Askep Hipertensi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Defenisi Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan menetap tekanan sistolik melebih dari 140 mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Diagnostik ini sanggup dipastikan dengan mengukur rata-rata tekanan darah pada 2 waktu yang terpisah (FKUI, 2001).
Menurut WHO (1978) batas tekanan darah yang masih dianggap normal yaitu 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau di atas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah di atas normal yaitu bila tekanan sistolik (atas) 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolic (bawah) 90 mmHg atau lebih.
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa berdasarkan JNC VII
Kategori | Tekanan Darah Sistolik | Tekanan Darah Diastolik |
Normal | < 120 mmHg | (dan) < 80 mmHg |
Pre-hipertensi | 120-139 mmHg | (atau) 80-89 mmHg |
Stadium 1 | 140-159 mmHg | (atau) 90-99 mmHg |
Stadium 2 | >= 160 mmHg | (atau) >= 100 mmHg |
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat hingga usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat hingga usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.
Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah memperlihatkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.

B. Etiologi
a. Usia
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan terperinci menaikkan kejadian penyakit arteri dan kematian premature.
Hipertensi akan makin meningkat dengan meningkatnya usia hipertensi pada yang berusia dari 35 tahun dengan terperinci menaikkan kejadian penyakit arteri dan kematian premature.
b. Jenis Kelamin
Berdasar jenis kelamin laki-laki umumnya terjadi kejadian yang lebih tinggi daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, kejadian pada perempuan mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, kejadian pada perempuan lebih tinggi.
Berdasar jenis kelamin laki-laki umumnya terjadi kejadian yang lebih tinggi daripada wanita. Namun pada usia pertengahan, kejadian pada perempuan mulai meningkat, sehingga pada usia di atas 65 tahun, kejadian pada perempuan lebih tinggi.
c. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih.
Hipertensi pada yang berkulit hitam paling sedikit dua kalinya pada yang berkulit putih.
d. Pola Hidup
Faktor menyerupai halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya bekerjasama dengan kejadian hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia yaitu faktor faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang bekerjasama dengan hipertensi.
Faktor menyerupai halnya pendidikan, penghasilan dan faktor pola hidup pasien telah diteliti, tanpa hasil yang jelas. Penghasilan rendah, tingkat pendidikan rendah dan kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress agaknya bekerjasama dengan kejadian hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai faktor resiko tinggi bagi hipertensi dan penyakit arteri koroner. Hiperkolesterolemia dan hiperglikemia yaitu faktor faktor utama untuk perkembangan arterosklerosis yang bekerjasama dengan hipertensi.
Berdasarkan penyebab, hipertensi di bagi dalam 2 golongan :
a. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya bekerjasama dengan faktor keturunan dan lingkungan.
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya bekerjasama dengan faktor keturunan dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya sanggup diketahui secara pasti, menyerupai gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
Merupakan hipertensi yang penyebabnya sanggup diketahui secara pasti, menyerupai gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.
C. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin menjadikan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor menyerupai kecemasan dan ketakutan sanggup mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan terperinci mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada ketika bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, menjadikan tambahan acara vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang mengakibatkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang sanggup memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang menjadikan penurunan pedoman ke ginjal, mengakibatkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini mengakibatkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, mengakibatkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), menjadikan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).
D. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa tanda-tanda terjadi bersamaan dan dipercaya bekerjasama dengan tekanan darah tinggi (padahal gotong royong tidak).
Gejala yang dimaksud yaitu sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul tanda-tanda berikut:
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi alasannya yaitu adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
h. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma alasannya yaitu terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Tanda dan tanda-tanda pada hipertensi dibedakan menjadi : (Edward K Chung, 1995).
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada tanda-tanda yang spesifik yang sanggup dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa bila tekanan arteri tidak terukur.
Tidak ada tanda-tanda yang spesifik yang sanggup dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa bila tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa tanda-tanda terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan tanda-tanda terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Sering dikatakan bahwa tanda-tanda terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan tanda-tanda terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
E. Komplikasi Hipertensi
Sebagai akhir hipertensi yang berkepanjangan adalah:
a. Insufisiensi koroner dan penyumbatan
b. Kegagalan jantung
c. Kegagalan ginjal
d. Gangguan persyarafan
F. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
Pemeriksaan Laboratorium
Hb/Hct : untuk mengkaji kekerabatan dari sel-sel terhadap volume cairan(viskositas) dan sanggup mengindikasikan factor resiko menyerupai : hipokoagulabilitas, anemia.
