Tuesday, May 9, 2017

√ Asuhan Keperawatan Anak Dengue Hemoragic Fever

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE


A.                Konsep Dasar
1.         Pengertian
Menurut Suriadi (2006:57) “Demam berdarah dengue ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti”.

2.      Etiologi
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod borne viruses (arboviruses). Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in acara oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70o C.Keempat type virus tersebut telah ditemukan di banyak sekali kawasan di Indonesia.Virus yang banyak berkembang di masyarakat ialah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.
Virus ditularkan melalui perantaraan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini berasal dari Mesir dan kemudian menyebar ke seluruh dunia.
Nyamuk  hidup dengan subur di kawasan yang beriklim tropis dan sub tropis. Nyamuk Aedes aegypty hidup dan berkembang biak pada penampungan air higienis yang tidak bekerjasama pribadi dengan tanah menyerupai kolam mandi, kaleng dan ban bekas.

3.      Patofisiologi
Virus hanya sanggup hidup pada sel hidup sehingga harus bersaing dengan selmanusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut tergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi dari infeksi terjadi :
a.         Aktivasi sistem tambahan sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi penyerapan plasma dari ruang intravaskuler ke ekstravaskuler.
b.        Agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan mengakibatkan kelainan fungsi trombosit sebagai tanggapan mobilisasi sel trombosit muda dari sum-sum tulang
c.         Kerusakan  sel endotel pembuluh darah akan merangsang/mengaktivasi faktor pembekuan.
Ketiga faktor diatas akan mengakibatkan :
a.         Peningkatan permeabilitas kapiler

b.        Kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, dan koagulopati.

Bagan 2.1
Patofisiologi Demam Berdarah dengue (silahkan hubungi admin)

1.      Klasifikasi Demam Berdarah Dengue
Derajat penyakit DBD berbeda-beda berdasarkan tingkat keparahannya. klasifikai DBD sanggup dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1
Klasifikasi DBD Menurut WHO
Derajat I
Demam disertai tanda-tanda klinis lain tanpa perdarahan spontan, uji torniket positif, trombositopenia dan hemokonsentrasi
Derajat II
Derajat I disertai perdarahan impulsif dibawah kulit dan atau perdarahan lain
Derajat III
Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit masbodoh lembab, gelisah.
Derajat IV
Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak sanggup diukur.

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2000:76)

4.      Manifestasi klinis
a.       Demam tinggi selama 5 – 7 hari
b.      Perdarahan terutama perdarahan dibawah kulit; ptekie, ekimosis, hematoma
c.       Epistaksis, hematemesis, melena, hematuri
d.      Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
e.       Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
f.       Sakit kepala
g.      Pembengkakan sekitar mata
h.      Pembesaran hati, limpa dan kelenjar getah bening.
i.        Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill time lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).

