Monday, May 22, 2017

√ Konsep Askep Halusinasi Dengar, Download Doc Dan Pdf

Teman-teman perawat dimanapun berada, pada kesempatan kali ini kami bagikan konsep asuhan keperawatan jiwa gangguan persepsi sensori "halusinasi dengar", yaitu sebuah konsep yang bisa dijadikan refferensi oleh teman-teman sejawat sekalian dalam pembuatan askep halusinasi dengar dengan mengambil masalah pada seorang pasien yang tengah dirawat di rumah sakit jiwa.

Konsep asuhan keperawatan halusinasi dengar ini telah kami susun menurut beberapa refferensi terpercaya yang telah kami sematkan dalam artikel ini.

Dengan tujuan untuk mempermudah teman-teman perawat sekalian, konsep asuhan keperawatan halusinasi dengar ini kami sediakan dalam dua format doc dan pdf yang bisa did0wnl0ad diakhir artikel.

Konsep Asuhan keperawatan halusinasi dengar

1. MASALAH UTAMA

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar

II. PROSES TERJADINYA MASALAH

A. Pengertian

Halusinasi dengar merupakan persepsi sensoriyang salah terhadap stimulus dengar eksternal yang tidak bisa di identifikasi (Beck dan Wiliam, 1980).
Halusinasi dengar merupakan adanya persepsi sensori pada indera pendengaran individu tanpa adanya stimulus eksternal yang aktual (Stuart dan Sundeen, 1984). 

B. Tanda dan gejala
  
Perilaku pasien yang teramati yaitu sebagai berikut
  1. Melirikan mata ke kiri dan ke kanan menyerupai mencari siapa atau  apa yang sedang berbicara.
  2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati menyerupai mebel, tembok dll.
  3. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.
  4. Menggerak-gerakan verbal menyerupai sedang berbicara atau sedang menjawab suara.
C. Penyebab :
     
Isolasi sosial menarik diri

1. Pengertian

Menarik diri merupakan gangguan dengan menarik diri dan orang lain yang di tandai dengan isolasi diri (menarik diri) dan perawatan diri yang kurang.

2. Penyebab

a. Perkembangan

Sentuhan,perhatian,kehangatan dari keluarga yang menjadikan individu menyendiri, kemampuan berafiliasi dengan klien tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.

b. Harga diri rendah

3. Tanda dan gejala

Tanda tanda-tanda menarik diri sanggup dilihat dari banyak sekali aspek antara lain

a. Aspek fisik
  • Penampilan diri kurang.
  • Tidur kurang.
  • Keberanian kurang.
b. Aspek emosi
  • Bicara tidak jelas.
  • Merasa malu.
  • Mudah panik.
c. Aspek sosial
  • Duduk menyendiri
  • Tampak melamun
  • Tidak peduli lingkungan
  • Menghindar dari orang lain
d. Aspek intelektual
  • Merasa putus asa
  • Kurang percaya diri
D. Akibat
     
Resiko mencederai orang lain dan diri sendiri

1. Pengertian 

Suatu keadaan dimana seorang individu melaksanakan suatu tindakan yang sanggup membahayakan keselamatan jiwanya maupun orang lain di sekitarnya (Town send, 1994)

2. Penyebab
  • Halusinasi
  • Delusi
3. Tanda dan gejala
  • Adanya peningkatan aktifitas motorik
  • Perilaku aktif ataupun destruktif
  • Agresif

III. POHON MASALAH

IV. MASALAH DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
     
A. Data Obyektif .
         
Apakah klien terdapat tanda dan tanda-tanda menyerupai di bawah ini
  1. Melirikan mata ke kiri dan ke kanan menyerupai mencari siapa atau apa yang sedang berbicara
  2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati menyerupai mebel,tembok dll
  3. Menggerak-gerakan verbal menyerupai sedang berbicara atau sedang menjawab suara
  4. Tidur kurang/terganggu
  5. Penampilan diri kurang
  6. Keberanian kurang
  7. Bicara tidak jelas
  8. Merasa malu
  9. Mudah panik
  10. Duduk menyendiri.
  11. Tampak melamun.
  12. Tidak peduli lingkungan.
  13. Menghindar dari orang lain.
  14. Adanya peningkatan aktifitas motorik.
  15. Perilaku aktif ataupun destruktif.

B. Data Subyektif
           
Pasien menyampaikan sering mendengar suara-suara tanpa ada wujud yang tampak.

V. DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain berafiliasi dengan gangguan persepsi sensori: Halusinasi dengar.
  2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi dengar berafiliasi dengan adanya isolasi sosial : menarik diri.

VI. FOKUS INTERVENSI .

Diagnosa 1 . Resiko menciderai diri sensiri dan orang lain berafiliasi dengan  gangguan sensori : Halusinasi dengar .

TUM      : Klien tidak menciderai orang lain .

TUK : 1. Klien sanggup membina korelasi saling percaya dengan kriteria hasil - Ekspresi wajah bersahabat.
  • Menunjukan rasa senang.
  • Ada kontak mata atau mau jabat tangan.
  • Mau menyebutkan nama.
  • Mau menyebut dan menjawab salam.
  • Mau duduk dan berdampingan dengan perawat.
  • Mau mengutarakan duduk kasus yang dihadapi.
Intervensi:

Bina korelasi saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
  • Sapa klien dengan ramah baik secara verbal maupun non verbal.
  • Perkenalkan diri dengan sopan.
  • Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
  • Jelaskan tujuan pertemuan.
  • Jujur dan menepati janji.
  • Tunjukan perilaku tenggang rasa dan terima klien apa adanya.
  • Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuan dasar klien.
Rasionalisasi : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran korelasi interaksi selanjutnya.

