Wednesday, June 7, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Intoksikasi Insektisida Fosfat Organik (Ifo), Download Doc Dan Pdf

Berbagi laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO) doc dan pdf.

Tak henti-hentinya kami bagikan laporan pendahuluan / LP dengan banyak sekali judul, termasuk potingan kali ini. Masih perihal laporan pendahuluan, kali ini kami coba posting laporan pendahuluan / LP dengan tema keracunan / intoksikasi, lebih spesifiknya keracunanan insektisida atau racun serangga.

Laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO) ini telah kami susun dengan selengkap-lengkapnya, menurut beberapa reffernsi terpercaya yang telah kami tuliskan dalam daftar pustaka.

Bertujuan membantu teman-teman sekalian laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO) ini kami sediakan dalam bentuk dua format yaitu doc dan pdf sehingga memudahkan sahabat perawat sekalian, tinggal d0wnl0ad dan edit sesuai kebutuhan masing-masing.

Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO) doc dan pdf silahkan gunakan link unduhan yang telah kami sematkan diakhir artikel ini.

Laporan pendahuluan intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO)

Pengertian

Intoksikasi (keracunan) yaitu masuknya zat atau senyawa kimia dalam badan insan yang menimbulkan imbas merugikan pada yang menggunakannya.

Istilah peptisida pada umumnya digunakan untuk semua materi yang digunakan insan untuk membasmi hama yang merugikan manusia. Termasuk peptisida ini yaitu insektisida. 


Jenis - jenis Insektisida

Ada dua macam insektisida  yang paling banyak digunakan dalam pertanian yaitu :
  1. insektisida hidrokarbo khlorin (IHK = chlorinated hydrocarbon)
  2. insektisida fosfat organic (IFO = organo phosphate insecticide).
Yang  paling sering digunakan yaitu IFO yang pemakaiannya terus menerus meningkat. Sifat  - sifat dari IFO yaitu insektisida poten  yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Salah satu derivatnya yaitu Tabun dan Sarin. Bahan ini menembus kulit yang normal (intact), juga sanggup diserap di paru dan akses makanan, namun tidak berakumulasi dalam jaringan badan menyerupai halnya golongan IHK.

IFO bersama-sama dibagi 2 macam yaitu IFO murni dan golongan carbamate. Salah satu rujukan golongan carbamate yaitu baygon.


Sifat-sifat IFO

Insektisida penghambat kholin esterase (cholinesterase inhibitor insecticide) merupakan insektisida poten yang paling banyak digunakan dalam pertanian dengan toksisitas yang tinggi. Dapat menembus kulit yang normal, sanggup diserap lewat paru dan akses makanan, tidak berakumulasi dalam jaringan badan menyerupai halnya golongan IHK.


Jenis-jenis IFO

1. Insektisida untuk dipakai  dalam pertanian :
  • Tolly (Malathion)
  • Parathion
  • Basudin
  • Diazinon
  • Phosdrin
  • Systox
2. Insektisida untuk keperluan rumah tangga
  • Mafu (DDVP = Dichiorvos)
  • Baygon (DDVP + Propoxur)
  • Raid (DDVP + Propoxur)
  • Startox (DDVP + Allethrin)
  • Shelltox (DDVP + Pyrethroid)

Patogenesis

IFO bekerja dengan cara menghambat (inaktivasi) enzim asetilkolinesterase badan (KhE). Dalam  keadaan normal enzim KhE bekerja untuk menghidrolisis Akh dengan jalan mengadakan ikatan Akh- KhE yang bersifat inaktif. Bila konsentrasi racun lebih tinggi ikatan IFO – KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan AKh di daerah – daerah tertentu, sehingga timbul tanda-tanda – tanda-tanda rangsangan AKh yang berlebihan, yang akan menimbulkan imbas muscarinik, nikotinik dan SSP (menimbulkan stimulasi lalu depresi SSP). 

Pada keracunan IFO, ikatan IFO –KhE bersifat menetap (irreversible), sedangkan pada keracunan carbamate ikatan ini bersifat sementara (reversible). 

Secara farmakologis imbas AKh sanggup dibagi dalan 3 bagian, yaitu :
  1. Muskarini, terutama pada akses pencernaan, kelenjar ludah dan keringat, pupil, bronkus dan jantung.
  2. Nikotinik, terutama pada otot – otot skeletal, bola mata, lidah, kelopak mata dan otot pernapasan.
  3. SSP, menimbulkan nyeri kepala, perubahan emosi, kejang – kejang (konvulsi) hingga koma.

