Wednesday, June 26, 2019

√ 5 Teladan Puisi Sektet Dalam Bahasa Indonesia

Puisi merupakan suatu karya sastra yang mengandung pikiran dan perasaan yang disampaikan dengan penulisan dan iraa tertentu. Puisi memiliki sejumlah jenis, di mana salah satunya yaitu sektet. Sektet merupakan salah satu diantara macam-macam puisi gres menurut bentuknya, selain contoh puisi distikon dan contoh puisi terzina. Sektet sendiri merupakan puisi gres yang tiap baitnya terdiri atas 6 baris. Supaya pembaca lebih paham jenis puisi ini, berikut ditampilkan beberapa referensi puisi sektet dalam bahasa Indonesia yang bisa dilihat di bawah ini.


Contoh 1:


Kanjeng Nabi*

Karya: Candra Malik


Duh, kanjeng Muhammad.


Pagi ini saya murung sekali.

Muhammad yang kucintai

sedemikian dibenci

sampai ditelanjangi

dengan gambar hewani

dan disumpahserapahi.


Pagi ini saya murung luar biasa.

Muhammad yang kucinta

dibela membabi buta

sampai membunuhi manusia

dengan angkara murka

menyebut nama Tuhannya.


Entah hati, akal, atau apa.

Manusia tapi tidak manusiawi.

Entah Benci entah cinta.

Najis bercampur dengan suci.

Benar dan salah sekarang serupa.

Akal jadi brutal, hati jadi nyali.


Muhammad tak ibarat itu.

Tidak gambarmu, tidak gambarku.

Dia hidup tenang dalam kalbu

meski dihina dari segala penjuru.

Dialah Muhammad yang kurindu

dan kubela tanpa membencimu.


8 Januari 2015


*Sumber: Candra Malik, Asal Muasal Pelukan, hlm 63-64.


Contoh 2:


Pendaratan Malam*

Karya: Sitor Situmorang


Tentara tak berbekal mendarat

Di malam disuburkan lapar

(Bila fajar bawa berita

Kayu apung istirahat mereka)

Tentara tak berbekal mendarat

Di malam disuburkan lapar


*Sumber: Sitor Situmorang, Dalam Sajak, hlm 42.


Contoh 3:


Ranjang Ibu*

Karya: Joko Pinurbo


Ia gemetar naik ke ranjang

sebab menginjak ranjang serasa menginjak

rangka badan ibunya yang sedang sembahyang.

Dan kalau sesekali ranjang berderak atau berderit,

serasa terdengar gemeretak tulang

ibunya yang sedang terbaring sakit.


(2004)


*Sumber: Joko Pinurbo, Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, hlm 124.


Contoh 4:


Puasa*

Karya: Joko Pinurbo


– untuk Hasan Aspahani


Saya sedang mencuci celana yang pernah

saya pakain untuk mencekik leher saya sendiri.

Saa sedang mencuci kata-kata

dengan keringat yang saya tabung setiap hari.

Dari kamar mandi yang jauh dan sunyi

saya ucapkan selamat menunaikan Ibadah Puisi.


(2007)


*Sumber: ibid, hlm 152.


Contoh 5:


Bunda dan Anak*

Karya: Rustam Effendi


Masak Jambak,

buah sebuah

diperam alam di ujung dahan.

Merah darah

beruris-uris

bendera masak bagi selera.


Lembut umbut,

disantap sayap.

Keroak pipi pengobat haus.

Harum baun

sumarak jambak.

Di bawah pohon terjatuh raum


Lalu ibu

di pokok pohon.

Tersarung hidung, terjatuh mata

pada pala,

tinggal sepenggal.

Terpecik liur di bawah lidah.


Belum jambu

masuk direguk,

terkenang anak, terkalang dirangkung.

Dalam talam,

bunda bersimpan

menanti putra si bungsu sulung.


Anak lasak

tersera-sera.

Budan berlari mengambil jambu.

Ibu sungguh

buah sebuah,

sedapnya sama dirasa ibu.


Renguk sunut,

merajut… rajuk.

Bakhil disangka cintanya bunda.

Keluar pagar

jambu dilempar.

Ibu berdiam, mengurut dada.


*Sumber: Kepada Puisi, http://kepadapuisi.blogspot.co.id/2017/01/roestam-effendi-percikan-permenungan.html. (diakses pada 8 Februari 2018, pukul 15.18)


Demikianlah beberapa referensi puisi sektet dalam bahasa Indonesia. Jika pembaca ingin mengetahui beberapa referensi dari jenis-jenis puisi gres lainnya, maka pembaca bisa membuka artikel contoh puisi balada, contoh puisi himne, contoh puisi romance, contoh puisi epik, contoh puisi dramatik, serta contoh puisi subjektif dan objektif. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi para pembaca sekalian, baik itu mengenai puisi khususnya, maupun bahasa Indonesia pada umumnya. Sekian dan terima kasih.



Sumber https://dosenbahasa.com