Pemberontakan di Indonesia - Ada banyak alasan kenapa kita harus bersyukur hidup di masa Indonesia yang kini ini. Meskipun terdapat banyak sekali dilema terutama dibidang ekonomi, tapi setidaknya ketika ini keadaan Indonesia sangat kondusif. Tidak ada insiden besar yang hingga menciptakan negara ini jatuh dan terjadi pertumpahan darah dimana-mana. Kalau kita menengok Indonesia dulu, negara ini pernah berada di situasi konflik yang mengakibatkan pertumpahan darah diberbagai tempat. Kala itu banyak dari agresi konfrontasi dilakukan oleh para pemberontak yang mengancam kedaulatan Indonesia yang sudah direbut dengan susah payah dari belanda. Agar kita tidak terlena dengan keadaan dan selalu siap untuk kondisi apa pun dengan negara ini, mari kita kenang kembali 8 insiden pemberontakan yang paling membahayakan sepanjang sejarah negara ini. Tulisan ini akan mencoba mereview lagi 8 insiden Pemberontakan yang pernah terjadi di Indonesia. Apa saja insiden pemberontakan di Indonesia ?
8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan
1. Pemberontakan PKI di Madiun (PKI Musso) Tahun 1948
Membahas wacana pemberontakan PKI di Madiun / PKI Madium tidak sanggup lepas dari jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh ? Jatuhnya kabinet Amir disebabkan lantaran kegagalannya dalam Perundingan Renville yang dirasa merugikan Indonesia. Setelah kabinet Amir Sjarifuddin jatuh lantaran tidak menerima dukungan lagi semenjak disepakatinya Perjanjian Renville. Lalu dibentuklah kabinet gres dengan Mohammad Hatta sebagai perdana menteri, namun Amir beserta kelompok-kelompok sayap kiri lainnya tidak oke dengan pergantian kabinet tersebut.
Untuk merebut kembali kedudukannya, pada tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) Untuk memperkuat basis massa, FDR membentuk organisasi kaum petani dan buruh. Pada tanggal 11 Agustus 1948, Setelah Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah kepercayaan bagi PKI. Doktrin itu berjulukan Jalan Baru.
Oleh PKI kawasan Surakarta dijadikan kawasan kacau (wildwest). Sementara Madiun dijadikan markas gerilya. Pada tanggal 18 September 1948, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia. Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang menurut Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang bersamaan, gerakan PKI sanggup merebut tempat-tempat penting di Madiun.
Kemudian atas perintah Jenderal Sudirman, tentara berhasil menumpas gerakan ini. Sang tokoh utama itu tewas sedangkan beberapa yang lain ibarat Dipa Nusantara Aidit (DN. Aidit) berhasil meloloskan diri.
Dipa Nusantara Aidit |
Untuk menumpas pemberontakan PKI, Tentara Nasional Indonesia sebagai pegawanegeri pun tak membisu saja dengan gerakan membahayakan ini. pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal ini kiprah Divisi Siliwangi cukup signifikan. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal Soedirman memerintahkan Kolonel Sungkono di Jawa Timur dan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI di Madiun. Dengan dukungan rakyat dari banyak sekali tempat, pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik Indonesia. Pada kesudahannya tokoh-tokoh PKI ibarat Lukman dan DN. Aidit melarikan diri ke Vietnam dan Cina. Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di kawasan Purwodadi, Jawa Tengah.
Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah bangsa dan negara Indonesia dari ancaman kaum komunis yang bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa sumbangan apa pun dari pihak asing. Dalam kondisi bangsa yang masih begitu sulit kala itu, ternyata Republik Indonesia sanggup menumpas pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat.
2. Pemberontakan Darul Islam (DI) dan Tentara Islam Indonesia (TII)
DI/TII dibuat lantaran banyak pihak yang kecewa dengan kepemimpinan Presiden Soekarno. Tujuan DI TII sendiri ialah mendirikan negara berbasis Islam dengan pimpinan utamanya berjulukan Kartosuwiryo. Kelompok ini rupanya menerima dukungan dari banyak pihak, termasuk Aceh dan beberapa kawasan lain yang bahkan menyatakan bergabung dengan organisasi tersebut.
