Contoh Naskah Drama 5 Orang Cerita Rakyat – Naskah drama ialah sebuah pola atau aliran khusus bagi para pemain drama pementasan drama yang di dalamnya berisikan obrolan serta alur dongeng yang tersusun secara sistematis dan teratur. Secara fungsional naskah drama hampir ibarat naskah skenario dalam film, sinetron, atau jenis lawakan lainnya. Agar lebih jelas, perhatikan contoh naskah drama berikut yang bertemakan perihal dongeng rakyat :
Contoh :
Pada zaman dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah yang merupakan seorang pedagang, ibu, dan seorang anak gadis yang bagus dan baik hati berjulukan Bawang Putih. Mereka hidup senang hingga dikala sang ibu mengalami sakit keras dan membuatnya harus pergi untuk selamanya.
Ibu :”Bawang Putih, ingat baik-baik pesan ibu….(menahan batuk). Ibu ingin sehabis ibu pergi nanti, kau tetap patuh pada ayahmu, tetaplah menjadi anak yang cerdik dan penuh sopan santun. Hingga kelak kau dewasa, menikahlah dengan seorang cowok yang baik… Ibu akan selalu mendoaknmu, nak…”
Bawang Putih :”Ibu jangan bicara demikian, ibu akan tetap bersama kami hingga saya remaja nanti. Ibu akan menyaksikan saya menikah…”
Ibu :”Ibu juga menginginkan hal yang sama denganmu, namun ibu tidak sanggup melaksanakan itu semua, nak…maafkan ibu… (menghembuskan nafas terakhir)”
Bawang Putih :”Ibu….(menjerit). Jangan tinggalkan saya bu, saya ingin terus bersama ibu. Ayah…(menoleh ke arah sang ayah) jangan biarkan ibu pergi, Ayah. Minta ibu untuk tetap tinggal bersama kita, Ayah… (sambil menangis).”
Ayah :”Ibumu sudah pergi anakku… Ibumu telah terbebas dari rasa sakitnya. Ia sudah sanggup damai sekarang…(mencoba menenangkan sambil menahan tangis).”
Pemakaman pun telah dilakukan dan sepekan berlalu, namun kesedihan masih begitu tampak di raut wajah ayah dan anak ini.
Ayah :”Ayah akan pergi berdagang dahulu. Sudah sepekan ayah meliburkan diri. Sesedih apapun kita tetap harus melanjutkan hidup, nak… Ayah berangkat. Jaga dirimu baik-baik di rumah. Ayah akan segera pulang.”
Bawang Putih :”Iya Ayah…(menjawab dengan sangat pelan)”.
Perasaan Bawang Putih masih terus dibalut rasa murung akan kehilangan ibunya. Hal ini menciptakan Ibu dari Bawang Merah yang merupakan seorang janda merasa kasihan kepadanya. Ia sering mendatangi rumah Bawang Putih setiap kali ayah Bawang Putih pergi berdagang. Ia tiba untuk membantu Bawang Putih mengerjakan pekerjaan rumah atau sekedar menemaninya saja.
Ibu Bawang Merah :”Bawang Putih kau dihentikan terlalu lelah, sini ibu bantu mengerjakan pekerjaanmu.”
Bawang Putih :”Eeee…terimakasih bu, ibu sangat baik kepadaku dan ayah. Ibu selalu membantu kami.”
Ibu Bawang Merah :”Aah kamu, jangan berkata begitu. Kita ini kan ialah tetangga jadi harus saling membantu. Bawang Merah juga selalu ingin bersamamu biar kau tidak kesepian lagi.”
Bawang Putih :”Kalian memang keluarga yang baik.”
Keesokan harinya…
Bawang Putih :”Ayah, sebelum ayah pergi apakah saya sanggup bicara dengan ayah sebentar?”
Ayah :”Tentu anakku, bicaralah…”
Bawang Putih :”Ayah tahu bahwa Ibu Bawang Merah selalu membantuku mengerjakan pekerjaan rumah kita. Bawang Merah juga sering menemaniku bermain. Bukankah mereka keluarga yang baik ya Ayah?”