BUN / kreatinin : memperlihatkan informasi perihal perfusi / fungsi ginjal.
Glucosa : Hiperglikemi (DM yaitu penggerak hipertensi) dapatdiakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM.
CT Scan
Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
EKG
Dapat membuktikan pola regangan, dimana luas, peninggian gelombang P yaitu salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
IUP
Mengidentifikasikan penyebab hipertensi menyerupai : Batu ginjal, perbaikan ginjal.
Photo dada
Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
G. Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan Non Farmakologis
a. Diet Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.
Penurunan BB sanggup menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan acara rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
Penurunan BB sanggup menurunkan tekanan darah dibarengi dengan penurunan acara rennin dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan diubahsuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan menyerupai berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan diubahsuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan menyerupai berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
Farmakologik
Sesuai dengan rekomendasi WHO/ISH dengan mengingat kondisi pasien, sasarkan pertimbangan dan prisif sebagai berikut:
a. Mulai takaran rendah yang tersedia, naikkan bila respon belum belum optimal, contoh agen beta bloker ACE.
b. Kombinasi dua obat, takaran rendah lebih baik dari pada satu obat takaran tinggi. Contoh: diuretic dengan beta bloker.
c. Bila tidak ada respon satu obat, respon minim atau ada imbas samping ganti DHA yang lain
d. Pilih yang kerja 24 jam, sehingga hanya sehari sekali yang akan meningkatkan kepatuhan.
e. Pasien dengan DM dan insufistensi ginjal terapi mula lebih dini yaitu pada tekanan darah normal tinggi.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI
Pengkajian Keperawatan
o Aktivitas/ Istirahat
· Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
· Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
o Sirkulasi
· Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi, perspirasi.
· Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan terperinci dari karotis, jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu hirau taacuh (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
o Integritas Ego
· Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
· Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara.
o Eliminasi
· Gejala : Gangguan ginjal ketika ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
o Makanan/cairan
· Gejala : Makanan yang disukai yang meliputi masakan tinggi garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB simpulan akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik
· Tanda : Berat tubuh normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria.
o Neurosensori
· Genjala : Keluhan pening/pusing, sakit kepala, subojksipital (terjadi ketika bangkit dan menghilangkan secara impulsif sesudah beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
· Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.
o Nyeri/ ketidaknyaman
· Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit kepala.
o Pernafasan
· Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
· Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot perhiasan pernafasan suara nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
o Keamanan
· Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
Diagnosa Keperawatan
o Resiko tinggi penurunan curah jantung bekerjasama dengan peningkatan Afterloadvasokontriksi.
o Intoleransi aktifitas bekerjasama dengan kelemahan umum.
o Nyeri akut, sakit kepala bekerjasama dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.
o Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan kebutuhan metabolik pola hidup menotong.
o Koping individu tidak efektif bekerjasama dengan krisis situasional.
o Kurang pengetahuan mengenai kondisi, planning pengobatan bekerjasama dengan kurang pengetahuan atau daya ingat.
Intervensi Keperawatan
I. Curah jantung atau penurunan resiko tinggi terhadap peningkatan Afterloadvasokontriksi
o Tujuan :
§ Penurunan curah jantung tidak terjadi
o Kriteria hasil
§ Klien sanggup beristirahat dengan tenang
§ Irama dan frekuensi jantung stabil dalam batas normal (80 100 x / menit dan reguler)
§ Tekanan darah dalam batas normal (TD <140/90 mmHg, N = 80 -100x/menit, R = 16 22 x/i, S = 36 -37o
o Intervensi
§ Observasi tanda-tanda vital tiap hari, terutama tekanan darah.