Patofisiologi

Insektisida bekerja dengan menghambat dan menginaktifasikan enzim asetilkolin nesterase.Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan syaraf pusat, ganglion autonom, ujung-ujung syaraf parasimpatis dan ujung-ujung syaraf motorik.Hambatan asetilkolin nesterase menimbulkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat-tempat tersebut.

Pathway
Manifestasi klinik

Yang palig menonjol adalah  hiperaktivitas kelenjar-kelenjar ludah/air mata/keringat/urine/saluran pencernaan masakan (disngkat dengan SLUD = Salivasi, Lakrimasi, Urinasi dan diare), kelainan visus dan kesukaran bernapas.

a. Keracunan ringan
  • Anoriksia
  • Nyeri kepala
  • Rasa lemah
  • Rasa takut
  • Tremor lidah
  • Tremor kelopak mata
  • Pupil miosis
b. Keracunan sedang
  • Nausea
  • Muntah-muntah
  • Kejang/keram perut.
  • Hipersalivasi
  • Hiperhidrosis
  • Fasikulasi otot
  • Bradikardi
c. Keracunan berat
  • Diare
  • Pupil “pin-Point”
  • Reaksi cahaya (-)
  • Sesak napas
  • Sianosos
  • Edema paru
  • Inkonteinensia urine
  • Inkotinensia feses
  • Konvulsi
  • Koma
  • Blokade jantung
  • Akhirnya meninggal

Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan rutin tidak banyak menolong

b. Pemeriksaan khusus : pengukuran kadar kHE dalam sel darahmerah dan plasma, penting untuk memastikan diagnosis keracunan akut maupun kronik (menurun sekian % dari harga normal)

Keracunan akut :
  • ringan  40 – 70 % N
  • Sedang 20 % N
  • Berat < 20 % N
Keracunan kronik : bila kadar KhE menurun hingga 25 – 50 %, setiap individu yang berafiliasi dengan insektisida ini harus segera disingkirkan dan gres diizinkan bekerja kembali bila kadar KhE telah meningkat > 75 % N.

c. Pemeriksaan PA

Pada keracunan akut, hasil investigasi patologi biasanya tidak khas, sering hanya ditemukan adanya edema paru, dilatasi kapiler dan hiperemi paru, otak dan organ-organ lain.


Penatalaksanaan

1. Resusitasi

Setelah jalan napas dibebaskan dan dibersihkan, periksa pernapasan dan nadi. Infus dextrose 5 % kecepatan 15 – 20 tts/mnt, napas buatan + oksigen, hisap lendir dalam akses napas, hindari obat – obat depresan akses napas, kalau perlu respirator pada kegagalan napas berat. Hindar pernapasan buatan dari ekspresi ke ekspresi lantaran racun organofosfat  akan meracuni  lewat ekspresi penolong. Pernapasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau memakai alat bag – valve – mask.

2. Eliminasi
  • Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 –30 ml. Dapat diulan sehabis 20 menit bila tidak berhasil.
  • Katarsis (intestinal lavage), dengan pemberian laksans bila diduga racun telah hingga di usus halus dan tebal. 
  • Kumbah lambung (KL atau gastric lavage), pada penderita yang kesadaran yang menurun,  atau pada mereka yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila KL dikerjakan dalam 4 jam sehabis keracunan.
  • Keramas rambut dan mandikan seluruh badan dengan sabun. 
Emesis, katarsis dan KL sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang daari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga berat  tindakan KL sebaiknya  dikerjakan dengan dukungan pemasangan pipa endotrakeal berbalon, untuk mencegah aspirasi pneumonia.   

3. Antidotum

Atropin sulfat (SA) bekerja dengan menghambat imbas akumulasi AKh pada daerah penumpukan. 
  • Mula –mula diberikan bolus iv 1 – 2,5 mg
  • Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 – 10 – 15 menit hingga timbul tanda-tanda – tanda-tanda atropinisasi (muka merah, ekspresi kering, takikardi, midriasis, febris, dan psikosis).
  • Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 – 60 menit, selanjutnya setiap 2 – 4 – 6 – 8  dan 12 jam
  • Pemberian SA dilarang minimal sehabis 2 X 24 jam. Penghentian yang mendadak sanggup menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernapasan akut yang sering fatal. 

