Seperti kita ketahui bahwa imbas kebudayaan India mengakibatkan perubahan besar dalam kebudayaan Indonesia. Dengan adanya tulisan, di Indonesia mulai terdapat catatan wacana peristiwa-peristiwa penting di sebuah wilayah kerajaan. Dengan demikian, semenjak dikala itu bangsa Indonesia memasuki zaman sejarah. Masa imbas kebudayaan Hindu itu disebut masa Indonesia Hindu. Masa Indonesia Hindu berlangsung semenjak munculnya catatan tertulis pertama hingga sekitar tahun 1500 Masehi, dikala runtuhnya Kerajaan Majapahit. Masa Indonesia Hindu disebut juga zaman kuno.
A. Proses Perkembangan Budaya Hindu-Buddha
1. Perkembangan agama dan budaya Hindu
Lahirnya agama Hindu ada hubungannya dengan kedatangan suku bangsa Arya ke India. Bangsa Arya masuk ke India semenjak 1500 SM melalui Celah Kaiber (Afghanistan) dan mendiami Aryawarta (daerah yang berada di Lembah Indus, Lembah Gangga, dan Lembah Yamuna di Dataran Tinggi Dekhan). Bangsa Arya kemudian mendesak ras Dravida (penghuni orisinil India) dan terjadilah percampuran kedua ras suku bangsa tersebut. Percampuran budaya antara kedua ras itu disebut peradaban Hindu atau hinduisme. Agama Hindu yaitu sinkretisme antara kebudayaan Arya dan Dravida yang menyembah banyak dewa. Agama Hindu bersifat politeisme, artinya menyembah banyak dewa. Setiap tuhan merupakan lambang kekuatan alam. Beberapa tuhan yang populer yaitu Trimurti (Brahma, tuhan pencipta ; Wisnu, tuhan pemelihara ; Syiwa, tuhan perusak), Pertiwi (dewi bumi), Surya (dewa matahari), Bayu (dewa angin), Baruna (dewa laut), dan Agni (dewa api).
Kitab suci agama Hindu yaitu Weda, artinya pengetahuan, yang terdiri atas empat bagian.
Di India, paham Trimurti dikembangkan berpasangan dengan Trisakti yang meliputi:
Kitab suci agama Hindu yaitu Weda, artinya pengetahuan, yang terdiri atas empat bagian.
- Rigweda, berisi syair kebanggaan terhadap para dewa.
- Samaweda, berisi syair dan nyanyian suci dalam upacara.
- Yajurweda, berisi doa-doa pengantar sesaji dalam upacara.
- Atharwaweda, berisi mantra untuk menyembuhkan orang sakit dan jampi untuk sihir serta ilmu mistik mengusir penyakit dan para musuh.
Di India, paham Trimurti dikembangkan berpasangan dengan Trisakti yang meliputi:
- Saraswati, permaisuri Brahma, melambangkan dewi kebijaksanaan dan pengetahuan;
- Laksmi, permaisuri Wisnu, melambangkan dewi kecantikan dan kebahagiaan;
- Parwati, permaisuri Syiwa, melambangkan dewi keberanian dan kegarangan (durga).
Konsep dan Aktualita
Umat Hindu mempunyai beberapa kitab selain kitab Weda yang mengandung pedoman Avatar (inkarnasi dewa), yakni kitab Brahmana, Upanishad, Mahabharata, Bagawad Gita, dan Ramayana.
Umat Hindu mempunyai beberapa kitab selain kitab Weda yang mengandung pedoman Avatar (inkarnasi dewa), yakni kitab Brahmana, Upanishad, Mahabharata, Bagawad Gita, dan Ramayana.
- Kitab Brahmana berisikan interpretasi (penafsiran) pedoman keagamaan yang terkandung dalam Weda.
- Kitab Upanishad berisikan pembahasan wacana Brahmana, insiden alam semesta, serta Atman (jiwa) dan cara kembalinya Atman kepada Brahman Sang Mahakuasa.
- Kitab Mahabharata, ditulis oleh Begawan Wiyasa, berisikan wacana peperangan antarkeluarga Bharata (Pandawa dan Kurawa) di Padang Kurusetra.
- Kitab Bagawad Gita, potongan dari himpunan Mahabharata yang diartikan nyanyian dewa. Kitab ini berisi hikmah Krisna kepada Arjuna di Kurusetra pada dikala terjadi Perang Bharatayuda.
- Kitab Ramayana ditulis oleh Mpu Walmiki yang berisi kisah cinta Rama dan Shinta.
Untuk mencapai nirwana, umat Hindu sanggup melakukannya dengan tiga cara.
Agama Hindu mengenal adanya upacara pengorbanan, yaitu kurban Soma dan kurban Asra Medha. Kurban Soma yaitu upacara kebaktian yang terpandang suci di antara seluruh kebaktian di dalam Weda. Soma yaitu sejenis cairan minuman yang memberi sifat kedewaan. Kurban Asra Medha yaitu kurban kuda. Upacara-upacara kebaktian Hindu dilakukan oleh pejabat-pejabat agama, yaitu:
- Manusia wajib menjalankan dharma (memenuhi kewajiban sebagai manusia), artha (menjalankan pekerjaan sebagaimana mestinya), dan eksekusi alam (tidak berlebihan mencicipi kenikmatan duniawi).
- Bagi Triwangsa (brahmana, ksatria, waisya) wajib membaca kitab suci Weda.
