Sunday, April 23, 2017

Penyebab Erupsi Gunung Tangkuban Parahu – Efek – Penanggulangannya

Ada aneka macam macam tipe gunung yang ada di dunia ini. Namun, secara garis besar gunung terbagi atas 2 jenis adalah gunung api aktif dan gunung api tidak aktif atau mati. Di Indonesia keberadaan kedua jenis gunung tersebut cukup banyak jumlahnya. Dari kedua jenis gunung tersebut yang perlu diwaspadai adalah gunung api.


Perlu diketahui juga bila Indonesia berada di atas 3 lempeng tektonik dan salah satunya termasuk lempeng teraktif di dunia. Tidak heran bila Indonesia terutama di sepanjang tempat yang erat dengan Samudra Hindia sering mengalami gempa bumi. Selain itu, pertemuan antara lempeng benua dan juga lempeng samudra menimbulkan adanya gaya angkat atau endogen ke atas permukaan bumi. Lapisan bumi yang terangkat itulah balasannya membentuk beberapa gunung berapi di Indonesia. Jika dirangkai pertemuan antar dua lempeng tersebut sanggup mencapai panjang hingga ke Amerika Selatan. Rangkaian pegunungan tersebut membentuk cincin sehingga tidak heran dipakai istilah ring of fire atau cincin gunung api pada daerah pertemuan kedua lempeng tektonik tersebut.


Di Indonesia persebaran gunung api dimulai dari pantai Sumatera kepingan barat, selatan Pulau Jawa, Bali, hingga hingga pada Pulau Lombok dan Sumbawa. Salah satu gunung api yang gres – gres ini mengalami erupsi pada tanggal 26 Juli 2019 tidak lain adalah Gunung Tangkuban Parahu. Pada klarifikasi kali ini akan dibahas mengenai penyebab, dampak yang diakibatkan Gunung Tangkuban Parahu dikala erupsi terjadi hingga bagaimana cara penanggulangannya. Mari kita simak penjelasannya di bawah ini.


Penyebab Terjadinya Erupsi Gunung Berapi


Ada aneka macam macam tipe gunung yang ada di dunia ini Penyebab Erupsi Gunung Tangkuban Parahu – Dampak – PenanggulangannyaGunung Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia yang cukup terkenal, tepatnya di Bandung, Jawa Barat. Daya tarik dari Gunung Tangkuban Parahu adalah mempunyai beberapa kawah yang pernah mengalami erupsi sebelumnya, beberapa sumber mata air panas, hingga kondisi udara khas pegunungan yang segar jauh dari polusi udara menawarkan nilai tambah tersendiri. Tidak heran bila dalam kondisi tenang, setiap harinya Gunung Tangkuban Parahu akan dikunjungi oleh para wisatawan dari aneka macam daerah dikala ekspresi dominan liburan dan simpulan pekan tiba.


Sekitar pukul 15:48 WIB tepatnya pada tanggal 28 Juli 2019, Gunung Tangkuban Parahu mengalami erupsi. Tidak heran beberapa wisatawan yang sedang berada di sekitar tempat Gunung Tangkuban Parahu mendadak panik dan segera bergegas untuk keluar dari tempat tersebut demi menyelamatkan diri. Saat erupsi sedang terjadi, hampir keseluruhan tempat di Gunung Tangkuban Parahu diselimuti oleh bubuk berwarna hitam yang berasal dari dalam gunung.


Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi atau disingkat dengan sebutan PVMBG menyampaikan penyebab dari terjadinya erupsi Gunung Tangkuban Parahu di Bandung yang terjadi pada hari Jumat tersebut adalah lantaran berkurangnya pasokan air yang berada di tempat gunung. Perlu diketahui bila dikala kejadian terjadi, Indonesia sedang mengalami ekspresi dominan kemarau sehingga ketersediaan air di beberapa tempat berkurang jumlahnya. Di sepanjang bulan Juni hingga Juli 2019 sudah terpantau gempa uap air dan juga asap, diduga kejadian tersebut sebagai akhir berkurangnya air tanah sebagai pengaruh dari perubahan musim. Akibatnya air tanah tersebut gampang mengalami pemanasan dan berakibat terjadi erupsi pendek. Hal itu sanggup dilihat dari material yang dikeluarkan oleh Gunung Tangkuban Parahu berupa lumpur cuek berwarna hitam pekat pada Kawah Ratu. Peristiwa serupa juga pernah terjadi adalah sekitar tahun 2017 dan 2018.