Teungku Muhammad Daud Beureu'eh, ulama pemimpin usaha DI/TII Aceh |
Dalam perkembangannya, DI TII menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan dan Aceh. Untuk melindungi kereta api, Kavaleri Kodam VI Siliwangi (sekarang Kodam III) mengawal kereta api dengan panzer tak bermesin yang didorong oleh lokomotif uap D-52 buatan Krupp Jerman Barat. Panzer tersebut berisi prajurit Tentara Nasional Indonesia yang siap tempur dengan senjata mereka. Bila ada pertempuran antara Tentara Nasional Indonesia dan DI/TII di depan, maka kereta api harus berhenti di halte terdekat. Pemberontakan bersenjata yang selama 13 tahun itu telah menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat. Ribuan ibu-ibu menjadi janda dan ribuan bawah umur menjadi yatim-piatu. Diperkirakan 13.000 rakyat Sunda, anggota organisasi keamanan desa (OKD) serta tentara gugur. Anggota DI/TII yang tewas pun tak diketahui niscaya jumlahnya.
Baca Juga : Sejarah Lengkap Sarekat Islam (SI)
Pemerintah menganggap jikalau gerakan ini akan membahayakan stabilitas dan kedaulatan negara. Oleh karenanya, negara pun mengeluarkan perintah untuk menumpas gerakan ini semoga tidak semakin merajalela. Kemudian sehabis Kartosoewirjo ditangkap Tentara Nasional Indonesia dan dihukum mati pada 1962, gerakan ini menjadi terpecah, namun tetap eksis secara belakang layar meskipun dinyatakan sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia. Uniknya, sosok Kartosoewirjo ini ternyata ialah sobat bersahabat Bung Karno selama masih dalam pengasuhan HOS Tjokroaminoto.
3. Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)
Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia atau PRRI tercipta sebagai buah dari protes masyarakat kawasan yang mencicipi ketidakadilan pemerintah pusat. Daerah kecewa terhadap pemerintah sentra yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan. Kekecewaan tersebut diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan kawasan ibarat berikut.
- Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
- Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
- Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
- Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
Tanggal 10 Februari 1958 Ahmad Husein menuntut semoga Kabinet Djuanda mengundurkan diri dalam waktu 5 x 24 jam, dan menyerahkan mandatnya kepada presiden. Tuntutan tersebut terang ditolak pemerintah pusat. Setelah mendapatkan ultimatum, maka pemerintah bertindak tegas dengan memecat secara tidak hormat Ahmad Hussein, Zulkifli Lubis, Dahlan Djambek dan Simbolon yang memimpin gerakan sparatis. Langkah berikutnya tanggal 12 Februari 1958 KSAD A.H. Nasution membekukan Kodam Sumatra Tengah dan selanjutnya menempatkan eksklusif di bawah KSAD. Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Dimana Mr. Syafruddin Prawiranegara diangkat sebagai perdana menterinya.
Pemerintah sentra pun menganggap jikalau ini sebagai agresi membahayakan lantaran misi PRRI ialah membentuk semacam pemerintahan tandingan. Belum lagi mereka didukung oleh banyak pihak pula. Akhirnya Tentara Nasional Indonesia dikerahkan untuk memberantas gerakan ini dan Indonesia sekali lagi aman dari pergolakan.
4. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata menerima dukungan dari Indonesia potongan Timur. Gerakannya dikenal dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Permesta dideklarasikan oleh pemimpin sipil dan militer Indonesia potongan timur pada 2 Maret 1957 yaitu oleh Letkol Ventje Sumual. Gerakan ini terang melawan pemerintah sentra dan menentang tentara sehingga harus ditumpas. Untuk menumpas gerakan Permesta, pemerintah melakuakan operasi militer beberapa kali. Berikut ini operasi-operasi militer tersebut.
- Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.
- Operasi Mena I yang dipimpin Letkol Pieters dengan target Jailolo.
- Operasi Mena II yang dipimpin Letkol Hunholz untuk merebut lapangan udara Morotai.
- Operasi Saptamarga I yang dipimpin Letkol Sumarsono, dengan tujuan menumpas Permesta di Sulawesi Utara potongan Tengah.