4.      Pemeriksaan Diagnostik
a.       Isolasi virus dengue
Isolasi virus dilakukan dengan penanaman specimen berupa darah/serum atau plasma pada biakan jaringan nyamuk atau inokulasi/penyuntikan pada nyamuk.
b.      Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang).
c.       Pemeriksaan Serologi
1)      Uji H.I.  (hemoaglutination inhibition test).
2)      Tes pengikatan tambahan (Complement fixation test)
3)      Tes Netralisasi (Neutralization test)
4)      Tes Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay)
5)      Tes IgG Elisa Indirek
d.      Tes cepat dalam bentuk KIT
Tes cepat dalam bentuk KIT Untuk mendeteksi antibody IgM/IgG.
e.       Pemeriksaan Radiologi dan USG
Pada investigasi radiologi dan USG terdapat beberapa kelainan yang sanggup dideteksi yaitu :
1)        Dilatasi pembuluh darah paru
2)        Effusi pleura
3)        Kardiomegali dan effuse perikard
4)        Hepatomegali, dilatasi vena hepatica dan kelainan parenkim hati
5)        Cairan dalam rongga peritoneum
6)        Penebalan dinding vesica velea
5.      Manajemen Medik Secara Umum
a.       Minum banyak 1,5 – 2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
b.      Antipiretik jikalau terdapat demam
c.       Antikonvulsan jika  terdapat kejang
d.      Pemberian cairan infus,dilakukan jikalau pasien mengalami kesulitan minum atau nilai hematokrit cenderung meningkat.  Pemberian cairan biasanya ringer lactate atau nacl, ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan, mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korektor basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
A.                Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue.
1.      Pengkajian
Pengkajian pada pasien anak dengan DBD sanggup dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan investigasi fisik.  Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengelompokan data.
a.         Identitas
Meliputi Identitas klien dan penanggung jawab yang terdiri darinama, umur, jenis kelamin, sgama, status, pendidikan alamat, termasuk tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b.        Keluhan utama
Merupakan segala sesuatu yang paling dirasakan dan dikeluhkan pasien. Klien dengan DBD biasanya mengeluh demam tinggi, nyeri pada anggota badan, dan timbul ruam makulopapular (Mansjoer, 2000:420).
c.         Riwayat kesehatan
1)      Riwayat kesehatan sekarang
Penjelasan mulai dari permulaan klien mencicipi keluhan hingga dengan dibawa ke rumah sakit, dilanjutkan hingga dengan ketika dilakukan pengkajian. Meliputi :
P        :           Paliatif/provokatif
à Apa yang mengakibatkan demam, apa yang memperberat dan yang memperingan demam.
Q       :           Quality-Quantity àBagaimana demam dirasakan, sejauh mana demam dirasakan.
R        :           Region-radiasi  à  dimana tanda-tanda dirasakan, apakah menyebar
S        :           Scale – Severity à  seberapa tingkat keparahan dirasakan,.
T        :           Timed  à  Kapan demam mulai timbul, seberapa sering, tiba-tiba atau bertahap, seberapa usang demamdirasakan
Upaya yang dilakukan, terapi dan perawatan yang telah dilakukan.
2)      Riwayat kesehatan masa lalu
Dikaji apakah klien pernah menderita penyakit yang sama. Tanggal dirawat, ada tidaknya alergi.
3)      Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji apakah dalam keluarga ada yang mennderita penyakit yang sama.
4)      Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
d.        Pola kebiasaan sehari-hari
1)        Pola nutrisi
Dikaji kebiasaan makan  dan minum sehari-hari. Pada pasien DBD biasanya ditemukan mual, muntah, tidak nafsu makan (Suriadi, 2001: 59). Asupan minum harus dikaji lantaran pada pasien DBD terjadi kekurangan volume cairan lantaran peningkatan permeabilitas kapiler.
2)        Pola eliminasi
Pada pasien DBD sanggup terjadi diare atau konstipasi. Dapat juga terjadi melena dan hematuri (Suriadi, 2001:59).
3)        Pola istirahat tidur
Gangguan istirahat tidur sanggup disebabkan lantaran adanya nyeri pada otot dan sakit kepala.
e.         Pemeriksaan fisik
1)        Status kesehatan umum
Dikaji keadaan umum klien. Pada pasien dengan renjatan biasanya terdapat penurunan kesadaran, biasanya pasien gelisah. Nadi yang lemah dan cepat, penurunan tekanan darah dan penurunan suhu mengambarkan terjadinya syok. Dikaji pula berat tubuh dan tinggi tubuh untuk memilih status gizi.
2)        Mata
Terdapat pembengkakan di sekitar mata (Suriadi,2001:59). Konjungtiva anemis pada pasien dengan perdarahan.

