Friday, February 16, 2018

√ Referensi Naskah Drama Malin Kundang Singkat

Contoh Naskah Drama Malin Kundang Singkat – Naskah drama yakni sebuah konsep pementasan yang berisikan prolog, dialog, serta arahan-arahan lainnya yang disajikan dalam bentuk goresan pena atau draf. Naskah drama berfungsi sebagai contoh atau anutan khusus bagi para pemain film tokoh dalam drama. Berikut ini yakni contoh naskah drama yang menceritakan wacana dongeng rakyat Malin Kundang :


Jenis Drama: Cerita Legenda

Judul: Malin Kundang

Pemeran / Tokoh: Malin Kundang, Mane, Rasyid, Saudagar, Putri


Sinopsis Drama :


Dahulu kala di suatu daerah berjulukan Pantai Air Manis, kota Padang, Sumatera Barat, hiduplah seorang janda bau tanah bersama dengan seorang anak lelakinya. Janda tersebut berjulukan Mande Rubayah dan anak lelakinya yang berjulukan Malin Kundang. Malin telah usang menjalani kehidupannya sebagai anak yatim semenjak ia masih kecil. Mande bersama dengan Malin telah usang menjalani hidup yang serba kekurangan dalam jeratan kemiskinan. Hingga suatu ketika terbesit keinginan di dalam hati Malin untuk merubah nasib dirinya dan ibunya semoga sanggup mempunyai kehidupan yang lebih baik.


Waktu berlalu dan kini Malin telah beranjak dewasa. Keinginan untuk keluar dari jeratan kemiskinan semakin besar lengan berkuasa di dalam hatinya. Hingga suatu ketika sebuah informasi tiba dari sahabat Malin yang berjulukan Rasyid. Ia mengabarkan kepada Malin bahwa akan tiba kapal besar yang akan berlabuh di pantai air manis.


Dialog Drama :


Rasyid:Assalamualaikum Malin.


Malin:Waalaikumsalam sahabatku Rasyid. Apa kabarmu kawan?


Rasyid:Alhamdulillah, saya sehat walafiat. Bagaimana denganmu?


Malin:Aku sangat sehat menyerupai yang kamu lihat. Ada apa gerangan kedatanganmu kali ini? Ada kabar baikkah yang kamu bawa?


Rasyid:Tepat sekali. Aku membawa kabar bangga untukmu kawan.


Malin:Kabar bangga apakah itu?


Rasyid:baru saja saya melihat kapal besar bersandar di pelabuhan pantai air manis. Aku pikir kita berdua sanggup ikut serta menumpang di kapal tersebut sekembalinya dari daerah ini.


Malin:Maksudmu kita berdua akan pergi merantau?


Rasyid:tentu saja. Itu yang saya maksudkan. Kau tidak bosan hidup miskin menyerupai ini? Bukankah engkau sangat ingin membahagiakan ibumu? Ayolah Malin, ikutlah bersamaku!


Malin:Aku ingin, sangat ingin pergi. Tapi bagaimana dengan ibuku? Aku tak tega meninggalkannya sendirian di kampung ini. Setidaknya saya harus berbicara terlebih dahulu dengannya.


Rasyid:Baiklah, bicaralah dengan ibumu! Setelah kamu mendapatkan restu ibumu, temuilah aku! Kita akan pergi merantau bersama.


Malin:Baiklah, terima kasih kawan.


Malin pun bergegas pulang ke rumah untuk menemui ibunya dengan maksud meminta restu kepergiannya untuk merantau. Setibanya di rumah :


Malin:Ibu, bolehkah saya pergi merantau ke negeri seberang? Aku ingin sekali merubah nasib kita. Aku sangat ingin membahagiakan ibu.


Mande (Ibu Malin):Kenapa tiba-tiba sekali kamu ingin pergi nak? Bagaimana dengan ibumu ini?


Malin:Karena lantaran itulah bu, Malin meminta restu ibu. Sebenarnya Malin tak tega meninggalkan ibu di sini. Tapi Malin mohon, izinkanlah anakmu ini pergi! Demi kebaikan kita berdua bu! Insya Allah Malin akan menciptakan kehidupan kita lebih baik dari kini ini.


Mande (Ibu Malin):Sudah kamu pikirkan masak-masak keinginanmu ini nak?


Malin:insya Allah bu, Malin sudah membulatkan tekad untuk pergi bersama dengan Rasyid dengan menumpang kapal dagang yang ketika ini tengah bersandar di pelabuhan pantai itu.


Mande (Ibu Malin):Baiklah nak, kalau keputusanmu sudah bulat. Pergilah nak! Tapi jangan kamu lupakan ibumu yang sudah bau tanah ini. Pulanglah kalau kamu telah berhasil meraih apa yang kamu inginkan !