Dampak Erupsi Gunung Tangkuban Parahu


Erupsi Gunung Tangkuban Parahu termasuk ke dalam letusan freatik atau letusan yang sanggup kapan saja terjadi dan berlangsung secara datang – datang tanpa menawarkan tanda – tandanya terlebih dahulu. Kepala Bidang Mitigasi Gunung Api, Gede Suantika menjelaskan bahwa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi memprediksi bila letusan Gunung Tangkuban Parahu ini hampir sama dikala terjadi letusan pada bulan Oktober 2013 yang berlangsung selama seminggu. Akibatnya adanya larangan untuk memasuki tempat Gunung Tangkuban Parahu bagi siapapun pada jarah 1,5 km dari radius kawah.


Tercatat bila gunung telah mengalami peningkatan semenjak tanggal 21 Juli hal tersebut telah dibuktikan dari adanya gempa hembusan sebanyak 425 kali. Hingga puncaknya  terjadi pada tanggal 26 Juli, Gunung Tangkuban Parahu erupsi dan menghasilkan asap pekat berwarna bubuk – bubuk kehitaman yang mencapai ketinggian 200 meter di atas puncak gunung atau sekitar 2.284 meter di atas permukaan laut. Saat erupsi terjadi PVMBG menyampaikan bila bak bubuk berwarna kelabu dan juga erupsi tercatat di seismograf dengan usang durasi sekitar 5 menit 30 detik.


Ada dampak yang diberikan dari erupsi ini adalah bubuk vulkanik yang dikeluarkan oleh Gunung Tangkuban Parahu. Abu tersebut sanggup menawarkan bahaya kesehatan cukup serius menyerupai pada kulit dan kanal pernafasan. Abu vulkanik mengadung silika, mineral dan juga batuan, untuk orang yang mempunyai kulit sensitif bubuk vulkanik sanggup menimbulkan alergi. Sedangkan bila bubuk tersebut terhirup bukan mustahil akan menimbulkan iritasi pada kanal pernafasan. Selain mengeluarkan asap berwarna bubuk – bubuk pekat dan beberapa material debu hitam, dampak lain dari erupsinya Gunung Tangkuban Parahu adalah tidak perlu dikhawatirkan adalah tidak adanya potensi untuk memicu pergerakan patahan Lembang lantaran erupsi gunung yang terjadi termasuk erupsi kecil.


Cara Penanggulangan Erupsi Gunung Tangkuban Parahu


Bencana alam memang tidak sanggup diperkirakan sebelumnya, termasuk dikala erupsi gunung terjadi. Meskipun begitu kita harus siap siaga bila peristiwa erupsi gunung sedang berlangsung. Adapun cara yang sanggup dilakukan dikala erupsi gunung, antara lain:



  1. Jika tinggal di tempat erat dengan gunung berapi, selalu pastikan kacamata dan masker dalam posisi yang gampang dijangkau, bersama dengan senter dan radio yang memakai daya baterai.

  2. Perlu adanya pengetahuan mengenai rute evakuasi.

  3. Sebelum melaksanakan penyelamatan pastikan untuk selalu memakai pakaian berlengan panjang, masker, kacamata. Jika tidak mempunyai masker gunakan kain lembab untuk menutupi wajah.

  4. Jika berada kalian tinggal di tempat yang jauh dari titik erupsi, ada baiknya tutup semua jendela dan pintu serta ventilasi. Hal ini bertujuan untuk mencegah masuknya debu vulkanis ke dalam rumah.

  5. Jangan lupa untuk membersihkan bubuk yang menumpuk di atap rumah.

  6. Bersihkan juga kendaraan, lantaran bubuk vulkanis sanggup merusak mesin dan kepingan logam kendaraan.


Itulah beberapa hal mengenai erupsi Gunung Tangkuban Parahu. Semoga warga sekitar selalu waspada.



Sumber aciknadzirah.blogspot.com