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian

a. Tanda-tanda vital
  • Distress pernapasan
  • Sianosis
  • Takipnoe
b. Neurologi

IFO menimbulkan tingkat toksisitas SSP lebih tinggi, efek-efeknya termasuk letargi, peka rangsangan, pusing, stupor & koma.

c. GI Tract

Iritasi mulut, rasa terbakar pada selaput mukosa ekspresi dan esofagus, mual dan muntah.

d. Kardiovaskuler

Disritmia.

e. Dermal

Iritasi kulit

f. Okuler

Luka bakar kurnea

g. Laboratorium
  • Eritrosit menurun
  • Proteinuria
  • Hematuria
  • Hipoplasi sumsum tulang
h. Diagnostik
  • Radiografi dada dasar/foto polos dada
  • Analisa gas darah, GDA, EKG

Diagnosa Keperawatan 
  1. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berafiliasi dengan hilangnya cairan badan secara tidak normal
  2. Resiko pola napas tidak efektif  berafiliasi dengan imbas pribadi toksisitas IFO, proses inflamasi
  3. Koping individu tidak efektif berafiliasi dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam keterampilan koping menangani duduk kasus pribadi
  4. Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berafiliasi dengan kerentanan pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.
  5. Kurangnya pengetahuan perihal kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan dan imbas samping penggunaan obat zat insektisida berafiliasi dengan kurangnya informasi.
  6. Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan  pada diri sendiri (berulang) berafiliasi dengan  perpanjangan depresi/tingkah laris ingin bunuh diri.

Intervensi keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1 :

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berafiliasi dengan hilangnya cairan badan secara tidak normal

Tujuan : Tidak terjadi kekurangan cairan

Kriteria penilaian :
  • Keseimbangan cairan adekuat
  • Tanda-tanda vital stabil
  • Turgor kulit stabil
  • Membran mukosa lembab
  • Pengeluaran urine normal 1 – 2 cc/kg BB/jam
Intervensi :
  • Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasional :  Dokumentasi yang akurat sanggup membantu dalam mengidentifikasi pengeluran dan penggantian cairan.
  • Monitor suhu kulit, palpasi denyut perifer. Rasional : Kulit dingain dan lembab, denyut yang lemah mengindikasikan penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk pengantian cairan tambahan.
  • Catat adanya mual, muntah, perdarahan. Rasional : Mual, muntah dan perdarahan yang berlebihan sanggup mengacu pada hipordemia.
  • Pantau tanda-tanda vital. Rasional : Hipotensi, takikardia, peningkatan pernapasan mengindikasikan kekurangan cairan (dehindrasi/hipovolemia).
  • Berikan cairan parinteral dengan kerja sama dengan tim medis. Rasional : Cairan parenteral dibutuhkan untuk mendukung volume cairan /mencegah hipotensi.
  • Kolaborasi dalam pemberian antiemetik. Rasional : Antiemetik sanggup menghilangkan mual/muntah yang sanggup menimbulkan ketidak seimbangan  pemasukan.
  • Berikan kembali pemasukan oral secara berangsur-angsur. Rasional : Pemasukan peroral bergantung kepada pengembalian fungsi gastrointestinal.
  • Pantau studi laboratorium (Hb, Ht). Rasional : Sebagai indikator/volume sirkulasi dengan kehilanan cairan.
Diagnosa keperawatan. 2 :

Resiko pola napas tidak efektif  berafiliasi dengan imbas pribadi toksisitas IFO, proses inflamasi.

Tujuan : Pola napas efektif

Kriteria Evaluasi :
  • RR normal : 14 – 20 x/menit
  • jalan napas bersih, sputum tidak ada
Intervensi :
  • Pantau tingkat, irama pernapasan & bunyi napas serta pola pernapasan. Rasional : Efek IFO mendepresi SSP yang mungkin sanggup menjadikan hilangnya kepatenan anutan udara atau depresi pernapasan, pengkajian yang berulang kali sangat penting lantaran kadar toksisitas mungkin  berubah-ubah secara drastis.
  • Tinggikan kepala  daerah tidur. Rasional : Menurunkan kemungkinan aspirasi, diagfragma cuilan bawah untuk  untuk menigkatkan inflasi paru.
  • Dorong untuk batuk/ nafas dalam. Rasional : Memudahkan perluasan paru & mobilisasi sekresi untuk mengurangi resiko atelektasis/pneumonia.
  • Auskultasi bunyi napas. Rasional : Pasien beresiko atelektasis dihubungkan dengan hipoventilasi & pneumonia.
  • Berikan O2 kalau dibutuhkan. Rasional : Hipoksia mungkin terjadi akhir depresi pernapasan
  • Kolaborasi untuk  sinar X dada, GDA. Rasional : Memantau kemungkinan munculnya komplikasi sekunder menyerupai atelektasis/pneumonia, penilaian kefektifan dari perjuangan pernapasan.
Diagnosa keperawatan. 3 :