- Melakukan upacara keagamaan yang berupa upacara kurban (yajna besar dan yajna kecil). Yajna besar, misalnya, penobatan raja, menghormati pemetikan buah pertama, dan upacara menyongsong datangnya musim. Adapun yajna kecil, misalnya, sembahyang di rumah sehari-hari, kelahiran anak, dan cukur rambut.
Agama Hindu mengenal adanya upacara pengorbanan, yaitu kurban Soma dan kurban Asra Medha. Kurban Soma yaitu upacara kebaktian yang terpandang suci di antara seluruh kebaktian di dalam Weda. Soma yaitu sejenis cairan minuman yang memberi sifat kedewaan. Kurban Asra Medha yaitu kurban kuda. Upacara-upacara kebaktian Hindu dilakukan oleh pejabat-pejabat agama, yaitu:
- Brahmana (pendeta) yang menjabat sebagai kepala upacara,
- Hotri yang melagukan nyanyian keagamaan,
- Udgatri yang menabuh bunyi-bunyian dengan nada tertentu, dan
- Adhyarya yang menyiapkan tempat pemujaan dan tempat kurban serta persiapan lainnya sambil membacakan mantra.
Konsep dan Aktualita
Orang Arya membuat kasta dengan pembagian sebagai berikut.
Setiap golongan wajib menempati kastanya masing-masing dan dihentikan mengadakan perkawinan antarkasta. Jika ini terjadi, seseorang akan dikeluarkan dari kastanya dan dimasukkan ke dalam kasta yang lebih rendah.
Selain kasta-kasta tersebut, masih ada golongan yang dianggap lebih rendah lagi, yaitu paria atau candala. Golongan ini ditempatkan sebagai hamba sahaya.
Agama Hindu mengajarkan beberapa hal, yaitu:
Orang Arya membuat kasta dengan pembagian sebagai berikut.
- Brahmana, perlambang mulut, yakni golongan pendeta. Mereka dihormati sebagai penasihat raja.
- Ksatria, perlambang tangan, yakni golongan ningrat atau ningrat dan prajurit. Golongan ini menjalankan pemerintahan.
- Waisya, perlambang paha, yakni golongan pengusaha, pedagang, dan petani.
- Sudra, perlambang kaki, terdiri atas orang-orang Dravida dalam masyarakat.
Setiap golongan wajib menempati kastanya masing-masing dan dihentikan mengadakan perkawinan antarkasta. Jika ini terjadi, seseorang akan dikeluarkan dari kastanya dan dimasukkan ke dalam kasta yang lebih rendah.
Selain kasta-kasta tersebut, masih ada golongan yang dianggap lebih rendah lagi, yaitu paria atau candala. Golongan ini ditempatkan sebagai hamba sahaya.
Agama Hindu mengajarkan beberapa hal, yaitu:
- hidup di dunia yaitu samsara akhir perbuatan yang kurang baik;
- adanya karma, yaitu hasil perbuatan yang kurang baik;
- akibat karma, insan akan mengalami reinkarnasi, yakni dilahirkan kembali dalam wujud yang lebih rendah;
- orang yang tepat hidupnya akan moksa, lepas dari samsara.
Untuk menjadi Hindu, seseorang harus menerima tali benang kasta (munya) yang diberikan oleh brahmana (pendeta). Setelah itu, barulah mereka melaksanakan caturasrama, yakni brahmacarin (mencari ilmu kepada brahmana (pendeta), grhasta (membentuk keluarga), wanaprasta (meninggalkan rumah untuk bertapa), dan saniasin atau pariwrajaka (hidup mengembara, meninggalkan kepentingan duniawi untuk menjadi bhiksu).
Tempat-tempat suci bagi orang Hindu India, antara lain, Kota Benares yang dianggap sebagai kota tuhan dan Sungai Gangga sebagai sungai yang suci. Agama Hindu mengalami kemunduran sekitar periode ke-6 SM lantaran sebab-sebab berikut:
Tempat-tempat suci bagi orang Hindu India, antara lain, Kota Benares yang dianggap sebagai kota tuhan dan Sungai Gangga sebagai sungai yang suci. Agama Hindu mengalami kemunduran sekitar periode ke-6 SM lantaran sebab-sebab berikut:
- Kaum brahmana yang memonopoli agama dan upacara bertindak diktatorial dengan menarik kurban yang besar sehingga menjadikan beban.
- Lahirnya agama Buddha yang lebih demokratis untuk mencari surga sendiri tanpa pertolongan orang lain yang diajarkan oleh Siddharta Gautama.
- Agama Buddha lebih terbuka tanpa membeda-bedakan manusia.
Inskripsi
Hukum sattie yaitu aturan yang mewajibkan istri untuk ikut mati bersama suami dengan cara menceburkan diri ke dalam api pembakaran mayat suaminya. Hukum ini diciptakan oleh bangsa Arya.
Hukum sattie yaitu aturan yang mewajibkan istri untuk ikut mati bersama suami dengan cara menceburkan diri ke dalam api pembakaran mayat suaminya. Hukum ini diciptakan oleh bangsa Arya.
2. Perkembangan dan budaya Buddha
Ketika agama Hindu mengalami kemunduran, muncullah agama Buddha di India yang disiarkan oleh Siddharta Gautama. Ajaran Buddha ditulis dalam kitab suci Tripitaka yang berarti tiga keranjang atau tiga himpunan nikmat. Isi kitab suci Tripitaka sebagai berikut:- Suttapitaka, berisikan himpunan pedoman dan khotbah Buddha. Bagian terbesar yaitu percakapan antara Buddha dan beberapa orang muridnya. Di dalamnya terdapat pula kitab meditasi dan peribadatan.
- Winayapitaka, berisikan tata hidup setiap anggota biara (sangha).
- Abhidharmapitaka, ditujukan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha lantaran merupakan pelajaran lanjutan.
Ada empat tempat yang dianggap suci dalam agama Buddha.
Ajaran Buddha mirip yang dikhotbahkan Siddharta di Taman Menjangan, Benares, berisikan hal-hal berikut.
a. Aryastyani, yakni empat kebenaran utama dan delapan jalan tengah (Astavida). Empat kebenaran utama, yaitu
b. Pratityasamudpada, artinya rantai lantaran akhir yang terdiri atas dua belas rantai dan masing-masing merupakan lantaran dari hal berikutnya.
- Taman Lumbini di Kapilawastu, tempat lahirnya Siddharta (563 SM).
- Bodhgaya, tempat Siddharta mendapatkan wahyu Buddha.
- Kusinagara, tempat wafatnya Siddharta pada tahun 482 SM.
- Benares, tempat Siddharta pertama kali berkhotbah.
Ajaran Buddha mirip yang dikhotbahkan Siddharta di Taman Menjangan, Benares, berisikan hal-hal berikut.
a. Aryastyani, yakni empat kebenaran utama dan delapan jalan tengah (Astavida). Empat kebenaran utama, yaitu
- hidup yaitu derita (duka) atau samsara,
- samsara disebabkan oleh hasrat harapan (tresna) atau tanha,
- tresna harus dihilangkan, dan
- cara menghilangkan tresna yaitu dengan delapan jalan tengah. Delapan jalan tengah, yaitu: 1) pengertian yang benar, 2) maksud yang benar, 3) bicara yang benar, 4) laris yang benar, 5) kerja yang benar, 6) ikhtiar yang benar, 7) ingatan yang benar, dan 8) renungan yang benar.
b. Pratityasamudpada, artinya rantai lantaran akhir yang terdiri atas dua belas rantai dan masing-masing merupakan lantaran dari hal berikutnya.
Pada bangunan peribadatan Buddha akan kita temui stupa, yaitu bangunan berbentuk kubah yang berdiri di atas sebuah lapik dan diberi payung. Fungsi bangunan ini yaitu sebagai lambang suci agama Buddha, tanda peringatan terjadinya suatu insiden dalam hidup Buddha, tempat penyimpanan tulang mayat Buddha, dan tempat menyimpan benda suci.
Agama Buddha berkembang pesat di India pada masa Wangsa Maurya di bawah Raja Ashoka. Raja ini pada awalnya memusuhi agama Buddha. Ia membuat "neraka Ashoka", yaitu eksekusi rebus bagi penganut Buddha. Namun, pada suatu ketika orang yang diperintahkannya untuk direbus tidak mati. Raja Ashoka sadar dari kekeliruannya dan masuk agama Buddha. Bahkan, ia menjadi raja yang saleh dan menetapkan agama Buddha sebagai agama negara. Ia pun mengajarkan Ahimsa, yaitu larangan membunuh dan melukai makhluk. Berkat raja ini, agama Buddha sanggup disiarkan ke seluruh dunia.
Agama Buddha berkembang pesat di India pada masa Wangsa Maurya di bawah Raja Ashoka. Raja ini pada awalnya memusuhi agama Buddha. Ia membuat "neraka Ashoka", yaitu eksekusi rebus bagi penganut Buddha. Namun, pada suatu ketika orang yang diperintahkannya untuk direbus tidak mati. Raja Ashoka sadar dari kekeliruannya dan masuk agama Buddha. Bahkan, ia menjadi raja yang saleh dan menetapkan agama Buddha sebagai agama negara. Ia pun mengajarkan Ahimsa, yaitu larangan membunuh dan melukai makhluk. Berkat raja ini, agama Buddha sanggup disiarkan ke seluruh dunia.
B. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama serta Kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
Agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia melalui kontak perdagangan. Pada awalnya, orang-orang India bersikap aktif dalam perdagangan tersebut. Hal ini berdasarkan Claudius Ptolomeus (Yunani) didorong oleh kekayaan Indonesia akan emas, perak, cengkih, dan lada yang menarik para pedagang mancanegara. Hubungan perdagangan ini telah berlangsung semenjak sekitar periode ke-5 M.Khusus mengenai penyebaran hinduisme sebagai agama dijelaskan melalui banyak teori.
1. Teori brahmana
Teori ini dikemukakan oleh Van Leur yang beropini bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh pendeta. Teori ini mempunyai kelemahan, yaitu di India ada peraturan bahwa brahmana tidak boleh keluar dari negerinya. Jadi, mustahil mereka sanggup menyiarkan agama ke Indonesia.
2. Teori ksatria
Teori ini dikemukakan oleh Majumdar, Moekrji, dan Nehru. Mereka beropini bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh prajurit yang mengadakan ekspansi. Oleh lantaran itu, teori ini sering pula disebut teori kolonisasi. Kelemahan teori ini yaitu tidak ada bukti sejarah yang memperlihatkan bahwa Indonesia pernah ditaklukkan India.
3. Teori waisya
Teori ini dikemukakan oleh Krom yang menyampaikan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang, mengingat bahwa semenjak tahun 500 SM, Nusantara telah menjadi jalur perdagangan antara India dan Cina. Dalam perjalanan perdagangan inilah diperkirakan para pedagang India itu singgah di Indonesia dan membuatkan agama Hindu.
4. Teori sudra
Teori ini dikemukakan oleh banyak orang. Intinya yaitu bahwa agama Hindu dibawa oleh kaum sudra yang tiba di Nusantara untuk memperbaiki nasib.
5. Teori nasional
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch yang menyampaikan bahwa dalam proses penyebaran agama Hindu ini, bangsa Indonesia berperan sangat aktif. Setelah dinobatkan sebagai seorang Hindu, mereka kemudian ulet membuatkan agama Hindu dan segala aktivitasnya. Pendapatnya ini didasarkan pada temuan adanya unsur-unsur budaya India dalam budaya Indonesia. Menurutnya, pada masa itu telah terbentuk golongan cendekiawan yang disebut "Clerk". Proses akulturasi antara budaya Indonesia dan India disebutnya sebagai proses penyuburan.
Hal-hal yang dilakukan para brahmana di Indonesia dalam rangka penghinduan, antara lain,
6. Teori arus balik
Menurut teori ini, bangsa Indonesia tidak hanya mendapatkan pengetahuan agama dari orang-orang gila yang datang. Mereka juga aktif mencari ilmu agama di negeri orang dan menyebarkannya sehabis kembali ke kampung halamannya.
Adapun teori mengenai perkembangan kebudayaan Hindu-Buddha India di Asia, khususnya di Nusantara, sebagai berikut.
Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch yang menyampaikan bahwa dalam proses penyebaran agama Hindu ini, bangsa Indonesia berperan sangat aktif. Setelah dinobatkan sebagai seorang Hindu, mereka kemudian ulet membuatkan agama Hindu dan segala aktivitasnya. Pendapatnya ini didasarkan pada temuan adanya unsur-unsur budaya India dalam budaya Indonesia. Menurutnya, pada masa itu telah terbentuk golongan cendekiawan yang disebut "Clerk". Proses akulturasi antara budaya Indonesia dan India disebutnya sebagai proses penyuburan.
Hal-hal yang dilakukan para brahmana di Indonesia dalam rangka penghinduan, antara lain,
- Abhiseka, yaitu upacara penobatan raja,
- Vratyastoma, yaitu upacara pembersihan diri (pemberian kasta),
- Kulapanjika, yaitu menawarkan silsilah raja, dan
- Castra, yaitu cara membuat mantra.
6. Teori arus balik
Menurut teori ini, bangsa Indonesia tidak hanya mendapatkan pengetahuan agama dari orang-orang gila yang datang. Mereka juga aktif mencari ilmu agama di negeri orang dan menyebarkannya sehabis kembali ke kampung halamannya.
Adapun teori mengenai perkembangan kebudayaan Hindu-Buddha India di Asia, khususnya di Nusantara, sebagai berikut.
- Kerajaan Kalingga di India pada periode ke-3 ditaklukkan Raja Ashoka dari Arya sehingga banyak warganya yang bermigrasi ke Indonesia.
- Invasi (penguasaan) suku Khusana ke Indonesia mengakibatkan banyak warganya yang bermigrasi ke Indonesia.
- Coedes beropini bahwa kontak hinduisme ke Nusantara terjadi lantaran adanya larangan mencari emas ke Siberia oleh Kaisar Vespasianus. Oleh lantaran itu, para pedagang India mencari emas ke Swarnadwipa (Sumatra).
Bukti adanya imbas Hindu-Buddha di Indonesia sebagai berikut.
- Adanya arca Buddha bergaya amarawati (gaya India Selatan) di Sempaga, Sulawesi Selatan, dan di Jember. Arca di Sempaga merupakan yang tertua. Selain itu, ditemukan pula arca bergaya gandhara (India Utara) di Bukit Siguntang (Sumatra Selatan) dan Kota Bangun, Kutai.
- Adanya prasasti berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta di Kutai dan Tarumanegara.
- Adanya penganut agama Hindu dan Buddha di Indonesia.
- Berkembangnya seni patung di Indonesia.
- Penggunaan istilah warman sebagai nama raja mirip di India.
- Munculnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha.
- Penggunaan bahasa Sanskerta dan goresan pena Pallawa dalam kehidupan masyarakat.
- Adanya sistem kemaharajaan.
- Adanya kitab-kitab sastra yang bercorak Hindu.
C. Proses Interaksi Masyarakat di Berbagai Daerah dengan Tradisi Hindu-Buddha
Masuknya suatu kebudayaan gila ke dalam lingkup suatu masyarakat sanggup menjadikan tiga kemungkinan: kedua kebudayaan itu akan berakulturasi, berjauhan, atau salah satu hancur. Akulturasi kebudayaan yaitu pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang melaksanakan kebudayaan baru. Dalam perkembangan kehidupan masyarakat Nusantara ketika terjalin kekerabatan dagang antara India, Cina, dan Indonesia, terjadilah akulturasi budaya. Akulturasi budaya Hindu-Buddha India dengan budaya orisinil Nusantara secara hening melahirkan budaya gres yang disebut budaya Hindu-Buddha Nusantara. Menghadapi proses akulturasi tersebut, berdasarkan para ahli, bangsa Indonesia bersikap pasif maupun aktif. Pada awalnya bersikap pasif mendapatkan ajaran-ajaran baru, di kemudian hari aktif mencari ilmu hingga mengirim pelajarnya ke luar negeri dan mengundang brahmana dari luar negeri untuk memberi pelajaran.
Proses akulturasi selama berabad-abad menjadikan sinkretisme antara kedua agama tersebut dan unsur budaya orisinil hingga lahirlah agama gres yang dikenal sebagai Syiwa Buddha. Sinkretisme yaitu paham atau aliran gres yang merupakan perpaduan dari beberapa paham untuk mencari keserasian dan keseimbangan. Aliran ini berkembang pesat pada periode ke-13 M. Penganutnya, antara lain, Raja Kertanegara dan Adityawarman.
Akulturasi budaya paling gampang kita lihat dalam bentuk kesenian, mirip seni rupa, seni sastra, dan seni bangunan yang merupakan unsur kebudayaan material. Akulturasi budaya ini juga sanggup kita saksikan dalam upacara-upacara ritual. Pelaksanaan proses akulturasi tersebut dilakukan oleh para cendekiawan, agamawan, arsitek, sastrawan istana maupun rakyat, dan para seniman.
1. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni bangunan
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha dalam bidang arsitektur atau seni bangunan sanggup kita lihat dengan terang pada candi-candi. Ada perbedaan fungsi antara candi dalam agama Hindu dan candi dalam agama Buddha. Dalam agama Hindu, candi difungsikan sebagai makam. Adapun dalam agama Buddha, candi berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Meski difungsikan sebagai makam, namun tidak berarti bahwa mayat atau debu mayat dikuburkan dalam candi. Benda yang dikubur- kan atau dicandikan yaitu macam-macam benda yang disebut pripih. Pripih ini dianggap sebagai lambang zat jasmaniah yang rohnya sudah bersatu dengan tuhan penitisnya. Pripih ini diletakkan dalam peti watu di dasar bangunan, kemudian di atasnya dibuatkan patung tuhan sebagai perwujudan sang raja. Arca perwujudan raja itu umumnya yaitu Syiwa atau lambang Syiwa, yaitu lingga. Pada candi Buddha, tidak terdapat pripih dan arca perwujudan raja. Abu mayat raja ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Bangunan candi terdiri atas tiga bagian, yaitu kaki, tubuh, dan atap.
- Kaki candi berbentuk persegi (bujur sangkar). Di tengah-tengah kaki candi inilah ditanam pripih.
- Tubuh candi terdiri atas sebuah bilik yang berisi arca perwujudan. Dinding luar sisi bilik diberi relung (ceruk) yang berisi arca. Dinding relung sisi selatan berisi arca Guru, relung utara berisi arca Durga, dan relung belakang berisi arca Ganesha. Relung-relung untuk candi yang besar biasanya diubah.
- Atap candi terdiri atas tiga tingkat. Bagian atasnya lebih kecil dan pada puncaknya terdapat lingga atau stupa. Bagian dalam atap (puncak bilik) ada sebuah rongga kecil yang dasarnya berupa watu segi empat dengan gambar teratai merah, melambangkan takhta dewa. Pada upacara pemujaan, jasad dari pripih dinaikkan rohnya dari rongga atau diturunkan ke dalam arca perwujudan. Hiduplah arca itu menjadi perwujudan almarhum sebagai dewa.
Bangunan candi di Indonesia yang bercorak Hindu, antara lain, candi Prambanan, candi Sambisari, candi Ratu Boko, candi Gedongsongo, candi Sukuh, candi Dieng, candi Jago, candi Singasari, candi Kidal, candi Panataran, candi Surawana, dan gapura Bajang Ratu. Bangunan candi yang bercorak Buddha, antara lain, candi Borobudur, candi Mendut, candi Pawon, candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, dan candi Muara Takus.
Beberapa peninggalan bangunan lain yang mirip candi sebagai berikut:
- Patirtan atau pemandian, misalnya, patirtan di Jalatunda dan Belahan (lereng Gunung Penanggungan), di candi Tikus (Trowulan), dan di Gona Gajah (Gianyar, Bali).
- Candi Padas di Gunung Kawi, Tampaksiring. Di tempat ini terdapat sepuluh candi yang dipahatkan mirip relief pada tebing-tebing di Pakerisan.
- Gapura yang berbentuk candi dan mempunyai pintu keluar masuk. Contoh candi semacam ini yaitu candi Plumbangan, candi Bajang Ratu, dan candi Jedong.
- Jenis gapura lainnya yang berbentuk mirip candi yang dibelah dua untuk jalan keluar masuk. Contoh candi semacam ini yaitu candi Bentar dan candi Wringin Lawang.
2. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni rupa
Seni rupa Nusantara yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Buddha dari India yaitu seni pahat atau ukir dan seni patung. Seni pahat atau ukir umumnya berupa hiasan-hiasan dinding candi dengan tema suasana Gunung Mahameru, tempat kediaman para dewa. Hiasan yang terdapat pada ambang pintu atau relung yaitu kepala kala yang disebut Banaspati (raja hutan). Kala yang terdapat pada candi di Jawa Tengah selalu dirangkai dengan makara, yaitu sejenis buaya yang menghiasi potongan bawah kanan kiri pintu atau relung.
Pola hiasan lainnya berupa daun-daunan yang dirangkai dengan sulur-sulur melingkar menjadi sulur gelung. Pola ini menghiasi bidang naik horizontal maupun vertikal. Ada juga bentuk-bentuk hiasan berupa bunga teratai biru (utpala), merah (padam), dan putih (kumala). Pola-pola teratai ini tidak dibedakan berdasarkan warna, melainkan detail bentuknya yang berbeda-beda. Khususnya pada dinding candi di Jawa Tengah, terdapat hiasan pohon kalpataru (semacam beringin) yang diapit oleh dua ekor binatang atau sepasang kenari.
Beberapa candi mempunyai relief yang melukiskan suatu cerita. Cerita tersebut diambil dari kitab kesusastraan ataupun keagamaan. Gaya relief tiap-tiap tempat mempunyai keunikan. Relief di Jawa Timur bergaya mayang dengan objek-objeknya berbentuk gepeng (dua dimensi). Adapun relief di Jawa Tengah bergaya naturalis dengan lekukan-lekukan yang dalam sehingga memberi kesan tiga dimensi. Pada masa Kerajaan Majapahit, relief di Jawa Timur menggandakan gaya Jawa Tengah dengan menawarkan latar belakang pemandangan sehingga tercipta kesan tiga dimensi.
Relief-relief yang penting sebagai berikut.
- Relief candi Borobudur menceritakan Kormani-bhangga, menggambarkan perbuatan insan serta hukum-hukumnya sesuai dengan Ganda- wyuha (Sudhana mencari ilmu).
- Relief candi Roro Jonggrang menceritakan kisah Ramayana dan Kresnayana.
Seni patung yang berkembang umumnya berupa patung atau arca raja pada sebuah candi. Raja yang sudah meninggal dimuliakan dalam wujud arca dewa. Contoh seni patung hasil kebudayaan Hindu-Buddha sekarang sanggup kita saksikan di candi Prambanan (patung Roro Jonggrang) dan di Museum Mojokerto (Jawa Timur). Salah satu koleksi museum tersebut yang terindah yaitu patung Airlangga (perwujudan Wisnu) dan patung Ken Dedes.
3. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap seni sastra
Wiracarita atau kisah kepahlawanan India yang memasyarakat di Indonesia dan memengaruhi kehidupan serta perkembangan sosial budaya yaitu kisah Mahabharata dan Ramayana. Kitab Mahabharata terdiri atas delapan belas jilid (parwa). Setiap jilid terbagi lagi menjadi beberapa potongan (juga disebut parwa) yang digubah dalam bentuk syair. Cerita pokoknya mencakup 24.000 seloka. Sebagian besar isi kitab ini menceritakan peperangan sengit selama delapan hari antara Pandawa dan Kurawa. Kata Mahabharatayudha sendiri berarti peperangan besar antarkeluarga Bharata. Menurut cerita, kitab ini dihimpun oleh Wiyasa Dwipayana. Akan tetapi, para jago sejarah beranggapan bahwa lebih masuk logika jikalau kitab itu merupakan kumpulan aneka macam kisah brahmana antara tahun 400 SM hingga 400 M.
Kitab Ramayana dikarang oleh Walmiki. Kitab ini terdiri atas tujuh jilid (kanda) dan digubah dalam bentuk syair sebanyak 24.000 seloka. Kitab ini berisi usaha Rama dalam merebut kembali istrinya, Dewi Sinta (Sita), yang diculik oleh Rahwana. Dalam perjuangannya, Rama yang selalu ditemani Laksmana (adiknya) itu menerima sumbangan dari pasukan simpanse yang dipimpin oleh Sugriwa. Selain itu, Rama juga dibantu oleh Gunawan Wibhisana, adik Rahwana yang diusir oleh kakaknya lantaran bermaksud membela kebenaran (Rama). Perjuangan tersebut menjadikan peperangan besar dan banyak korban berjatuhan. Di selesai cerita, Rahwana beserta anak buahnya gugur dan Dewi Sinta kembali kepada Rama.
Akulturasi di bidang sastra sanggup dilihat pada adanya modifikasi cerita-cerita orisinil India dengan unsur tokoh-tokoh Indonesia serta peristiwa-peristiwa yang seperti terjadi di Indonesia. Contohnya yaitu penambahan tokoh punakawan (Semar, Bagong, Gareng, Petruk) dalam kisah Mahabharata. Bahkan, dalam literatur-literatur keagamaan Hindu-Buddha di Indonesia sulit kita temukan kisah orisinil mirip yang ada di negeri asalnya. Pengaruh kebudayaan India yang dipertahankan dalam kesusastraan yaitu gagasan, konsep, dan pandangan-pandangannya.
4. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap sistem pemerintahan
Salah satu rujukan positif imbas kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia yaitu perubahan sistem pemerintahan. Sebelum imbas Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, struktur sosial orisinil masyarakat Indonesia berbentuk suku-suku dengan pimpinannya ditunjuk atas prinsip primus inter pares. Setelah imbas Hindu-Buddha masuk, sistem pemerintahan ini bermetamorfosis kerajaan. Kepemimpinan kemudian diturunkan kepada keturunan raja. Raja dan keluarganya kemudian membentuk kalangan yang disebut bangsawan.
Dalam perkembangannya, ada dua corak kerajaan berdasarkan budaya HinduBuddha. Kerajaan-kerajaan bercorak Hindu, antara lain, Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Mataram Hindu (Mataram Kuno), Kahuripan (Airlangga), dan Majapahit. Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu terbesar. Adapun kerajaan-kerajaan bercorak Buddha, antara lain, Kerajaan Holing (Kalingga), Melayu, Sriwijaya, dan Mataram Buddha. Kerajaan Sriwijaya yaitu kerajaan Buddha terbesar di Indonesia.
5. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha terhadap sistem kepercayaan
Pada dikala budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia, masyarakat masih menganut kepercayaan asli, yaitu animisme dan dinamisme. Akibat adanya proses akulturasi, agama Hindu dan Buddha kemudian diterima penduduk asli. Dibandingkan agama Hindu, agama Buddha lebih gampang diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga sanggup berkembang pesat dan menyebar ke aneka macam wilayah. Sebabnya yaitu agama Buddha tidak mengenal kasta, tidak membeda-bedakan manusia, dan menganggap semua insan itu sama derajatnya di hadapan Tuhan (tidak diskriminatif). Menurut agama Buddha, setiap insan sanggup mencapai surga asalkan baik kebijaksanaan pekertinya dan berjasa terhadap masyarakat.
6. Sistem perdagangan dan transportasi
Kekayaan bumi Nusantara telah dikenal luas semenjak dahulu. Kemenyan, kayu cendana, dan kapur barus dari Indonesia telah dikenal di Cina menyaingi materi wangi-wangian lainnya dari Asia Barat. Begitu pula aneka macam jenis rempah-rempah, mirip lada dan cengkih, serta hasil-hasil kerajinan dan aneka macam jenis binatang khas yang unik. Awalnya, pedagangpedagang dari India yang singgah di Indonesia membawa barang-barang tersebut ke Cina.
Seiring dengan perkembangan perdagangan internasional, kekerabatan dagang antara Indonesia – India – Cina pun berkembang. Wolters beropini bahwa perkembangan ini akhir dari perilaku terbuka dan bersahabat dengan orang gila serta penghargaan terhadap barang dagangan yang dibawa orang asing. Sikap ini pula yang memungkinkan agama Hindu-Buddha sanggup berkembang di Indonesia.
Dalam aneka macam prasasti yang ditemukan, disebutkan bahwa pada periode ke-5 Masehi, bangsa Indonesia telah bisa turut serta dalam perdagangan maritim internasional Asia. Perkembangan ini dipicu pula oleh perkembangan teknologi transportasi pelayaran. I-Tsing, musafir dan pendeta Buddha dari Cina yang mampir ke Indonesia pada periode ke-7 dalam perjalanannya ke India dengan menumpang kapal milik Sriwijaya, menyampaikan bahwa pada awalnya bangsa Indonesia memang telah bersahabat dengan dunia pelayaran, meski gres terbatas pada pulau-pulau yang berdekatan. Alat transportasi yang dipakai yaitu kapal cadik berukuran kecil. Bersamaan dengan munculnya kerajaan-kerajaan besar, mirip Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit, mulailah dikenal teknologi pembuatan kapalkapal yang lebih besar dan pelayaran yang dilakukan sanggup menjangkau jarak yang lebih jauh. Bangsa Indonesia jadi sanggup berperan lebih aktif dalam perdagangan internasional dengan berlayar sendiri ke negara-negara yang biasanya berdagang dengan Indonesia. Hal ini tergambar dalam relief candi Borobudur. Tiga jenis kapal yang digambarkan dalam relief tersebut yaitu bahtera lesung, kapal besar tidak bercadik, dan kapal bercadik.
7. Sistem penguasaan tanah
Tanah dalam lingkungan sebuah kerajaan secara umum menjadi milik kerajaan. Namun, pengolahan atau pemanfaatan diserahkan kepada rakyat yang hidup dalam lingkup kerajaan tersebut. Hak pemanfaatan lahan ini disebut hak anggaduh, artinya rakyat hanya dipinjami tanah oleh raja. Tanah garapan itu sanggup dipindahtangankan kepada rakyat lainnya dalam lingkup kerajaan yang sama dan hak anggaduh tersebut sanggup dipakai secara turun temurun. Akan tetapi, jikalau sewaktu-waktu raja memintanya kembali, misalnya, untuk keperluan pendirian candi atau bangunan milik kerajaan atau suatu kepentingan umum lainnya, rakyat tidak sanggup menolak.
8. Sistem pajak
Pengembangan dan jaminan kelangsungan suatu kerajaan tentu memerlukan biaya. Biaya ini diambil dari hasil perdagangan, pertanian, dan pungutan pajak kepada rakyat. Pajak dipungut oleh pejabat di tingkat tempat dari desa-desa yang ada di wilayahnya. Setiap habis panen, pajak tersebut wajib diserahkan pada kerajaan. Di tingkat pusat, ada petugas khusus yang bertugas mencatat luas tanah di wilayah kerajaan untuk dijadikan dasar perhitungan penetapan pajak yang wajib dipungut. Rakyat diwajibkan untuk membayar pajak tepat waktu.
9. Tenaga kerja
Tenaga kerja berasal dari rakyat. Dalam hal ini, rakyat merupakan abdinya yang harus menaati semua perintahnya. Hal ini dikarenakan pada masa itu, kekuasaan raja merupakan kekuasaan tertinggi dan mutlak lantaran raja dianggap sebagai penjelmaan tuhan di bumi dan memerintah atas nama dewa. Oleh lantaran itu, rakyat dituntut untuk bersikap setia kepada raja.
10. Perkembangan tradisi Hindu-Buddha
Pada masa berkembangnya agama Hindu-Buddha di Nusantara, tradisi Hindu- Buddha mengalami perkembangan yang cukup pesat di wilayah Nusantara dalam aneka macam sektor sebagai berikut.
a. Sistem struktur sosial masyarakat
Masuk dan berkembangnya agama Hindu di Indonesia memengaruhi sektor kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk sistem dan struktur sosial masyarakatnya. Pengaruhnya sanggup dilihat melalui diterapkannya sistem pembagian kasta pada masyarakat Indonesia. Sistem pembagian kasta di Indonesia tidak mirip yang ada di India, akan tetapi merupakan sistem pengelompokan masyarakat melalui tingkatantingkatan kehidupan masyarakat dan berlaku turun temurun. Hal ini untuk memperlihatkan status sosial dalam masyarakat Indonesia. Sementara itu, di India perbedaan sistem kasta sangat fundamental lantaran untuk membedakan status sosial antara golongan Arya dan Dravida.
Pada masyarakat Indonesia yang menerima imbas Buddha muncul pembagian kelompok masyarakat bhiksu dan bhiksuni, yaitu kelompok masyarakat yang tinggal di wihara-wihara dan hidup mementingkan rohani saja, tata kehidupan duniawi mulai ditinggalkan. Kelompok masyarakat yang lain yaitu kelompok masyarakat umum, yakni kelompok masyarakat yang masih mementingkan hidup duniawi. Sistem dan struktur masyarakat Indonesia yang menerima imbas Hindu-Buddha berkembang pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Mataram. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan maritim di mana kehidupan rakyatnya banyak bergantung pada kelautan. Sriwijaya banyak menguasai jalur-jalur dan sentra perdagangan maka Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar dan penting, karenanya menjadi kerajaan nasional yang pertama di Nusantara.
Kerajaan Mataram Hindu terdiri atas tempat sentra yang dikenal dengan ibu kota kerajaan (tempat tinggal raja, putra raja, kerabat dekat raja, serta pejabat tinggi kerajaan) dan tempat watak, yaitu tempat yang dikuasai para rakai atau pamgat yang berkedudukan sebagai pegawai tinggi kerajaan yang berkedudukan turun-temurun.
b. Pemerintahan
Sebelum imbas Hindu ke Nusantara, bangsa Indonesia sudah mengenal sistem pemerintahan, yakni dari seorang kepala suku dikenal bentuk kesukuan, seorang kepala suku menduduki jabatannya berdasarkan kemampuan yang dimiliki, maka ia pemimpin yang dipilih oleh kelompok sukunya secara demokratis. Mereka mempunyai kelebihan dalam anggota kelompoknya.
Masuk dan berkembangnya agama Hindu dan Buddha di Indonesia membawa imbas yakni mulai lahirnya kerajaan. Kerajaan Hindu pertama di Indonesia yaitu Kerajaan Kutai dengan rajanya Mulawarman. Raja berkuasa secara turun temurun sehingga keluarga raja mempunyai kehormatan di tengah-tengah masyarakat negara. Raja mempunyai kekuasaan tunggal, tidak ada forum yang bisa menandingi kekuasaan raja.
c. Kesenian
Perkembangan bidang kesenian tampak sekali dalam seni bangunan, seni rupa, dan seni sastra.
- Seni bangunan yakni adanya bangunan candi Hindu dan candi Buddha yang banyak ditemukan di Nusantara. Dasar pembangunan candi berasal dari zaman megalitikum sehingga candi-candi yang ada di Nusantara mempunyai bentuk bangunan yang megah serta punden berundak mirip yang tampak pada candi Borobudur.
- Seni rupa, seni lukis yang masuk ke Nusantara berkembang, ditandai dengan ditemukannya patung Buddha berlanggam Gandara di Kota Bangun Kutai, dan patung Buddha berlanggam Amarawati yang ditemukan di Sulawesi, adanya hiasan bahtera yang memperlihatkan majunya seni di Nusantara dikala itu serta pada dinding candi Prambanan kita jumpai relief Ramayana.
- Dalam bidang sastra, seni sastra Hindu banyak kita jumpai pada prasasti-prasasti serta kitab-kitab sastra. Banyak prasasti di Nusantara memakai bahasa Sanskerta bahkan kitab-kitab sastra zaman Hindu mayoritas memakai bahasa tersebut dan goresan pena Palawa.
d. Perkembangan teknologi
Kemajuan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Sebelum imbas Hindu masuk ke Nusantara bangsa Indonesia sudah mempunyai teknologi yang tinggi khususnya dalam pembuatan alat kehidupan baik yang terbuat dari watu atau logam.
Kemajuan teknologi sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Sebelum imbas Hindu masuk ke Nusantara bangsa Indonesia sudah mempunyai teknologi yang tinggi khususnya dalam pembuatan alat kehidupan baik yang terbuat dari watu atau logam.
Setelah adanya imbas Hindu, teknologi semakin maju, contohnya pembuatan candi. Jika dibandingkan dengan candi-candi di India maka candi di Indonesia jauh lebih megah dan kokoh mirip candi Borobudur, candi Prambanan. Dengan demikian, bangsa Indonesia mempunyai pengetahuan teknologi yang sudah tinggi.
e. Perkembangan pendidikan
Pendidikan berkembang pesat sehabis adanya imbas Hindu, yakni masyarakat menerima pendidikan yang dilakukan para pendeta Hindu dan Buddha. Mereka ada yang mencar ilmu kepada pendeta dengan pergi ke rumah-rumah pendeta atau berada di tempat khusus mirip wihara-wihara. Kaum Brahmana yang menawarkan pendidikan serta mengajarkan agama Hindu kepada masyarakat di daerah-daerah membuka tempat-tempat pendidikan yang dikenal Pasraman. Di Pasraman inilah, masyarakat Indonesia mendapatkan aneka macam pengetahuan yang diajarkan para Brahmana.
Sumber : bse.kemdikbud.go.id
Pengaruh Perkembangan Hindu-Buddha pada Masyarakat Indonesia
MARKIJAR : MARi KIta belaJAR
Sumber http://www.markijar.com/