3)        Hidung
Kemungkinan terdapat epistaksis (Suriadi, 2001:59)
4)        Mulut dan tenggorokan
Dikaji adanya tanda perdarahan pada gusi, tanda sianosis bibir jikalau terjadi renjatan.  Kemungkinan adanya muntah dan hematemesis (Suriadi, 2001:59)
5)        Abdomen
Ditemukan adanya nyeri pada abdomen dan ulu hati, adanya pembesaran hati dan limpa, serta adanya penumpukan cairan di rongga peritoneum (Mansjoer, 2000 : 421)
6)        Ekstremitas
Capilary refill time lebih dari dua detik dan kulit lembab dan masbodoh mengambarkan adanya syok. Ptekie biasanya muncul pada lengan  jika terdapat trombositopeni (Mansjoer, 2000:59)
f.         Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan perkembangan
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran banyak sekali organ fisik berkaitan dengan duduk kasus perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat tubuh 2 – 4 Kg / tahun dan pada anak perempuan sudah mulai membuatkan ciri sec sekundernya.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.
a.       Aspek motorik
Dimulai pada aspek motorik, anak usia pra sekolah telah sanggup berjalan naik tangga dengan kaki secara berganti-ganti tetapi turun dengan 2 kaki pada satu anak tangga, seringkali meompat pada anak tangga terakhir. Selain itu, anak usia ini bisa mengendarai sepeda roda  tiga dan sanggup berjalan sambil berjingkat. Anak ini sanggup membangun sebuah menara kecil dengan  menggunakan 9-10 kubus. Ia sanggup berjalan, membuka pakaian sendiri dan mulai sanggup mengaitkan kancing. Manipulasi dengan pensil berlanjut terus dan ia bisa untuk meniru suatu lingkaran.
Ketika menginjak usia 3-4 tahun, anak mulai bisa naik dan turun menggunakan satu kaki per anak tangga. Ia bisa melompat dengan satu kaki untuk waktu yang pendek. Kemudian anak ini juga sanggup memperlihatkan ketangkasan yang besar pada tangan dan jari-jari.
Dalam hal menggambar, anak usia pra sekolah sanggup mengggambar orang dalam beberapa bagian. Dari kesemua kemampuan tersebut di atas, pada usia 6 tahun, anak mulai sanggup menggunakan gunting dan pensil dengan baik, serta menjahit dengan kasar.

b.      Aspek Bahasa
Dengan aspek bahasa, anak umur 3 tahun bisa untuk berbicara dengan normal bahkan bisa dikatakan terlalu banyak bicara, tetapi kadang kala terdapat substitusi fonetik yang infantil. Kosakata yang telah dikuasai kira-kira 900 kata. Anak sanggup menggunakan bentuk jamak dan kata ganti serta bahasa berlanjut dari fase holoprastik menjadi fase pembentukan kalimat yang kompleks, secara spesifik kalimat tersebut terdiri dari 6 kata. Anak sanggup pula melaksanakan percakapan dengan banyak sekali derajat yang kompleks dan menanyakan banyakmpertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini anak bahagia sekali mendengarkan cerita-cerita dan seringkali bisa mengadakan improvisasi.
Ketika usia beranjak 4 tahun, anak menguasai 1500 kosakata, lantaran pencapaian bahasa telah mencapai suatu tingkat yang tinggi. Anak sanggup menghubungkan dongeng dari peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman yang gres terjadi. Anak juga bisa untuk bermain dengan kata-kata, mengetahui artinya dan secara kontinu mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Lagu-lagu sederhana sanggup dikuasai dan memahami analogi sederhana.
Berbeda ketika anak berusia 5 tahun, pembicaraannya sudah mulai lancar dan perbendaharaan katanya sangat luas. Anak seringkali menanyakan arti dari suatu kata yang didengarnya. Anak bahagia mendengarkan dongeng dan menceritakannya kembali.
Anak dengan usia 6 tahun, perkembangan bahasanya ditunjukkan dengan menguraikan objek-objek lewat gambar.
c.       Aspek kognitif
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah mulai tampak dengan digunakannya simbol-simbol untuk menuangkan apa yang dipikirkannya, bersikap egosentrik dan berpikiran representatif. Permainan yang digemari oleh anak seusia ini berkaitan dengan fantasi atau khayalan. Konsep waktu mulai dimengerti oleh anak secara bertahap.
Di usia 4 tahun, konsep waktu yang telah diketahui sebelumnya dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, bahagia berguru berhitung, meskipun belum paham dengan angka-angka yang dihitung, sikap egosentrik berangsur menurun dan bisa menyebutkan satu atau lebih uang logam.
Pada usia 5 tahun, anak mulai bisa memahami kata-kata yang keluar dari mulutnya, sanggup menyebutkan 4 warna dasar, mulai tertarik menghubungkan kenyataan yang ada dengan lingkungan sekitarnya dan bisa menyebutkan nama hari.
Usia 6 tahun, anak memperlihatkan perkembangan kognitifnya melalui kemampuan membedakan antara kanan dan kiri, mengenali banyak bentuk dan mematuhi 3 perintah berturut-turut.

