Thursday, October 26, 2017

√ Prosedur Pertahanan Nonspesifik Pembagiannya

Mekanisme Pertahanan Nonspesifik & Pembagiannya – Di dalam badan makhluk hidup terjadi adanya suatu respon imun yang sanggup saling mempengaruhi antar beberapa komponen dalam tubuh. Respon imun merupakan arahan badan yang berupa suatu urutan insiden yang kompleks terhadap komponen antigen. Fungsi terjadinya insiden ini ialah untuk mengeliminasi antigen yang ada dalam badan makhluk hidup. Dengan terjadinya respon imun ini tentunya melibatkan aneka macam macam dan jenis sel serta protein terutama sel makrofag, sel limfosit, komplemen, dan sitokinin yang selalu aktif secara kompleks. Pertahanan badan mempunyai proses prosedur yaitu prosedur pertahanan nonspesifik dan prosedur pertahanan spesifik.


Mekanisme pertahanan nonspesifik atau pertahanan nonadaptif merupakan jenis pertahanan yang tidak hanya diperuntukkan kepada satu jenis antigen saja, akan tetapi untuk semua jenis antigen. Imunitas alamiah sudah terdapat semenjak bayi dilahirkan dan tersusun atas aneka macam jenis elemen non spesifik. Dengan demikian prosedur pertahanan nonspesifik merupakan bukan pertahanan khusus hanya untuk antigen tertentu saja. Mekanisme pertahanan badan spesifik merupakan komponen adaptif yang ditunjukkan khusus terhadap satu jenis antigen. Oleh alasannya yakni itu pada prosedur pertahanan badan spesifik tidak sanggup berperan terhadap jenis antigen lainnya. Perbedaan diantara keduanya yaitu, dalam pertahan badan non spesifik pertahan badan dimulai dengan adanya antigen tertentu terlebih dahulu sehingga gres akan terbentuk. Sebaliknya, kalau pada pertahan badan nonspesifik sudah tersedia sebelum terjadinya kontak bersamaan antigen.


Jika diamati pada caranya memperoleh, prosedur pertahanan non spesifik disebut juga respon imun ilmiah. Adapun prosedur pertahan non spesifik di dalam badan insan yakni kulit dengan kelenjarnya, lapisan mukosa bersamaan dengan enzim, dan kelenjar air mata ataupun jenis kelenjar lain yang bersamaan dengan enzimnya. Di samping itu juga terdapat sel fagosit yang mencakup sel makrofag, monosit, serta polimorfonuklear dan jenis tambahan yang merupakan termasuk dalam komponen prosedur pertahanan non spesifik.


1. Permukaan Tubuh, Mukosa, dan Kulit


Permukaan badan yakni pertahanan utama yang menjadi penetrasi suatu organisme yang berada di sekitar. Daya tahan atau permukaan badan yang lemah sanggup mempermudah laju organisme untuk menyerang permukaan tubuh. Pada dikala tahap penetrasi mikroorganisme sedang berlangsung, maka mikroorganisme yang telah memasuki permukaan badan akan bertemu dengan aneka macam karakteristik elemen lain dari suatu sistem imunitas alamiah.


2. Kelenjar dengan Enzim dan Silia yang Terdapat pada Mukosa serta Kulit


Dari suatu produk kelejar sanggup mempengaruhi tahap penetrasi mikoorganisme dan sama halnya juga dengan silia dan mukosa. Dari beberapa jenis enzim terdapat salah satu yakni enzim menyerupai lisozom sanggup menjadi faktor yang mengakibatkan kerusakan dinding sel mikroorganisme.




style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">


3. Komplemen dan Makrofag


Komplemen dan makrofag merupakan jalur alternatif untuk penetrasi suatu organisme. Secara keseluruhan jalur alternatif tambahan bisa teraktivasi oleh aneka macam macam kuman secara langsung. Dengan demikian proses eliminasi sanggup terjadi secara tahap lisis ataupun fagositosis oleh makrofag atau leukosit yang distimulasi dengan adanya opsonin dan zat kemotaktik. Hal ini sanggup terjadi dikarenakan sel-sel mempunyai reseptor yang sanggup merombak tambahan dan reseptor kemotaktik. Adanya zat kemotaktik yang tersedia dalam jalur alternatif ini akan merangsang sel monosit serta polimorfonuklear ke suatu kawasan mikroorganisme dan memfagositnya.


4. Protein Fase Akut


Protein fase akut merupakan jenis protein plasma yang dibuat oleh badan dari hasil terjadinya kerusakan suatu jaringan di dalam tubuh. Proses ini sering terjadi di dalam organ hati secara fase akut. Dari fase akut tersebut bisa menghasilkan C-reactive protein (CRP) yang merupakan salah satu jenis protein dari fase akut. Di sebut dengan istilah C-reactive protein (CRP) dikarenakan yang pertama protein ini berkemampuan untuk sanggup mengikat protein C dari pneumokok. Hubungan antara CRP ini juga akan mengaktifkan tambahan jalur alternatif yang akan merombak suatu antigen.


5. Sel NK (Natural Killer) dan Interferon


Sel NK merupakan jenis sel yang sanggup membasmi sel yang ditumpangi virus ataupun oleh sel tumor. Dari penginfeksian oleh sel NK (Natural Killer) ini diperoleh suatu zat interferon yang merupakan hasil dari proses penginfeksian virus dan berasal dari sel leukosit. Zat interferon sanggup menghambat tahap replikasi virus yang berada di dalam sel serta bisa meningkatkan fase aktivasi sel NK (Natural Killer).


Sumber :

https://alergiklinik.wordpresscom/2016/06/08/mekanisme-pertahanan-non-spesifik/



Sumber https://ruangseni.com