- Operasi Saptamarga II yang dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan tujuan menumpas Permesta di Sulawesi Utara potongan Selatan.
- Operasi Saptamarga III yang dipimpin Letkol Magenda dengan tujuan menumpas Permesta di kepulauan sebelah Utara Manado.
- Operasi Saptamarga IV yang dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat, dengan tujuan menumpas Permesta di Sulawesi Utara.
Ternyata Gerakan Permesta menerima dukungan asing, terbukti dengan ditembak jatuhnya pesawat militer di atas Ambon pada tanggal 18 Mei 1958 yang dikemudikan oleh Alan Pope yang merupakan seorang warga negara Amerika Serikat.
Korps Marinir Indonesia Memerangi gerilyawan Permesta, 1950-1960an |
Selain itu Presiden Taiwan Chiang Kai Shek pernah merencanakan untuk mengirimkan 1 skuadron pesawat tempur dan 1 resimen marinir untuk merebut Morotai bersama sama dengan Permesta, namun Menteri Luar Negeri Taiwan Yen Kung Chau menentang gagasan itu. lantaran khawatir Republik Rakyat Tiongkok akan ikut serta membantu Pemerintah Pusat di Jakarta dan mungkin akan mempunyai alasan untuk mengintervensi terhadap Taiwan. walaupun demikian. Taiwan sebelumnya memang sudah membantu Permesta dengan mengirimkan persenjataan dan dua squadron pesawat tempur ke Minahasa untuk Angkatan Udara Revolusioner, Namun sehabis sumbangan Taiwan tercium Pemerintah Pusat. Bulan Agustus 1958, militer mengambil alih bisnis yang dipegang oleh penduduk WNI asal Taiwan dan sejumlah surat kabar, sekolah ditertibkan. Meskipun menerima banyak dukungan dari pihak asing, pemberontakan Permesta sanggup dilumpuhkan sekitar bulan Agustus 1958, walaupun sisa-sisanya masih ada hingga tahun 1961.
5. Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
Gerakan Aceh Merdeka merupakan sebuah organisasi separatis yang mempunyai tujuan supaya kawasan Aceh lepas dari Republik Indonesia. Konflik antara pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan cita-cita ini telah berlangsung semenjak tahun 1976 dan mengakibatkan jatuhnya korban hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF). GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro yang kini bermukim di Swedia dan mempunyai kewarganegaraan Swedia.
Untuk lebih lengkapnya silakan baca : Sejarah Lengkap Konflik dan Pemberontakan di Aceh (Gerakan Aceh Merdeka)
Secara umum Latar belakang terjadinya Pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka yang paling terang ialah Perbedaan budaya antara Aceh dan banyak kawasan lain di Indonesia. Disamping itu, banyak kebijakan sekuler dalam manajemen pada masa Presiden Soeharto (Orde Baru) sangat tidak disukai di Aceh, di mana banyak tokoh Aceh tidak menyukai kebijakan pemerintahan Orde Baru yang mempromosikan satu "budaya Indonesia". Kemudian lokasi provinsi Aceh yang terletak di ujung Barat Indonesia menjadikan anggapan yang meluas di provinsi Aceh bahwa para pemimpin di Jakarta yang jauh tidak mengerti dan memperhatikan dilema yang dimiliki Aceh serta tidak bersimpati pada kebutuhan dan sopan santun istiadat di Aceh yang berbeda.
Pada awalnya, GAM ialah sebuah organisasi yang diproklamirkan secara terbatas. Deklarasi GAM yang dikumandangkan oleh Hasan di Tiro dilakukan secara belakang layar disebuah kamp kedua yang bertempat di bukit Cokan, Pedalaman Kecamatan Tiro, Pidie. Setahun kemudian, teks tesebut disebarluaskan dalam versi tiga bahasa; Inggris Indonesia, dan Aceh. Penyebaran naskah teks proklamasi GAM ini terungkap ketika salah seorang anggotanya ditangkap oleh polisi dikarena pemalsuan formulir pemilu di tahun 1977. Sejak itulah, pemerintahan orde gres mengetahui wacana pergerakan bawah tanah di Aceh.