d.      Aspek sosialisasi
Di usia 3 tahun, sikap anak usia pra sekalah mengarah pada negativisme, yaitu perlawanan aktif terhadap seruan dan perintah-perintah. Sikap ramah dimunculkan kepada lingkungan, terdapat pemahaman terhadap perubahan, anak juga sudah bisa membedakan jenis kelamin, peraturan-peraturan yang sifatnnya sederhana mulai dipelajari, meskipun diinterpretasikan oleh dirinya sendiri, untuk anak pria cenderung lebih bersahabat dengan ayahnya. Dalam hal berpakaian, anak usia 3 tahun bisa melakukannya sendiri dengan derma seminimal mungkin.
Saat usia beranjak 4 tahun, anak bisa makan sendiri (tidak disuapi), bisa menggunakan garpu, walaupun dengan telapak tangan, sanggup mengunyah menyerupai halnya orang dewasa, ada ketakutan tersendiri terhadap gelap dan binatang. Sikap yang seringkali diperlihatkan pada anak seusia ini ialah suka mengadu, merasa berdikari dan agresif.
Usia 5 tahun dalam perkembangan sosialisasi ditandai dengan melaksanakan aksi kepada anggota keluarga, suasana hati sanggup berubah-ubah, anak memasuki kelompok bermain yang kooperatif, menikmati hiburan yang ada serta mengidentifikasi orang tuanya dari jenis kelamin yang berbeda.

1)   Motorik kasar
Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara sedikit demi sedikit meningkatkan irama dan kehalusan.
2)      Motorik halus
Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
3)      Kognitif
a)        Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
b)        Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
c)        Dapat memperlihatkan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali semenjak awal
d)       Dapat memahami konsep dahulu, kini dan yang akan datang
4)      Bahasa
a)        Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
b)        Memakai semua potongan pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan
c)        Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
d)       Dapat menggunakan kalimat beragam dan gabungan
g.        Data psikososial anak
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menjadikan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan dampak stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stress mencakup ;
1)        Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran.
2)      Fisiologis
a)         Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri
b)        Lingkungan asing
c)         Kebiasaan sehari-hari berubah
d)        Pemberian obat kimia
3)      Reaksi anak ketika dirawat di rumah sakit
a)         Merasa khawatir akan perpisahan
b)        Dapat mengekspresikan perasaan dan bisa bertoleransi terhadap rasa nyeri
c)         Selalu ingin tahu alasan tindakan
d)        Berusaha independen dan produktif
4)      Reaksi orang tua
a)      Kecemasan dan ketakutan tanggapan dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak
b)      Frustasi lantaran kurang informasi terhadap mekanisme dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.