Ayah :”Tentu saja anakku. Mereka telah sangat baik kepada kita.”
Bawang Putih :”Aku ingin mempunyai ibu mirip ibunya Bawang Merah dan saudara mirip Bawang Merah, Ayah…”
Ayah :”Emmm….(berfikir). Ayah akan pertimbangkan keinginannmu.”
Ayah Bawang Putih terus memikirkan keinginan putrinya itu. Ia merasa Bawang Putih perlu mempunyai keluarga kembali biar ia tidak kesepian. Hingga tiba hari ayah Bawang Putih menikahi ibu Bawang Merah dan mereka pun tinggal dalam satu rumah.
Ibu Bawang Merah :”Bawang Putih….(berteriak). Apa yang kau lakukan? Mengapa meja ini masih berantakan? Ayahmu sudah semenjak tadi selesai sarapan di meja ini.”
Bawang Putih :”Ma..maafkan aku, bu… Aku tadi sedang mandi dan belum sempat membersihkan meja ini.”
Ibu Bawang Merah :”Ah, dasar anak pemalas. Alasan saja yang selalu kau ucapkan.”
Bawang Putih gres mengetahui sifat orisinil dari ibu tiri dan saudara tirinya itu. Ia kerap mendapat siksaan dan selalu diberi pekerjaan yang berat setiap kali ayahnya telah berangkat untuk berdagang.
Tak usang sehabis ijab kabul kedua orangtuanya itu, ayah Bawang Putih mengalami sakit dan jadinya meninggal dunia. Tinggallah Bawang Putih tanpa ayah dan ibu kandung di sisinya namun ia terus mematuhi perintah ibu tiri dab saudara tirinya dengan impian mereka akan menyayanginya dengan tulus.
Pagi ini mirip biasa Bawang Putih mendapat kiprah mencuci pakaian di sungai. Ia begitu semangat mencuci pakaian hingga tanpa sadar salah satu pakaian ibunya hanyut. Ketika henda pulang ia gres menyadari bahwa jumlah pakaian ibunya berkurang.
Bawang Putih :”Celaka…apa yang harus saya lakukan (bergumam).”
style="display:inline-block;width:336px;height:280px"
data-ad-client="ca-pub-1973764693216878"
data-ad-slot="5881289326">
Ia pun berusaha menyusuri sungai dan berharap pakaian itu sanggup ditemukan namun tidak berhasil.
Ibu Bawang Merah :”Dasar ceroboh! Aku tidak peduli, kau harus menemukan pakaianku dan kau dihentikan pulang sebelum menemukan pakaian itu.”
Bawang Putih berusaha menyusuri sungai sementara matahari mulai karam perlahan. Ketika berjalan, ia menjumpai seorang paman tengah memandikan kerbaunya.
Bawang Putih menayakan perihal pakaian ibunya yang hanyut dan sang paman menyuruhnya untuk segera pergi ke arah pakaian yang hanyut itu. Bawang Putih segera bergegas menuju arah yang ditunjukkan oleh sang paman. Langit semakin gelap namun pakaian sang ibu tetap tidak sanggup ditemukan. Bawang Putih melihat lampu yang menyala di sebuah gubuk dan ia tetapkan untuk menumpang menginap di sana.
Bawang Putih :”Permisi.”
Nenek :”Iya…(dengan bunyi bergetar). Siapa kamu?”
Bawang Putih :”Saya Bawang Putih, Nek. Saya sedang mencari pakaian kesayangan milik ibu saya namun hari sudah terlalu gelap, apakah saya boleh menumpang menginap semalam di sini, Nek?”
Nenek :”Apakah pakaian itu berwarna merah?”
Bawang Putih :”Iya, benar Nek.”
Nenek :”Sayang sekali, padahal saya menyukai pakaian itu. Pakaian itu tersangkut di depan rumahku. Kau boleh mengambilnya kembali dengan syarat kau tinggal bersamaku terlebih dahulu selama satu ahad di rumah ini.”
