1970, hlm. 144-149) ,menyajikan suatu uraian ringkas ihwal sejumlah permainan yang bisa dipakai dalam terapi Gestalt, yang mencakup:
1. Permainan-permainan dialog
Terapi gestalt menaruh perhatian yang besar pada pemisahan dalam fungsi kepribadian. Yang paling utama adalah pemisahan antara : “top dog” dan “underdog”. Teknik dingklik kosong yaitu suatu cara untuk mengajak klien semoga mengeksternalisasi introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi diletakkan di tengah ruangan. Terapis meminta klien untuk duduk di kursi yang satu dan memainkan kiprah sebagai “top dog” dan kemudian pindah ke dingklik lain dan menjadi “underdog”.
2. Membuat lingkaran
Adalah suatu latihan terapi gestalt dimana klien diminta untuk berkeliling ke anggota-anggota kelompoknya dan berbicara atau melakukan sesuatu dengan setiap anggota itu. Maksud teknik ini yaitu untuk menghadapi, memberanikan dan menyingkapkan diri, bereksperimen dengan tingkah laku yang baru.
3. “Saya memikul tanggung jawab”
Dalam tahap ini, terapis meminta untuk membuat suatu pernyataan dan kemudian menambahkan pada pernyataan itu kalimat “dan saya bertanggung jawab untuk ini”. Teknik ini merupakan perluasan kontinum kesadaran dan dirancang untuk membantu orang semoga mengakui dan mendapatkan perasaan-perasaan alih-alih memproyeksikan perasaan-perasaan atau kepada orang lain.
4. “Saya mempunyai suatu rahasia”
Teknik ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi perasaan-perasaan berdosa dan malu. Terapis meminta pada klien untuk berkhayal ihwal suatu belakang layar pribadi yang terjaga dengan baik. Membayangkan bagaimana perasaan mereka dan bagaimana orang lain bereaksi jikalau mereka membuka belakang layar itu.
5. Bermain proyeksi
Dalam permainan “bermain proyeksi” terapis meminta klien yang menyampaikan “saya tidak bisa mempercayaimu” untuk memainkan peran sebagai orang yang tidak bisa menaruh kepercayaan guna menyingkapkan sejauh mana ketidakpercayaan itu menjadi konflik dalam dirinya.
6. Pembalikan
Teori yang melandasi teknik pembalikan adalah teori bahwa klien terjun kedalam suatu yang ditakutinya karena dianggap bisa menjadikan kecemasan dan menjalin hubungan dengan bagian-bagian diri yang telah ditekan atau diingkarinya. Oleh lantaran itu, teknik ini bisa membantu para klien untuk mulai menerima atribut-atribut pribadinya yang telah dicoba diingkarinya.
7. “Ulangan”
Menurut Perls, banyak pemikiran kita yang merupakanpengulangan. Dalam fantasi, kita mengulang-ulang peran yang kita anggap masyarakat mengharapkan kita memainkannya. Ketika tiba saat menampilkannya, biasanya kita mengalami demam panggung atau kecemasan yakni kita takut tidak mampu memainkan peran kita itu dengan baik. Pengulangan internal menghabiskan banyak energi serga acap kali menghambat spontanitas dan kesediaan kita untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru.
8. “Melebih-lebihkan”
Permainan ini berhubungan dengan konsep peningkatan kesadaran atas gejala dan isyarat-isyarat halus yang dikirimkan oleh seseorang melalui bahasa tubuh, gerakan-gerakan, sikap-sikap badan, dan mimic muka bisa mengomunikasikan makna-makna yang penting. Begitupun isyarat-isyarat yang tidak lengkap. Klien diminta untuk melebih-lebihkan gerakangerakannya atau mimik muka secara berulang-ulang, yang biasanya mengitensifkan perasaan yang terpaut pada tingkah laku dan membuat makna potongan dalam lebih jelas.
9. “Bisakah anda tetap dengan perasaan ini?”
Teknik ini bisa digunakan pada klien menunjukkan pada perasaan atau suasana hati yang tidak menyenangkan yang ia sangat ingin menghindarinya. Terapis mendesak klien untuk tetap dengan atau menahan perasaan yang ingin menghindarinya itu.
10. Urusan yang tak selesai
11. Irama kontak dan penarikan
12. “Bolehkah saya memberimu sebuah kalimat”
13. Permainan-permainan konseling perkawinan
E. Kekurangan Terapi Gestalt
1. Terapi Gestalt tidak berlandaskan suatu teori yang kukuh
2. Terapi Gestalt cenderung antiintelektual dalam arti kurang memperhitungkan faktor-faktor kognitif.
3. Terapi Gestalt bisa menjadi berbahaya lantaran terapis mempunyai kekuatan untuk memanipulasi klien melalui teknik-teknik yang digunakannya.
4. Para klien sering bereaksi negatif terhadap sejumlah teknik Gestalt lantaran merasa dirinya dianggap tolol.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi Gestalt yang dikembangkan oleh Frederick Perls yaitu bentuk terapi eksistensial yang berpijak pada premis bahwa individu-individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan mendapatkan tanggung jawab pribadi jikalau mereka berharap mencapai kematangan. Pandangan Gestalt ihwal Sifat Manusia bahwa individu mempunyai kesanggupan memikul tanggung jawab pribadi dan hidup sepenuhnya sebagai pribadi yang terpadu. Bagi Perls tidak ada yang “ada” kecuali “sekarang”. Karena masa lampau telah pergi dan masa depan belum datang, maka ketika sekaranglah yang penting. Dalam terapi Gestalt terdapat konsep ihwal urusan yang tak selesai, yakni meliputi perasaan-perasaan yang tidak terungkapkan menyerupai dendam, kemarahan, kebencian, sakit hati, kecemasan, kedudukan, rasa berdosa, rasa diabaikan, dan sebagainya.
Tujuan dari terapi ini yaitu menjadikan pasien tidak bergantung pada orang lain, menjadikan pasien menemukan semenjak awal bahwa ia bisa melaksanakan banyak hal,membantu klien semoga menemukan sentra dirinya.
Fungsi Konselor yaitu membantu klien dalam melaksanakan peralihan dari santunan eksternal kepada santunan internal dengan memilih jalan buntu, membantu klien untuk menembus jalan buntu sehingga pertumbuhan bisa terjadi, menyajikan situasi yang menunjang pertumbuhan, memperlihatkan perhatian pada bahasa tubuh kliennya.
Teknik-Teknik terapinya antara lain, permainan-permainan dialog, membuat lingkaran, urusan yang tak selesai, “Saya memikul tanggung jawab”, bermain proyeksi, pembalikan, irama kontak dan penarikan, “Ulangan” dan masih banyak yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Geral Corey, 2010. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
http://waskitamandiribk.wordpress.com