Rasional : perbandingan dari tekanan yang meningkat yaitu citra dari keterlibatan vaskuler
Rasional : perbandingan dari tekanan yang meningkat yaitu citra dari keterlibatan vaskuler
§ Observasi warna kulit, kelembapan dan suhu
Rasional : hal-hal tersebut mengidentifikasikan adanya dekompensasi/penurunan curah jantung
Rasional : hal-hal tersebut mengidentifikasikan adanya dekompensasi/penurunan curah jantung
§ Catat adanya edema umum / tertentu
Rasional : dapat mengidentifikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal dan vaskuler
Rasional : dapat mengidentifikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal dan vaskuler
§ Beri posisi yang nyaman ; meninggikan kepala kawasan tidur
Rasional : penurunan resiko peningkatan intrakranial
Rasional : penurunan resiko peningkatan intrakranial
§ Anjurkan teknik relaksasi ;tarik napas dalam
Rasional : memberikan kenyamanan dan memaksimalkan perluasan paru
Rasional : memberikan kenyamanan dan memaksimalkan perluasan paru
§ Kolaborasi Pemberian diuretik Vasodilator Pembatasan cairan dan diet Na
Rasional : mengurangi beban jantung.
Rasional : mengurangi beban jantung.
II. Intoleransi acara bekerjasama dengan kelemahan umum
o Tujuan
§ Aktivitas klien tidak terganggu dengan kriteria hasil Peningkatan dalam toleransi acara Tanda vital dalam batas normal
o Intervensi :
§ Kaji respon klien terhadap aktivitas
Rasional : menetukan pilihan intervensi selanjutnya
Rasional : menetukan pilihan intervensi selanjutnya
§ Observasi tanda-tanda vital
Rasional : mengetahui parameter membantu dan mengkaji respon fisiologi terhadap aktivitas
Rasional : mengetahui parameter membantu dan mengkaji respon fisiologi terhadap aktivitas
§ Observasi adanya nyeri dada, pusing keletihan dan pingsan.
Rasional : bila terjadi indikator, keletihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
Rasional : bila terjadi indikator, keletihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas
§ Ajarkan cara penghematan energi
Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
Rasional : membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
§ Berikan dorongan untuk melaksanakan aktivitas.
Rasional : kemajuan acara terhadap mencegah meningkatnya kerja jantung tiba-tiba.
Rasional : kemajuan acara terhadap mencegah meningkatnya kerja jantung tiba-tiba.
III. Gangguan rasa nyaman : sakit kepala bekerjasama dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
o Tujuan
§ Klien merasa nyaman
o Kriteria Hasil
§ Sakit kepala hilang
§ Pusing/pening hilang
o Intervensi :
§ Mempertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : meminimalkan stimulasi/meningkatkan reabsorpsi
Rasional : meminimalkan stimulasi/meningkatkan reabsorpsi
§ Berikan kompres dingin, ajarkan teknik relaksasi
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memblok respon simpatis efektif dan menghilangkan sakit kepala.
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memblok respon simpatis efektif dan menghilangkan sakit kepala.
§ Beri penjelasan cara untuk meminimalkan acara vasokontrisi
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi mengakibatkan sakit kepala.
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi mengakibatkan sakit kepala.
§ Bantu pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan
Rasional : pening/pusing selalu berkaitan dengan sakit kepala
Rasional : pening/pusing selalu berkaitan dengan sakit kepala
§ Kolaborasi dalam pemberian analgesikom dan penenang
IV. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik
o Tujuan
§ Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh teratasi
o Kriteria hasil
§ BB ideal sesuai dengan tinggi dan berat badan
o Intervensi :
§ Kaji pemahaman pasien perihal kekerabatan antara kegemukan dan hipertensi
Rasional : kegemuakn yaitu resiko tambahan pada tekanan darah tinggi
Rasional : kegemuakn yaitu resiko tambahan pada tekanan darah tinggi
§ Kaji masukan kalori harian dan pilihan diet
Rasional : menetukan pilihan intervensi lebih banyak
Rasional : menetukan pilihan intervensi lebih banyak
§ Bicarakan/diskusikan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan garam lemak dan gula sesuai indikasi
Rasional : makanan menyerupai tinggi garam, lemak dan gula menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang mengakibatkan predisposisi hipertensi
Rasional : makanan menyerupai tinggi garam, lemak dan gula menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang mengakibatkan predisposisi hipertensi
§ Timbang berat tubuh tiap hari
Rasional : mengenai pemasukan hidrasi klien dengan adanya peningkatan/penurunan Hipertensi
Rasional : mengenai pemasukan hidrasi klien dengan adanya peningkatan/penurunan Hipertensi
§ Rujuk ke mahir gizi sesuai indikasi.