Bawang Putih merasa nenek tersebut kesepian di rumahnya, jadinya ia pun menyetujui persyaratan itu.
Satu ahad berlalu…
Nenek :”Nak, kau telah semiggu tinggal bersamaku. Aku menyukaimu alasannya kau anak yang rajin. Seusai janjiku, kau boleh membawa pulang pakaian milik ibumu dan sebagai hadiah kau boleh menentukan salah satu dari dua buah labu ini.”
Bawang Putih :”Tidak perlu Nek, saya hanya perlu membawa pakaian ini kepada ibu saya. Nenek tidak perlu repot-repot memperlihatkan hadiah kepada saya.”
Nenek :”Tidak apa Nak, ambilah yang kau sukai.”
(Bawang Putih menentukan labu yang paling kecil)
Bawang Putih :”Terimakasih, Nek. Nenek telah banyak membantu saya dan memberi hadiah kepada saya.”
Sesampainya di rumah Bawang Putih menyerahkan pakaian milik ibu tirinya kemudian ia ke dapur untuk membelah labu. Ia pun terkejut melihat isi labu tersebut dan berteriak.
Bawang Putih :”Ibu…Ibu…lihat ini!”
Ibu dan Bawang Merah bergegas ke dapur.
Bawang Merah :”Ada apa Bawang Putih, kau berteriak mirip sedang berada di hutan saja.”
Bawang Putih :”Ma..maafkan aku. Aku terkejut melihat banyakya emas di dalam labu ini.
Ibu :”Wahh…(takjub). Bagaimana kau mendapat begitu banyak embel-embel ini?”
Bawang Merah :”Cepat ceritakan padaku Bawang Putih…(tidak sabar).”
Bawang Putih :”Aku mendapatkannya sewaktu saya mencari pakaian ibu yang hanyut. Aku bermaksud menginap di sebuah gubuk di pinggir sungai milik seorang nenek alasannya langit sudah tampak begitu gelap. Lalu sang nenek memintaku menenmaninya selama seminggu dan ketika akan pulang saya mendapat hadiah buah labu ini.”
Ibu :”Waahhh, kau harus melaksanakan hal yang sama putri cantikku, Bawang Merah.”
Bawang Merah :”Tentu saja ibu..”
(Mereka tertawa terbahak-bahak)
Keeseokan harinya Bawang Merah menjalankan rencana mirip yang telah ia buat bersama ibunya. Ia berpura-pura kehilangan pakaian milik ibunya sewaktu mencuci di sungai hingga sampailah ia di rumah san nenek.
Bawang Merah :”Nenek, sudah satu ahad saya berada di sini. Aku ingin pulang.”
Nenek :”Baiklah kalau itu yang kau inginkan.”
Bawang Merah :”Bukankah seharusnya kau memberiku sebuah labu sebagai hadiah?”
(Bawang Merah merasa telah berjasa menemani sang nenek dan membantunya. Padahal ia hanya bermalas-malasan dan membantu sang nenek dengan asal-asalan)
Nenek :”Baiklah, kau boleh menentukan salah satu dari dua labu ini.”
Bawang Merah :”Waahhhh….(sedikit berteriak). Baiklah.”
(Bawang Merah mengambil labu yang berukuran besar dan lekas pergi tanpa mengucapkan terimakasih).
Sesampainya di rumah…,
Bawang Merah :”Ibu…aku berhasil mendapatkannya. Buah labu yang besar.”
Ibu Bawang Merah :”Kau memang anak yang pintar.”
(Tertawa terbahak-bahak)
Mereka pun membelah buah labu tersebut, namun sayang isinya ialah binatang berbisa yang menyerang Bawang Merah dan ibunya hingga tewas.
Baca Juga:
Contoh Soal Bahasa Indonesia Kelas 10 Sekolah Menengan Atas Semester 1
Contoh Soal Bahasa Indonesia Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Semester 2
Contoh Naskah Drama Komedi 7 Orang Terbaru
Sumber https://ruangseni.com