h.        Pengobatan/terapi
Obat yang diberikan, dosis, cara pemberian, waktu/jam pemberian obat dan tanggal pemberian obat.. Menurut Mansjoer (2000) pada DBD obat yang diberikan ialah :
1)        Antipiretik jikalau terdapat demam
2)        Antikonvulsan jika  terdapat kejang
3)        Pemberian cairan infus,
2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ialah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap duduk kasus kasatmata dan resiko tinggi (Doengoes, 2002).
Adapun diagnosa yang muncul pada klien dengan DBD berdasarkan Suriadi(2006: 60) antara lain :
a.       Kekurangan volume cairan bekerjasama dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
b.      Perubahan perfusi jaringan perifer bekerjasama dengan perdarahan.
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
d.      Perubahan proses keluarga bekerjasama dengan kondisi anak.
e.       Hipertermia bekerjasama dengan proses infeksi virus.
3.      Perencanaan Keperawatan
Perencanaan mencakup pengembangan seni administrasi desain untuk mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan (Nursalam, 2001).
Perencanaan keperawatan pada anak dengan demam berdarah dengue sanggup dilihat pada skema dibawah ini :
a.       Kekurangan volume cairan bekerjasama dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
Tujuan        :     Kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria       :     Anak menunjukan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
Intervensi
Rasional
1.      Observasi tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
2.      Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastic, ubun-ubun cekung, produksi urin menurun.
3.      Observasi dan catat intake output

4.      Berikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
5.      Monitor hasil laboratorium: elektrolit, BJ urin, serum albumin
6.      Pertahankan intake dan output yang adekuat
7.      Monitor dan catat berat badan

8.      Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
9.      Kurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (IWL)

1.      Tanda vital menunjukan kondisi pasien
2.      Menunjukan terjadinya dehidrasi



3.      Memberikan informasi keseimbangan cairan
4.      Memenuhi kebutuhan cairan tubuh

5.      Menentukan kebutuhan penggantian dan terapi
6.      Menjaga kesimbangan cairan

7.      Penurunan berat tubuh mengindikasikan dehidrasi
8.      Untuk penggantian cairan tubuh

9.      Mengurangi resiok terjadinyadehidrasi

b.      Perubahan perfusi jaringan perifer bekerjasama dengan perdarahan.
Tujuan  :           Perfusi jaringan adekuat
Kriteria            :           Anak menunjukan tanda-tanda perfusi jaringan perifer adekuat
Intervensi
Rasional
1.      Kaji dan catat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan darah, capillary refill )
2.      Kaji dan catan sirkulasi pada ekstremitas (Suhu, kelembaban, warna)
3.      Observasi tanda-tanda kematian jaringan ekstremitas seperi nyeri, dingin, pembengkakan pada kaki.
Memberi informasi derajat keadekuatan perfusi jaringan dan membantu memilih kebutuhan intervensi

c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bekerjasama dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
Tujuan  :           Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria            :           Anak menunjukan tanda-tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat.

Intervensi
Rasional
1.      Ijinkan anak untuk makan makanan yang sanggup ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada ketika selera makan anak meningkat.
2.      Berikan makanan disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas asupan nutrisi.
3.      Anjurkan pada orang bau tanah untuk memperlihatkan makanan dengan tehnik sedikit tapi sering.
4.      Timbang berat tubuh setiap hari dengan waktu dan skala yang sama.
5.      Pertahankan kebersihan ekspresi pasien.
6.      Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit.
1.      Meningkatkan kerjasama pasien dengan acara diet


2.      Memenuhi kebutuhan nutrisi


3.      Meningkatkan jumlah asupan nutrisi

4.      Mengidentifikasi status nutrisi
5.      Meningkatkan nafsu makan
6.      Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan keluarga





d.      Perubahan proses keluarga bekerjasama dengan kondisi anak.
Tujuan  :           Support koping keluarga adaptif
Kriteria            :           Keluarga menunjukan koping yang adaptif.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji perasaan dan persepsi orang bau tanah atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress.
2.      Ijinkan orang bau tanah dan keluarga untuk memperlihatkan respon secara panjang lebar, dan identifikasi factor yang paling mencemaskan keluarga.
3.      Identifikasi koping yang biasa dipakai dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan.
4.      Tanyakan kepada keluarga apa yang sanggup dilakukan untuk menciptakan anak/keluarga menjadi lebih baik dan jikalau memungkinkan berikan apa yang diminta keluarga.
5.      Penuhi kebutuhan dasar anak
Membuat perasaan terbuka dan bekerjasama dan akan memberi informasi yang sanggup membantu dalam menentukan/mengatasi masalah

