Siapa yang suka cireng? Angkat ketek tangannya tinggi-tinggi. Jajanan ini salah satu jajanan favorit aku mulai semenjak SD. Kalau jaman sekolah dulu sih jajanan cireng ini berbentuk pipih bundar dan di tusukin pakai tusuk lidi sama si kakak penjualnya. Dan sekarang cireng lebih eksis dengan varian yang lebih kekinian yang biasa kita kenal dengan cireng salju atau biasa dijual dalam kemasan bersamaan dengan bumbu rujak sebagai cocolannya yang biasa dikenal dengan rujak cireng.
Lalu apa hubungannya pantang mengalah dengan cireng? Hmm, bergotong-royong aku mau share pengalaman aku ketika mencoba untuk menciptakan cireng salju sendiri. Bermula alasannya ialah termakan dengan postingan beberapa orang di salah satu grup memasak yang ada di Facebook. Karena kelihatannya gampang dan bahannya juga simple, maka beberapa bulan kemudian aku berniat juga untuk menciptakan cireng salju dari resep yang mereka berikan.
Jujur waktu itu memang aku sama sekali belum pernah ngerasain gimana rasanya cireng salju yang bertekstur agak bernafsu itu. Katanya sih resep ini anti meletus, alasannya ialah memang ada resep cireng yang ternyata ketika menggoreng justru si cireng malah meletus di wajan. Dan sesudah mencoba menciptakan cireng salju persis mengikuti resep yang ada, ternyata percobaan pertama aku gagal pemirsa. Walaupun waktu itu aku belum pernah ngerasain cireng salju, tapi dari penampakannya saja sudah kelihatan tidak persis dengan foto-foto rujak cireng yang dijual di pasaran.
Ah mungkin cara memasak aku saja kali yang belum benar, begitu batin saya. bergotong-royong dari penampakannya sih cireng bikinan aku sama dengan foto cireng si pemberi resep ini yang berwarna putih mulus, namun tengahnya kopong alias gembung gitu. Saat dibikin juga memang si cireng tidak meletus, tapi kenapa bab tengahnya (isinya) terlalu lumer menyerupai belum matang. Akhirnya aku coba lagi yang kedua kalinya dengan resep yang sama dan perlahan-lahan tetap mengikuti petunjuk yang diberikan, namun hasilnya tetap sama. Bahkan sangat berminyak. Dan kalau aku goreng lebih usang lagi semoga bab tengahnya matang merata, si cireng malah semakin gembung dan berwarna kecoklatan. Ternyata beberapa orang juga berkomentar bahwa hasil memasak cirengnya sama persis menyerupai hasil yang aku buat, dan mereka juga beropini bahwa itu gagal dan tidak menyerupai cireng salju yang ada di pasaran.
Maka aku tetapkan untuk mencoba memodifikasinya dengan resep lain hasil bertanya pada mbah Google. Hingga percobaan yang kelima kalinya pun tetap saja gagal. Walaupun rasanya enak, tapi cireng salju buatan aku tetap saja berminyak sangat aneka macam dn teksturnya kurang kasar-kasar. Nyaris menciptakan aku frustasi dan malas untuk menciptakan cireng lagi. Hahaha, cireng oh cireng. Sepertinya gampang ya bikinnya, tapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Lama tidak utak-atik apalagi makan cireng, eh kemarin lusa sanggup buah tangan rujak cireng. Nah, gres kali inilah kesannya aku tahu tekstur dan rasa cireng salju yang sesungguhnya. Hihihi. Ya ampun jadi kepikiran deh untuk bikin cireng lagi. Masih ingin tau banget untuk sanggup berhasil bikin cireng. Langsung deh sanksi di dapur. Secara kan udah sanggup bayangin racikan dan cara memasaknya dari cireng yang sesungguhnya, siapa tahu berhasil. Dan, inilah hasilnya.
![]() |
Penampakan before dan after-nya |
Kaprikornus memang tidak akan ada perjuangan yang sia-sia. Apapun kondisinya, jangan pernah menyerah. Karena kegagalan memang ketidak berhasilan. Namun berkat kegagalan kita sanggup berguru untuk menuju keberhasilan. Kita memang tidak pernah tahu berapa anak tangga yang harus kita naiki untuk hingga ke tujuan. Akan tetapi setiap satu anak tangga yang kita tempuh, menciptakan kita semakin
Sumber http://jemariayumna.blogspot.com