Sastra melayu klasik yakni sastra usang yang lahir dari masyarakat usang atau tradisional. Yang dimaksud dengan masyarakat usang atau tradisional yakni masyarakat yang masih sederhana dan terikat oleh budbahasa istiadat serta belum menerima imbas dari dunia Barat. Berbagai jenis karya sastra yang lahir di masa ini yakni mantra, pantun, syair, gurindam, dan lain sebagainya.
Ciri-ciri
Sastra Melayu klasik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
- Anonim. Sebagian besar karya sastra Melayu klasik yang berkembang di tengah masyarakat tidak diketahui nama penciptanya.
- Pralogis. Cerita-cerita yang termasuk sastra Melayu klasik banyak diwarnai oleh hal-hal mistik dan tidak masuk akal.
- Menggunakan bahasa Melayu klasik. Karya-karya sastra Melayu klasik banyak memakai bahasa Melayu klasik mirip konon, alkisah, sahibul hikayat, dan lain sebagainya.
- Istana sentris. Kejadian atau insiden yang diceritakan dalam karya-karya sastra Melayu klasik sebagian besar perihal kehidupan istana mirip raja-raja, putri, pangeran, pahlawan, dan tokoh-tokoh mulia lainnya.
- Berkembang secara lisan. Karya-karya sastra Melayu klasik disebarluaskan secara lisan atau dari lisan ke lisan lantaran belum adanya media massa pada ketika itu.
- Komunal. Cerita-cerita yang dikisahkan dalam sastra Melayu klasik merupakan milik bersama.
- Kurang dinamis. Dipandang dari masyarakat kekinian, perubahan yang terjadi dalam sastra Melayu klasik sangat lamban.
- Didaktis. Dari banyak sekali jenis sastra Melayu klasik sebagian besar bersifat didaktis atau memperlihatkan pendidikan kepada pembacanya, baik moral maupun religius.
- Simbolis. Peristiwa-peristiwa dalam banyak sekali karya sastra Melayu klasik disajikan dalam bentuk lambang.
- Tradisional. Sastra Melayu klasik bersifat tradisional atau mempertahankan budbahasa kebiasaan setempat.
- Imitatif. Sastra Melayu klasik bersifat imitatif atau menjiplak yang diwariskan secara turun temurun.
- Universal. Dalam arti, sastra Melayu klasik berlaku kapan pun, dimanapun, dan bagi siapa pun. Biasanya hal ini terkait dengan isi pesan yang ingin disampaikan.
Unsur
Selain mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan sastra modern, karya-karya sastra Melayu klasik juga dibuat oleh beberapa unsur intrinsik. Unsur-unsur ini umumnya terdapat pada karya sastra berupa prosa mirip hikayat. Adapun unsur intrinsik dan ekstrinsik sastra Melayu klasik yakni sebagai berikut.
- Tema merupakan pokok dongeng yang menjadi dasar penyusunan cerita.
- Alur cerita atau plot merupakan rangkaian jalannya insiden atau insiden yang disusun menurut aturan lantaran akhir dan logis. Terdapat beberapa jenis alur yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
- Penokohan yakni pewatakan tokoh-tokoh dalam cerita.
- Latar merujuk pada waktu, tempat, dan keadaan terjadinya suatu peristiwa.
- Amanat mengacu pada pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Contoh
Sastra Melayu klasik terdiri dari beberapa jenis di antaranya yakni mantra, pantun berkait, talibun, pantun kilat, gurindam, syair, peribahasa, teka-teki, fable, legenda, dan hikayat.
1. Mantra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mantra diartikan sebagai susunan kata berunsur puisi (seperti rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan mistik yang lain.
2. Pantun
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pantun yakni bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biaanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b), tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi. Terdapat jenis-jenis pantun yaitu pantun jenaka, pantun persahabatan, percintaan, pantun nasihat, dan pantun teka-teki. Berikut adalah referensi pantun singkat yang dikutip dari laman Rumah Belajar Kemendikbud.