Koping individu tidak efektif berafiliasi dengan kerentanan pribadi, kesulitan dalam keterampilan koping menangani duduk kasus pribadi.

Tujuan : Koping individu efektif, tidak terjadi kerusakan  sikap adaptif dalam pemecahan masalah.

Kriteria Evaluasi : 
  • Klien bisa mengungkapkan kesadaran perihal penyalahgunaan materi insektisida.
  • Mampu memakai keterampilan koping dalam pemecahan masalah 
  • Mampu melaksanakan kekerabatan /interaksi sosial.
Intervensi :
  • Pastikan dengan apa pasien ingin disebut/dipanggil. Rasional : Menunjukkan penghargaan dan hormat
  • Tentukan pemahaman situasi ketika ini & metode koping sebelumnya terhadap duduk kasus kehidupan. Rasional : Memberi informasi perihal derajar menyangkal, mengidentifikasi koping yang digunakan pada planning perawatan ketika ini
  • Tetap tidak bersikap tidak menghakimi. Rasional : Konfrontasi menimbulkan peningkatan agitasi yang menurunkan keamanan pasien.
  • Berikan umpan balik positif. Rasional : Umpan balik yang positif perlu untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan kesadaran diri dalam perilaku
  • Pertahankan cita-cita niscaya bahwa pasien  ikut serta dalam terapi. Rasional : Keikut sertaan dihubungkan degan penerimaan kebutuhan terhadap bantuan, untuk bekerja.
  • Gunakan dukungan keluarga/teman sebaya untuk mendapat cara-cara koping. Rasional : Dengnan pemahaman dan dukungan  dari keluarga /teman sebaya sanggup membantu menngkatkan kesadaran.
  • Berikan informasi perihal imbas meneguk insektisida. Rasional : Agar klien mengetahui imbas samping yang berakibat fatal pada organ-organ vital bila menelan insektisida (baygon)
  • Bantu pasien untuk memakai keterampilan relaksasi. Rasional : Relaksasi yaitu pengembangan cara gres menghadapi stress.
Diagnosa Keperawatan. 4 

Koping keluarga tidak efektif (tidak mampu) berafiliasi dengan kerentanan pribadi anggota keluarga, krisis situasi, sosial.

Tujuan : Koping keluarga efektif.

Kriteria Evaluasi :
  • Mengungkapkan pengertian dinamika saling tergantung dan partisipasi dalam acara individu dan keluarga.
  • Mampu mengidentifikasi sikap koping tidak efektif.
  • Melakukan perubahan perilaku.
  • Mendukung terhadap acara pengobatan & perawatan keluarga.
Intervensi :
  • Kaji riwayat keluarga, gali masing-masing kiprah anggota keluarga. Rasional : Menentukan area untuk fokus, potensial perubahan.
  • Tentukan pemahaman situasi ketika ini dan metode sebelumnya dari koping dengan duduk kasus kehidupan. Rasional : Memberikan dasar informasi sebagai dasar perencanaan ketika ini
  • Kaji tingkat situasi/fungsi ketika ini dari anggota keluarga. Rasional : Mempengaruhi kemampuan individu untuk mengatasi situasi.
  • Tentukan luasnya sikap bisa yang dibuktikan oleh anggota keluarga gali dengan individu dan pasien. Rasional : Mampu yaitu melaksanakan untuk pasien apa yang perlu untuk dirinya sendiri, individu ditolong dan tidak ingin  merasa tidak tidak berdaya untuk menolong orang lain & megeluh sikap yang sangat destruktif.
  • Berikan informasi faktual pada pasien dan keluarga perihal imbas sikap penalahgunaan zat pada keluarga dan apa yang dibutuhkan sehabis pulang. Rasional : Banyak orang atau pasien yang tidak sadar perihal sifat materi insektisida.
  • Dorong orang terdekat menyadari perasaan mereka sendiri dengan melihat situasi dengan perspektif dan objektivitas. Rasional : Bila anggota keluarga yang tergantung manjadi sadar  perihal tindakan mereka sendiri yang secara terus-menerus ada masalah, mereka perlu untuk memutuskan untuk mengubah diri mereka. Bila meeka berubah pasien sanggup menghadapi konsekuensi tindakan pasien sendiri dan sanggup menentukan untuk mendapat yang baik.
  • Kaji perasaan yang menimbulkan konflik individu. Rasional : Bermanfaat dalam membuat kebutuhan terapi untuk individu yang tergantung. 
Diagnosa keperawatan. 5 :