e.       Hipertermia bekerjasama dengan proses infeksi virus. 
Tujuan  :           Mempertahankan suhu tubuh normal.
Kriteria            :           Anak menunjukan tanda-tanda vital dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
1.      Ukur tanda vital : suhu

2.      Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
3.      Lakukan “tepid sponge” (seka) dengan air biasa
4.      Tingkatkan intake cairan

5.      Berikan terapi untuk menurunkan suhu.

1.      Pola demam membantu dalam memilih diagnosa
2.      Meningkatkan kerjasama keluarga
3.      Membantu menurunkan demam
4.      Mengganti cairan yang hilang tanggapan evaporasi
5.      Mengurangi demam dengan aksi sentral pada hipotalamus




4.      Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat-klien. Hal yang harus dilakukan ketika melaksanakan implementasi ialah sesuai dengan duduk kasus yang dialami klien dan intervensi yang telah ditulis.
Pada masalah DBD implementasi yang paling penting adalah  untuk pemenuhan kebutuhan cairan tubuh. Observasi keadaan umum dan tanda vital juga sangat penting supaya tidak terjadi stress berat atau renjatan. .
5.      Evaluasi
Evaluasi ialah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang mengambarkan seberapa jauh dignosa keperawatan, planning tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (nursalam, 2006).
Evaluasi/hasil diperlukan dari setiap diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan DBD ialah :
a.         Mencegah terjadinya kekurangan volume cairan menyerupai :
1)        Tanda vital dalam batas normal
2)        Turgor kulit elastik, ubun-ubun datar, produksi urin dalam batas normal.
3)        Intake dan output cairan tercatat
b.        Perfusi jaringan adekuat :
1)        Tanda vital dalam rentang normal, Nadi teraba teratur, kuat, penuh, capillary refill time kurang dari 2 detik.
2)        Ekstremitas hangat
c.       Mempertahankan asupan nutrisi yang sempurna dan adekuat menyerupai :
1)        Menunjukan adanya peningkatan berat badan.
2)        Melaporkan berkurangnya mual, muntah dan anoreksia.
d.      Menunjukan support koping keluarga adaptif
e.   Mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal.



DAFTAR PUSTAKA



Depkes. (2010). Angka Kejadian Demam Berdarah Dengue Provinsi Jawa Barat. www.bankdata.depkes.go.id.  Dibuka tanggal 4 April 2010.

Ginanjar, Genis. (2008). Apa yang Dokter Anda Tidak Katakan Tentang demam Berdarah. Yogyakarata. B. First.

Mansjoer, Arif, dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Media Aesculapius.Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo, Dr., (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan.Edisi Revisi.  Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Nursalam.(2001). Proses & Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan Praktik. Edisi I. Jakarta. EGC.

Pencegahan Demam Berdarah Melalui Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN (2010). www.scribd.com dibuka pada tanggal 21 Maret 2010.

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Volume I. Jakarta.EGC.

Smeltzer, Suzzane C. Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Volume I. Jakarta. EGC.

Speer, Kathleen Morgan. ((2007) Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical Pathways.Edisi III. Jakarta. EGC.

Suriadi, SKp, MSN dan Yuliani, Rita, SKp, M.Psi. (2006) Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta. Sagung Seto.

Supartini, Yupi.(2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarata.EGC.

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2000).Tatalaksana Demam Berdarah pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia

Wilkinson, Judith, M. (2007). Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta. EGC.

Wong, Donna L. (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi III.Jakarta. EGC.






Sumber http://macrofag.blogspot.com