Serangan pertama GAM pada tahun 1977 dilakukan terhadap Mobil Oil Indonesia yang merupakan pemegang saham PT Arun NGL, dimana PT Arun NGL ialah operator ladang gas Arun yang berlokasi di Lhokseumawe, Aceh Utara. Pada ketika itu jumlah pasukan yang dimobilisasi oleh GAM sangatlah terbatas. Meskipun sudah ada ketidakpuasan cukup besar di Aceh namun hal tersebut tidak mengundang partisipasi aktif massa untuk mendukung GAM. Dalam legalisasi Hasan di Tiro sendiri, pada awalnya hanya 70 orang yang bergabung dengannya dan mereka kebanyakan berasal dari kabupaten Pidie, terutama dari desa di Tiro sendiri, yang bergabung lantaran loyalitas pribadi kepada keluarga Hasan di Tiro, sementara sisanya bergabung lantaran faktor kekecewaan pada pemerintah pusat.
Tentara Wanita dari Gerakan Aceh Merdeka dengan Panglima GAM Abdullah Syafi'i, 1999 |
Memburuknya kondisi keamanan di Aceh mengakibatkan tindakan pengamanan keras dilakukan pada tahun 2001-2002. Pemerintah Megawati pada tahun 2003 juga meluncurkan operasi militer untuk mengakhiri konflik dengan GAM untuk selamanya dan keadaan darurat diberlakukan di Provinsi Aceh. Pada November 2003 darurat militer diperpanjang lagi selama 6 bulan lantaran GAM belum sanggup dihancurkan sepenuhnya. Menurut laporan Human Rights Watch akhir dari di adakannya darurat militer di Aceh mengakibatkan sekitar 100.000 orang mengungsi pada 7 bulan pertama darurat militer dan beberapa pelanggaran HAM.
Konflik ini bahwasanya masih berlangsung pada tamat 2004, namu ketika itu tiba-tiba tragedi Tsunami terjadi pada 24 Desember 2004 dan memporakporandakan segala infrastruktur di provinsi Aceh, sehingga secara tidak eksklusif musibah terbesar dalam sejarah Indonesia tersebut berhasil membekukan konflik yang terjadi di Aceh.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap negosiasi di Vantaa, Finlandia. Marti Ahtisaari yang juga merupakan Mantan presiden Finlandia berperan sebagai fasilitator. Pada 17 Juli 2005, sehabis negosiasi selama 25 hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan tenang dengan GAM di Vantaa, Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan tenang dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian kemudia dipantau oleh sebuah tim yang berjulukan Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa serta lima negara ASEAN.
Berdasarkan perjanjian maka terciptalah kesepakatan bahwa dilakukannya pelucutan senjata GAM dan Aceh akan mendapatkan otonomi khusus di bawah Republik Indonesia kemudian tentara non-organik (misal tentara beretnis non-Aceh) akan ditarik dari provinsi Aceh (hanya menyisakan 25.000 tentara non-Aceh). Sebagai potongan dari perjanjian tersebut, Uni Eropa menerjunkan 300 pemantau yang tergabung dalam Misi Pemantau Aceh (Aceh Monitoring Mission). Misi mereka selesai pada tanggal 15 Desember 2006, sehabis suksesnya pemilihan kawasan gubernur Aceh yang pertama.
6. Pemberontakan Gerakan Separatis Tragedi Nasional G 30 S/PKI Tahun 1965
PKI yang sempat ditumpas pada tahun 1948, perlahan kembali tumbuh subur dan makin menyebar keberadaannya. Hal ini menciptakan mereka pun makin jumawa dan kesudahannya jadi sebuah organisasi besar. Tujuan mereka pun sama ibarat PKI tahun 1948 yakni membangun negara komunis di Indonesia.
Gerakan G30SPKI sendiri terjadi pada tanggal 30-September-1965 tepatnya ketika malam hari. Insiden G30SPKI masih menjadi perdebatan kalangan akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif yang melatar belakanginya. Akan tetapi kelompok reliji terbesar ketika itu dan otoritas militer membuatkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan ulah PKI yang bertujuan untuk mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis.