Apa guna orang bertenun
Untuk menciptakan pakaian adat
Apa guna orang berpantun
Untuk memberi petuah amanat
3. Pantun berkait atau pantun berantai
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pantun berkait atau pantun berantai yakni rangkaian pantun yang sambung-menyambung, contohnya larik kedua dan keempat bait pertama muncul lagi sebagai larik pertama dan ketiga bait berikutnya. Pantun berkait dan contohnya dalam bahasa Indonesia dikutip dari laman Rumah Belajar Kemendikbud :
Manggistan namanya kayu
Daunnya luruh menelentang
Mahkota Raja Melayu
Turun dari bukit Seguntang
Daunnya luruh menelentang
Daun puan diraut-raut
Turun dari bukit Seguntang
keluar dari dalam laut
Pulau Pandan jauh ke tengah
Gunung Daik bercabang tiga
Hancur tubuh dikandung tanah
Budi yang baik dikenang juga
Gunung Daik bercabang tiga
Tampak jauh dari seberang
Budi yang baik dikenang juga
Khidmat bakti disanjung orang
4. Seloka
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, seloka yakni jenis puisi yang mengandung pedoman (sindiran dan sebagainya), biasanya terdiri atas 4 larik yang berima a-a-a-a, yang mengandung sampiran dan isi. Contoh puisi usang seloka empat baris :
Sudah bertemu kasih sayang
Duduk terkurung malam siang
Hingga setapak tiada renggang
Tulang sendi habis berguncang
5. Talibun
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, talibun yakni bentuk puisi usang dalam kesustraan Indonesia (Melayu) yang jumlah barisnya lebih dari 4, biasanya antara 16-20, serta mempunyai persamaan suara pada tamat baris (ada juga mirip pantun, dengan jumlah baris genap, mirip 6, 8, atau 12 baris). Contoh pantun talibun 6 baris :
Kalau anak pergi ke lepau
Yu beli belanak pun beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi merantau
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
6. Karmina atau pantun kilat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karmina atau pantun kilat yakni pantun dua seuntai, baris pertama sebagai sampiran dan baris kedua sebagai isi berupa sindiran dengan rumus rima a-a, contohnya kayu lurus dalam lalang, kerbau kurus banyak tulang. Contoh pantun karmina :
Dahulu ketan kini ketupat
Dahulu preman kini ustadz
7. Gurindam atau sajak peribahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia gurindam yakni sajak dua baris yang mengandung petuah atau pesan yang tersirat (misalnya baik-baik menentukan kawan, salah-salah bisa jadi lawan). Contoh gurindam yang paling populer yakni Gurindam Dua Belas karya Aja Aji Haji yang terdiri dari dua belas pasal. Berikut kutipan Gurindam Dua Belas Pasal 1 :
Barang siapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat
Maka beliau itulah orang yang ma’rifat
8. Syair
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia syair yakni satu di antara jenis-jenis puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhir dengan suara yang sama. Ciri-ciri syair lainnya yakni jumlah kata per baris yakni 4-6 perkataan, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, tidak mempunyai sampiran, dan isi berupa cerita. Adapun jenis-jenis syair di antaranya yakni syair agama, syair kiasan, syair panji, syair romantis, dan syair sejarah. Contoh syair contohnya Syair Singapura Dimakan Api yang merupakan syair sejarah.
9. Peribahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peribahasa yakni kelompok kata atau kalimat yang tetap susuanannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal, ungkapan, perumpamaan). Peribahasa juga diartikan sebagai ungkapan atau kalimat ringkas padat, berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah laku. Satu di antara kumpulan peribahasa dalam bahasa Indonesia beserta artinya yakni sebagi berikut :
- Ada gula ada semut. Arti dari peribahasa tersebut yakni di mana ada banyak kenikmatan, di situ banyak orang yang berdatangan.
- Bagai pungguk merindukan bulan. Arti dari peribahasa tersebut yakni mengharapkan sesuatu yang sangat sulit untuk diwujudkan.
10. Teka-teki
Menurut Kosasih (2008 : 16), teka-teki yakni dongeng pendek yang menuntut tanggapan sama halnya dengan soal cerita. Hanya saja, dalam teka-teki peranan nalar sering kali diabaikan. Hal yang dipentingkan yakni kemampuan si penebak dalam memahami arti kiasan atau menyerupai yang dikemukakan dalam cerita. Ciri lainnya yakni dalam penyusunan teka-teki haruslah memerhatikan keindahan bahasanya. Dengan karakteristik mirip inilah, teka-teki bisa digolongkan ke dalam jenis sastra. Contoh teka-teki :
Dari kecil berbaju hijau, sudah besar berbaju merah. Luarnya surga, dalamnya neraka.
Jawaban dari teka-teki di atas yakni cabe.
11. Fabel atau cerita binatang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fabel yakni dongeng yang menggambarkan tabiat dan budi insan yang pelakunya diperankan oleh hewan (berisi pendidikan moral dan budi pekerti). Contoh dongeng fabel singkat contohnya Si Kancil.
12. Legenda
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, legenda yakni dongeng rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan insiden sejarah. Secara garis besar dongeng asal-usul terbagi menjadi tiga jenis yaitu dongeng asal-usul tumbuhan, dunia binatang, dan terjadinya suatu tempat. Contoh legenda singkat contohnya Legenda Rawa Pening.
13. Hikayat
Hikayat merupakan salah satu dari jenis-jenis prosa lama dalam kesusastraan Indonesia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hikayat yakni karya sastra usang Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekadar untuk meramaikan pesta. Contoh hikayat Melayu contohnya Hikayat Hang Tuah, Hikayat Perang Palembang, dan Hikayat Seribu Satu Malam.
Demikianlah ulasan singkat perihal ciri-ciri dan unsur sastra Melayu klasik dan contohnya. Semoga bermanfaat. Terima kasih.
Sumber https://dosenbahasa.com