Rasional : memberikan konseling dan pemberian dengan memenuhi diit individu
Rasional : memberikan konseling dan pemberian dengan memenuhi diit individu
V. Koping individu tidak efektif bekerjasama dengan krisis situasional
o Tujuan
§ Mengidentifikasi sikap koping efektif dan konsekuensinya
§ Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi
§ Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langka untuk menghindari atau mengubahnya
§ Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.
o Intervensi :
§ Kaji keefektifan srategi koping dengan mengobservasi sikap contohnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, harapan berpartisipasi dalam planning pengobatan
Rasional : mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik,dan mengitegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
Rasional : mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik,dan mengitegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari
§ Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang,penurunan toleransi sakit kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/ menuntaskan masalah
Rasional : manifestasi prosedur koping maladaktif mungkin merupakan indikator murka yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah diastolik.
Rasional : manifestasi prosedur koping maladaktif mungkin merupakan indikator murka yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama tekanan darah diastolik.
§ Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan ke mungkinan taktik untuk mengatasinya.
Rasional : pengenalan terhadap stresor yaitu langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stresor.
Rasional : pengenalan terhadap stresor yaitu langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stresor.
§ Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam planning pengobatan
Rasional : keterlibatan memperlihatkan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan sanggup meningkatkan kolaborasi dalam regimen terapeutik.
Rasional : keterlibatan memperlihatkan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan sanggup meningkatkan kolaborasi dalam regimen terapeutik.
VI. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, planning pengobatan bekerjasama dengan kurang pengetahuan atau daya ingat
o Intervensi
§ Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal. Jelaskan perihal hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah ginjal dan otak
Rasional : memberikan dasar untuk pemahaman perihal peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasikan istilah medis yang sering di gunakan. Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi sanggup terjadi tanpa gejalah ini yaitu untuk memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat
Rasional : memberikan dasar untuk pemahaman perihal peningkatan tekanan darah dan mengklarifikasikan istilah medis yang sering di gunakan. Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi sanggup terjadi tanpa gejalah ini yaitu untuk memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat
§ Hindari menyampaikan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik ketika menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang di inginkan.
Rasional : karena pengobatan untuk hipertensi yaitu sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian wangsit terkontrol akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan / medikasi.
Rasional : karena pengobatan untuk hipertensi yaitu sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian wangsit terkontrol akan membantu pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan / medikasi.
§ Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang sanggup di ubah contohnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton, merokok dan minum alkohol
Rasional : faktor-faktor resiko ini telah memperlihatkan kekerabatan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskulert serta ginjal
Rasional : faktor-faktor resiko ini telah memperlihatkan kekerabatan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskulert serta ginjal
§ Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien mengembangkan planning dalam menghentikan merokok
Rasional : nikotin sanggup meningkatkan katekolamin, menjadikan peningkatan frekuensi jantung jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban kerja miokardium.
Rasional : nikotin sanggup meningkatkan katekolamin, menjadikan peningkatan frekuensi jantung jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban kerja miokardium.
§ Sarankan pasien untuk sering mengubah posisi,olah raga kaki ketika berbaring
Rasional : menurunkan bendungan vena perifer yang sanggup di timbulkan oleh vasodilator dan duduk/berdiriterlalu lama.
Rasional : menurunkan bendungan vena perifer yang sanggup di timbulkan oleh vasodilator dan duduk/berdiriterlalu lama.
DAFTAR PUSTAKA
o Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002
o Chung, Edward.K. Penuntun Mudah Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995
o Doenges, Moorhouse & Geissler. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC; Jakarta.
o Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001
o Heni Rokhaeni,dkk. 2001. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. EGC: Jakarta.
o Mansjoer,arif.dkk.2001. Kapita Selekta kedokteran , Ed-3, jilid I. Jakarta:FKUI Media Aesculapius
o Slamet Suyono. 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi ketiga. EGC: Jakarta.
Terima Kasih telah membaca artikel "Askep Hipertensi", biar bermanfaat
Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com