Hingga pada puncaknya Pada tanggal 30 September 1965, PKI melaksanakan penculikan terhadap Enam (6) jenderal senior Tentara Nasional Indonesia AD (Angkatan Darat). Tiga Jenderal yaitu: MT Haryono, Ahmad Yani dan DI Panjaitan tewas di tempat. Sedangkan Tiga Jenderal lainnya ibarat Sutoyo Siswomiharjo, Soeprapto dan S. Parman di bawa oleh para pemberontak dalam kondisi hidup.
Rencana perebutan kekuasaan ini berhasil pada awalnya, namun pemerintah tak tinggal membisu dan kesudahannya melaksanakan serangan balasan. Aksi jawaban untuk menumpas PKI dipimpin Soeharto dan berhasil menciptakan PKI hanya tinggal sejarah saja.
7. Pemberontakan Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Organisasi Papua Merdeka (OPM) ialah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan tahun 1965 yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua potongan barat dari pemerintahan Indonesia. Sebelum masa reformasi, provinsi yang kini terdiri atas Papua dan Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian Jaya.
OPM merasa bahwa mereka tidak mempunyai hubungan sejarah dengan potongan Indonesia yang lain maupun negara-negara Asia lainnya. Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI semenjak tahun 1969 merupakan buah perjanjian antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka, Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan satu penjajah kepada yang lain.
Baca Juga : 16 Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia
Pada tanggal 1 Juli 1971, Nicolaas Jouwe dan dua komandan OPM yang lain, Seth Jafeth Raemkorem dan Jacob Hendrik Prai menaikkan bendera Bintang Fajar dan memproklamasikan berdirinya Republik Papua Barat. Namun republik ini berumur pendek lantaran segera ditumpas oleh militer Indonesia dibawah perintah Presiden Soeharto.
Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan dimana tujuan dewan tersebut ialah untuk menggalang dukungan masyarakat internasional untuk mendukung kemerdekaan wilayah tersebut. Mereka mencari dukungan antara lain melalui PBB, GNB, Forum Pasifik Selatan, dan ASEAN.
Namun belakangan ini rakyat papua semakin sadar bahwa gagasan papua merdeka hanyalah omong kosong yang hanya dimanfaatkan para elit politik untuk menerima kekuasaan serta dimanfaatkan oleh negara-negara besar yang siap meng eksplorasi emas yang dimiliki papua, lihat saja timor leste yang memisahkan diri dari indonesia, jadi apa mereka kini ? tidak lebih dari dimanfaatkan australia semata.
Namun belakangan ini rakyat papua semakin sadar bahwa gagasan papua merdeka hanyalah omong kosong yang hanya dimanfaatkan para elit politik untuk menerima kekuasaan serta dimanfaatkan oleh negara-negara besar yang siap meng eksplorasi emas yang dimiliki papua, lihat saja timor leste yang memisahkan diri dari indonesia, jadi apa mereka kini ? tidak lebih dari dimanfaatkan australia semata.
8. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Republik Maluku Selatan (RMS) ialah kawasan yang diproklamasikan merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan harus segera ditumpas. Pulau-pulau terbesar yang menjadi basis RMS ialah Pulau Seram, Ambon, dan Buru. Di Ambon RMS dikalahkan oleh militer Indonesia pada November 1950, tetapi konflik di Pulau Seram masih berlanjut hingga Desember 1963. Kekalahan di Ambon berujung pada pengungsian pemerintah RMS ke Seram, Setelah RMS mengalami kekalahan di indonesia kemudian RMS mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda.
Lambang Republik Maluku Selatan |
Di Belanda, Pemerintah RMS tetap menjalankan semua kebijakan Pemerintahan, ibarat Sosial, Politik, Keamanan dan Luar Negeri. Komunikasi antara Pemerintah RMS di Belanda dengan para Menteri dan para Birokrat di Ambon berjalan lancar terkendali. Keadaan ini menciptakan pemerintahan Sukarno tidak sanggup berpangku tangan menyaksikan semua acara rakyat Maluku, sehingga dikeluarkanlah perintah untuk menangkap seluruh pimpinan dengan semua jajarannya, sehingga pada kesudahannya dinyatakanlah bahwa Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai Pemerintah RMS dalam pengasingan Dengan bekal dokumentasi dan bukti usaha RMS.