TUK : 2. Klien sanggup mengenal halusinasi dengan kriteria hasil:

a. Klien sanggup menyebutkan waktu, isi, frekuensi timbulnuya halusinasi.

b. Klien sanggup mengungkapkan perasaanya terhadap halusinasi.

c. Bantu klien mengenal halusinasinya.
  • Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan apa yang sedang terdengar.
  • Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar bunyi itu namun perawat sendiri tidak melihatnya.
  • Katakan bahwa klien lain juga yang menyerupai klien.
  • Katakan bahwa perawat siap membantu klien.
d. Diskusikan dengan klien
  • Situasi yang mengakibatkan atau tidak mengakibatkan halusinasi.
  • Waktu dan frekuensinya terjadi halusinasi.
  • Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jikalau terjadi halusinasi.
TUK : 3. Klien sanggup mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil :
  • Klien sanggup menyebutkan tindakan yang sanggup dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.
  • Klien sanggup menyebutkan cara baru.
  • Klien sanggup menentukan cara yang telah dipilih untuk mengendalikan halusinasi.
  • Klien sanggup mengikuti terapi kegiatan kelompok.
Intervensi:

a. Identifikasi bersama klien cara yang dilakukan jikalau terjadi halusinasi. Rasional: merupakan upaya untuk memutus siklus halusinasi.

b. Diskusikan manfaat cara yang dipakai klien, jikalau bermanfaat beri pujian. Rasional: reinforcement positif sanggup meningkatkan harga diri klien.

c. Diskusikan cara gres untuk mengontrol timbulnya halusinasi.
  • Katakan “ saya tidak mau dengar kamu”
  • Menemui orang lain untuk bercakap-cakap.
  • Melihat jadwal kegiatan sehari-hari biar halusinasi tidak sempat muncul.
  • Meminta perawat /teman/keluarga untuk menyapa jikalau klien melamun. Rasional: memberi alternative pikiran bagi klien
d. Bantu klien melatih dan memutus halusinasi secara bertahap. Rasional: Memotivasi sanggup meningkatkan impian klien untuk mencoba menentukan salah satu cara pengendalian halusinasi.

e. Beri kesempatan untuk melaksanakan cara yang telah dilatih, penilaian alhasil dan beri kebanggaan jikalau berhasil

f. Anjurkan klien untuk mengikuti TAK, orientasi realita.
Rasional: Stimulasi persepsi sanggup mengurangi perubahan interpretasi realita klien.

TUK : 4. Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil:
  • Klien sanggup menjalin korelasi saling percaya dengan perawat
  • Keluarga sanggup menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi
Intervensi:

a. Anjurkan klien untuk memberi tahu keluarga sedang halusinasi. Rasional: untuk mendapat sumbangan keluarga dalam mengontrol halusinasi.

b. Diskusikan dengan keluarga tentang
  • Gejala halusinasi yang dialami klien.
  • Cara yang sanggup dilakukan klien dan keluarag untuk memutus halusinasi.
  • Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah, beri kegiatan jangan biarkan sendiri.
  • Beri informasi perihal kapan pasien memerluakn bantuan. 
Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan perihal halusinasi.

TUK: 5. Klien memanfaatkan obat dengan baik. Dengan kriteria hasil :
  • Klien dan keluarga bisa menyebutkan manfaat, takaran dan dampak samping
  • Klien sanggup menginformasikan manfaat dan dampak samping obat
  • Klien sanggup memahami akhir pemakaina obat tanpa konsultasi
  • Klien sanggup menyebutkan prinsip 5 benar pengunaan obat.

Intervensi:
  • Diskusikan dengan klien dan keluarga perihal dosis, frekuensi dan manfaat obat.
  • Anjurkan klien untuk minta sendiri obat pada perawat dan mencicipi manfaatnya.
  • Anjurkan klien bicara dengan dokter perihal manfaat obat dan dampak samping obat yang dirasakan. Rasional ; dengan mengetahui dampak samping obat klien tahu apa yang harus dilakukan sesudah minum obat.
  • Diskusikan bahayanya obat tanpa konsultasi. Rasional: Pengobatan sanggup berjalan sesuai dengan rencana.
  • Bantu klien memakai prinsip usang benar. Rasional: dengan mengetahui prinsip maka kemandirian klien perihal pengobatan sanggup ditingkatkan secara bertahap.

DAFTAR PUSTAKA
  • Boyd dan Nihart. 1998. Psichiatric Nursing & Contenporary Practice . I Edition. Lippincot.Philadelphia .
  • Carpenito , Lynda Juall. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan . EGC. Jakarta .
  • Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5 th Edition. Lippincott. Philadelphia .
  • Keliat , Budi Anna. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa . EGC. Jakarta.
  • Stuart dan sundeen . 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. EGC.Jakarta . 
  • Townsend . 1995. Nursing Diagnosis In Psychiatric Nursing a Pocket Guide For Care Plan Construction . Edisi 3 . EGC. Jakarta. 
Untuk mend0wnl0ad konsep Asuhan Keperawatan halusinasi dengar, silahkan dibawah
Demikian konsep askep halusinasi dengar kami bagikan semoga bisa menjadi refferensi dan pola dalam pembuatan askep halusinasi dengar dengar masalah yang ditemui dilapangan.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com