Malin:Malin tidak akan melupakan ibu. Malin niscaya akan pulang dan menciptakan ibu bahagia. Malin Janji Bu!


Mande (Ibu Malin):Baiklah nak, kalau itu sudah menjadi keputusanmu. Ibu tak akan menahanmu di sini. Pergilah nak! Raihlah apa yang kamu cita-citakan!


Malin:Terima Kasih Bu. Insya Allah Malin akan berangkat besok pagi bersama dengan Rasyid.


Keesokan harinya Malin Kundang dan Rasyid bertolak menuju negeri seberang dengan menumpang kapal besar bermuatan barang dagangan, Ibu Malin hanya sanggup pasrah merelakan kepergian putranya tersebut. Perjalanan Malin dan Rasyid pun berakhir dan mereka hingga di sempurna tujuan perantauan mereka. Setibanya di tanha rantau, mereka beristirahat sejenak di sebuah warung makan.


Malin :Nah, selanjutnya apa Rasyid? Hendak kerja apa kita di sini?


Rasyid:Aku masih belum tahu. Kita harus terus berikhtiar mencari pekerjaan.


Tanpa mereka sadari, percakapan dua sahabat itu didengar oleh salah seorang pengunjung warung lainnya yang tak lain yakni seorang saudagar kaya raya.


Saudagar:Hai anak muda, apa kalian hendak mencari pekerjaan? Kebetulan sekali, saya sedang membutuhkan dua orang pekerja pria yang besar lengan berkuasa menyerupai kalian ini. Apakah kalian bersedia?


Rasyid:Sungguhkah tuan? Apa kami sanggup pribadi bekerja dengan tuan?


Malin:Oh alangkah bersyukurnya hati saya, apabila tuan sudi mendapatkan kami berdua untuk bekerja di daerah tuan. Perkenalkan tuan, saya Malin Kundang dan ini sahabat saya Rasyi. Kami tiba dari jauh.


Saudagar:Baiklah Malin, Rasyid, kalian berdua ikut aku! Mulai besok kalian sudah mulai bekerja. Sekarang kalian istirahat dulu di rumahku, nanti malam akan kujelaskan apa yang harus kalian kerjakan esok hari.


Malin dan Rasyid:Baiklah Tuan.


Akhirnya Malin dan Rasyid ikut serta bersama dengan saudagar kaya tersebut. Mereka tinggal di salah satu bilik di kediaman saudagar. Keesokan harinya mereka berdua mulai bekerja. Waktu berlalu, Rasyid dan Malin telah usang bekerja dengan saudagar. Tanpa mereka sadari, saudagar telah usang memperhatikan segala gerak-gerik serta acara mereka. Hingga saudagar meyadari satu hal bahawa Malin lebih cekatan, ulet, rajin, dan cerdas dalam bekerja kalau dibandingkan dengan Rasyid. Karena beberapa alasan dan pertimbangan, alhasil saudagar tak lagi mempekerjakan Rasyid. Akhirnya Rasyid pun pulang ke kampung halamannya.


Suatu ketika datanglah putri saudagar ke daerah Malin bekerja. Ia bermaksud untuk meninjau bisnis milik ayahandanya yang suatu ketika nanti akan menjadi miliknya. Setelah beberapa hari melaksanakan peninjaun terhadap bisnis perdagangan ayahnya, putri tersebut pun rahasia memperhatikan salah satu karyawan ayahnya yang mempunyai etos kerja yang berbeda dengan yang lainnya. Lama-kelamaan pun ia mulai tertarik pada karyawan tersebut yang tak lain yakni Malin Kundang.


Putri:Ayah, siapakah gerangan karyawan itu? Nampaknya ia lebih mempunyai etos kerja yang baik dari karyawan lainnya.


Saudagar:Oh, anak muda itu berjulukan Malin Kundang. Memang ada apa?


Putri: Tidak ada apa-apa ayah.


Semenjak hari itu, putri saudagar semakin tertarik pada cowok berjulukan Malin Kundang. Ia rahasia selalu memperhatikan dirinya. Tahun demi tahun pun berlalu, Malin Kundang dipercaya oleh saudagar untuk memengang salah satu cabang usaha. Selama cabang perjuangan itu dikelola oleh Malin, perjuangan saudagar semakin berkembang pesat.


Karena kesuksesannya, Putri pun semakin jatuh hati pada Malin. Hingga alhasil Malin pun dinikahkan oleh saudagar dengan putri kesayangannya. Beberapa bulan sehabis hari janji nikah mereka, sang putri pun meminta suaminya untuk pergi bertamasya. Akhirnya mereka berdua pergi ke suatu daerah berjulukan pantai air manis yang tak lain yakni kampung halaman Malin. Setibanya di pantai air manis, ia melihat sosok lelaki yang tak asing baginya. Lelaki itu tak lain yakni Rasyid, sahabat lamanya.




style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">


Malin:Rasyid, kamu kah itu?