Pemerintah Belanda mendukung kemerdekaan RMS, Namun di tahun 1978 terjadi insiden Wassenaar, dimana beberapa elemen pemerintahan RMS melaksanakan serangan terhadap Pemerintah Belanda sebagai protes terhadap kebijakan Pemerintah Belanda. Oleh Press di Belanda dikatakanlah insiden itu sebagai teror yang dilakukan para aktifis RMS di Belanda. Ada yang beropini serangan ini disebabkan lantaran pemerintah Belanda menarik dukungan mereka terhadap RMS. Ada lagi yang menyatakan serangan teror ini dilakukan lantaran pendukung RMS frustasi, lantaran Belanda tidak dengan sepenuh hati memperlihatkan dukungan kepada RMS.
Di antara kegiatan yang di lansir Press Belanda sabagai teror, ialah ketika di tahun 1978 kelompok RMS menyandera 70 warga sipil di gedung pemerintah Belanda di Assen-Wassenaar. Selama tahun 70an, teror ibarat ini dilakukan juga oleh beberapa kelompok sempalan RMS, ibarat kelompok Komando Bunuh Diri Maluku Selatan yang dipercaya merupakan nama lain (atau setidaknya sekutu dekat) Pemuda Maluku Selatan Merdeka. Kelompok ini merebut sebuah kereta api dan menyandera 38 penumpangnya di tahun 1975.
Pada ketika Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali mencoba menggunakan kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku. Beberapa pencetus RMS telah ditangkap dan diadili atas tuduhan kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan dalam masa itu, walaupun hingga kini tidak ada klarifikasi resmi mengenai alasannya dan pemain film dibalik kerusuhan Ambon.
Pada 29 Juni 2007 beberapa cowok Maluku mengibarkan bendera RMS di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhono pada hari keluarga nasional di Ambon. Mereka menari tarian Cakalele seusai Gubernur Maluku memberikan sambutan. Para hadirin mengira tarian itu potongan dari upacara meskipun bahwasanya tidak ada dalam jadwal. Mulanya pegawanegeri membiarkan saja agresi ini, namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS. Barulah pegawanegeri keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para penari itu ditangkapi. Sebagian yang mencoba melarikan diri dipukuli untuk dilumpuhkan oleh aparat.
Pada 24 April 2008 John Watilette perdana menteri pemerintahan RMS di pengasingan Belanda beropini bahwa mendirikan republik merupakan sebuah mimpi di siang hari bolong dalam peringatan 58 tahun proklamasi kemerdekaan RMS yang dimuat pada harian Algemeen Dagblad yang menurunkan goresan pena wacana antipati terhadap Jakarta menguat.
Tujuan politik RMS sudah berlalu seiring dengan melemahnya keingingan memperjuangkan RMS ditambah tidak adanya donatur atau negara gila yang menyuplai pendanaannya, kini hubungan RMS dengan Maluku hanya menyangkut soal sosial ekonomi.
Bersyukur deretan insiden di atas sanggup ditumpas pada masanya. Jika tidak, mungkin keadaan negara ini kini benar-benar berbeda. Harapannya, jangan hingga ada lagi hal-hal semacam ini di masa depan. Sudah cukup republik ini menderita selama ratusan tahun akhir penjajahan serta deretan pemberontakan. Bagi kita yang hidup di masa sekarang, jangan gampang terpecah dan terkena provokasi yang bertujuan untuk menggoyahkan stabilitas negara. Percayalah jikalau negara sudah melaksanakan yang terbaik. Alih-alih protes, mari kita tolong-menolong membantu pemerintah untuk menciptakan negeri ini menjadi lebih baik lagi.
Sekian Artikel mengenai 8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan, semoga artikel ini sanggup bermanfaat bagi sobat baik untuk menambah ilmu, mengerjakan tugas, maupun untuk sekedar menambah wawasan wacana Berbagai Pemberontakan di Indonesia, Pemberontakan DI TII, PKI Madiun dan pemberontakan rms. Seandainya sobat menemukan kesalahan baik dari segi klarifikasi maupun penulisan, mohon kritik dan saran yang membangun untuk kemajuan dan kebaikan bersama. Akhir kata, Terimakasih atas kunjungannya.
8 Pemberontakan di Indonesia yang Paling Membahayakan
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR