Salah satu di antara jenis-jenis karangan semi ilmiah yakni opini. Karangan ini merupakan karangan yang berisi pandangan atau pendapat seseorang terhadap suatu hal, terutama terhadap informasi yang merebak di masyarakat. Karangan ini sendiri merupakan karangan yang bersifat subjektif. Meski begitu, penulis opini harus bisa menampilkan sejumlah bukti kasatmata biar opini yang disampaikannya bisa diterima oleh khalayak.
Opini biasanya ditulis di banyak sekali jenis media massa, termasuk di media koran. Pada artikel kali ini, kita akan mengetahui menyerupai apa tumpuan sebuah goresan pena opini yang dimuat di sebuah koran. Adapun tumpuan tersebut bisa disimak sebagaimana berikut ini!
Bangsa Juara*
Oleh: Asep Kadarohman
Siapa pun yang meraih prestasi tingkat nasional, regional, apalagi internasional, pada umumnya hidupnya niscaya akan terjamin. Selain terkenal, mereka juga akan mendapat pekerjaan yang sesuai dengan prestasi yang diraihnya dan memperleh penghsilan yang memuaskan. Ia akan disanjung dan dipuja serta dimanjakan. Itulah nasib para juara di negara maju yang menghargai prestasi. Lalu, bagaimana dengan di Indonesia?
Di Indonesia juga sama, siapa pun yang juara akan selalu disanjung dan dipuja. Mereka juga akan mendapat abeja penghargaan, penghormatan, dan kesejahteraan. Akan tetapi, pada umumnya, penghargaan yang diberikan bersifat sementara. Setelah juara, ya sudah. Tidak ada lagi perlakuan berikutnya, kecuali jikalau yang bersangkutan berinisiatif melanjutkan prestasinya secara mandiri. Mereka yang mengandalkan forum tertentu untuk menampung dan berbagi bakatnya kerapkali menghadapi kendala. Alih-alih tambah berprestasi, para jawara justru kerap putus asa alasannya menghadapi kenyataan pahit yang tak seirama dengan prestasi yang diraih.
Jika beliau seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka beliau tidak serta-merta menduduki jabatan tertentu alasannya prestasinya. Banyak pintu yang harus dilaluinya biar bisa menduduki jabatan itu. Kalau harus enduduki jabatan tertentu, kadang tidak sesuai dengan pendidikan dan prestasi yang diraihnya. Bahkan, tidak jarang mereka mendapatkan job yang jauh dari bidang yang ditekuninya. Pada kenyataannya, jabatan di PNS lebih bersifat “urut kacang”; siapa yang senior maka beliau yang mendapat jabatan tersebut. Kalaupun seseorang naik jabatan yang istimewa, terkadang itupun alasannya kedekatannya dengan sejumlah pengambil kekuasaan.
Di luar semua hambatan teknis di atas, hambatan yang paling fundamental yakni alasannya kultur kita belum aman bagi peraih prestasi. Kita masih memelihara “budaya” bahwa menang itu mengalahkan. Maka, siapa pun yang meraih prestasi, berarti beliau “mengancam” bagi orang lain, terutama pimpinan yang bisa setiap dikala harus rela digusur untuk memberi kawasan bagi yang berprestasi tersebut. Sebaliknya, adanya orang yang berprestasi justru memunculkan tindakan kontraproduktif berupa penjegalan terhadap orang-orang berprestasi tersbeut. Jika iklim berprestasi di tanah air masih menyerupai ini, kapankah Indonesia akan maju dan menjadi bangsa juara?
Demikianlah tumpuan opini di koran dalam bahasa Indonesia. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai opini khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya.
Jika pembaca ingin menambah referensi soal karangan semi ilmiah, maka pembaca bisa membuka beberapa artikel berikut, yaitu: contoh biografi singkat, contoh biografi orang sukses, contoh autobiografi singkat ihwal diri sendiri, contoh esai sastra, pengertian dan tumpuan memoar, serta artikel contoh memoar singkat.
Sekian dan juga terima kasih.
*Contoh opini ini dikutip dari koran Pikiran Rakyar edisi 29 Agustus 2016 (dengan sedikit perubahan). Adapun tumpuan opini dibahas hanyalah separuh dari teks aslinya yang terlalu panjang untuk ditulis di artikel ini.
Sumber https://dosenbahasa.com