Rasyid:Malin, wah ini benar engkau? Kau sudah sukses ya kini ini?


Malin:Ya, menyerupai yang kamu lihat. Aku telah menikmati hasil jerih payahku. Kau lihat perempuan di sampingku ini! Ia yakni putri saudagar yang kini menjadi istriku, bagus bukan?


Rasyid:iya, kamu kini telah menjadi orang andal Malin, saya kagum.


Malin:Sudah ya, saya mau pergi jalan-jalan dulu bersama istriku yang bagus ini.


Rasyid:Tentu kawan, bersenang-senanglah!


Mengetahui Malin telah pulang ke kampung halamannya, Rasyid pun bergegas menemui Mande untuk mengabarkan bahwa anaknya telah kembali.


Rasyid:Mak, cepatlah kamu pergi ke tepian pantai. Malin anakmu telah kembali mak!


Mande:Sungguhkah Nak? Yang kamu katakan itu bukanlah dusta kan?


Rasyid:Sungguh mak, buat apa saya membohongi emak.


Mande:Rasyid, Kau temani emak ke pelabuhan sekarang!


Rasyid:Baiklah mak.


Mande dan Rasyid bergegas menuju tepian pantai. Berharap Malin masih berada di sana dan belum beranjak kemana-mana. Rupaya benar, Malin bersama istrinya masih berada di tepian pantai air manis. Ia terlihat edang beristirahat sejenak sambil menikmati indahnya deburan ombak tepi pantai.


Mande:Malin, kah kah itu nak? (teriak mande sambil berlari)


Putri:siapakah perempuan bau tanah itu kanda? Sepertinya ia mengenalmu.


Malin:Tak tahulah, mungkin pengemis yang mengaku-ngaku mengenal diriku.


Mande:Alhamdulillah nak, kamu terlihat sangat sehat. Kapan kamu tiba Malin? Kenapa kamu tak mengabari ibumu terlebih dahulu?


Putri:Kanda, apakah perempuan bau tanah ini yakni ibumu?


Melihat ibunya yang tiba dari kejauhan , berlari menghampirinya dengan pakaian comapng-camping, Malin pun merasa sangat malu. Terlebih terhadap istrinya.


Malin:Hei perempuan tua! Siapakah kamu ini? Aku tak pernah punya ibu seburuk engkau. Berhentilah berpura-pura mengaku sebagai ibuku! (teriak Malin sambil menunjuk-nunjuk wajah ibunya)


Mande:Malin, ini ibumu nak. Sudah lupakah engkau? Aku yang mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan engkau nak.


Malin:Enyahlah kamu pengemis! Kau bukan ibuku!


Mendengar kata-kata Malin, Mande pun menangis menahan kesedihan yang luar biasa. Ia pun pergi meninggalkan Malin dan istrinya. Mande tersungkur ke tanah sambil menengadah tangan ke atas.


Mande:Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan puteraku Malin? Kenapa ia berubah sehabis sekian lama? Jika memang ia bukanlah anakku, maka maafkanlah ia. Tapi kalau ia yakni putera kandungku, maka hukumlah ia.


Tiba-tiba terdengar gemuruh di tengah lautan, disebuah kapal yang dinaiki oleh Malin dan istrinya. Kilat menyambar-nyambar, tornado semakin kuat, dan kapal besar pun terguling.


Malin :Kenapa sanggup begini? Badai tiba-tiba datang. Ini sangat aneh. Istriku, kamu baik-baik saja?


Putri:Kanda, bergotong-royong apa yang terjadi.


Malin:Aku sungguh tak mengerti dinda. Alam tampaknya murka pada kita.


Seketika kilat dengan kekuatan sambaran yang luar biasa menyambar badan Malin. Tiba-tiba ia berkembang menjadi batu. Ia berteriak sekencang-kencangnya sebelum alhasil ia menjadi sebuah kerikil yang tersungkur menyerupai bersujus.


Malin Kundang:Ampuni saya ibu, maafkan saya yang telah durhaka padamu. (sembari tersungkur dalam sujudnya)


Akhirnya Malin pun berkembang menjadi batu.


Sumber :

http://www.contohdramapersahabatan.click/2015/03/naskah-drama-malin-kundang.html


Baca Juga:


5 Contoh Puisi 17 Agustus Hari Kemerdekaan

5 Contoh Puisi Anekdot Tentang Sampah dan Lingkungan

6 Contoh Puisi Tentang Keindahan Alam Indonesia



Sumber https://ruangseni.com