Kurangnya pengetahuan perihal kondisi, prognosis,kebutuhan pengobatan dan imbas samping penggunaan obat zat insektisida berafiliasi dengan kurangnya informasi.

Tujuan : Pasien memiliki pengathuan perihal kondisi, prognosis, kebutuhan pengobatan dan imbas samping penggunaan zat insektisida.

Kriteria Evaluasi :
  • Dapat mengungkapkan pemahaman perihal penyakitnya sendiri dan planning pengobatan.
  • Berpartisipasi dalam acara pengoabatan.
  • Perubahan sikap untuk tidak melakukannya lagi.
Intervensi :
  • Sadari dan hadapi ansietas pasien dan anggota keluarga. Rasional : Ansietas sanggup menghipnotis kemampuan mendegar dan mengasimilasi informasi.
  • Berikan kiprah aktif untuk pasien dalam proses belajar. Rasional : Belajar sanggup ditingkatkan bila individu secara aktif terlibat.
  • Berikan informasi tertulis dan  verbal untuk indikasi. Rasional : Membantu pasien membuat pilihan menurut informasi perihal masa depan yang bermanfaat untuk pendekatan terapi lain. 
  • Kaji pengetahuan pasien tangtang situasi sendiri contohnya penyakit, perubahan kebutuhan dalam gaya hidup. Rasional : Membantu dalam merencanakan perubahan jangka panjang yang perlu untuk mempertahankan status pantanan.
  • Pantau ulang kondisi & prognosis/ cita-cita masa depan.Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien sanggup membuat pilihan menurut informasi.
  • Diskusikan imbas zat yang digunakan. Rasional : Informasi akan membentu pasien memahami  kemungkinan imbas jangka panjang dari penggunaan zat.
Diagnosa keperawatan. 6 

Resiko tinggi terhadap tindak kekerasan  pada diri sendiri (berulang) berafiliasi dengan  perpanjangan depresi/tingkah laris ingin bunuh diri.

Tujuan : Tidak terjadi tindakan ulang kekerasan pada diri sendiri

Kriteria Evaluasi :
  • Mengutarakan pemehaman tingkah laris & faktor-faktor yang mempengaruhi.
  • Mencapai tahap hilangnya  rasa takut & realitas situasi.
  • Menunjukkan kontrol diri.
Intervensi :
  • Kurangi ransangan, berikan ruangan yang hening atau tempatkan pada ruangan yang stimulasinya dikurangi dibawah pengawasan. Rasional : Menurunkan kreativitas dan menngkatkan rasa tenang.
  • Izinkan orang-orang yang penting bagi pasien untuk tetap tinggal di dalam ruangan selama mekanisme dilakukan kalau dimungkinkan. Rasional : Dapat memperlihatkan imbas ketenangan  kalau melihat seseorang yang dikenal oleh pasien dan memperlihatkan penenangan.
  • Pindahkan barang-barang yang berpotensi membahayakan pasien dari lingkungannya. Rasional : Menurunkan kemungkin pasien mencelakai orang lain atau melaksanakan wangsit bunuh diri.
  • Berikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan bergairah secara verbal. Rasional :  Memberikan jalan yang gres dalam mengekspresikan perasaan akan membentuk pasien berguru menyebarkan kemampuan  memecahkan duduk kasus yang baik.
  • Bantu pasien mengidentifikasi apa yang sanggup menimbulkan pasien menjadi marah. Rasional : Kesadaran akan reaksi merupakan  tahap pertama dari berguru untuk  berubah
  • Berikan jalan keluar untuk mengekspresikan diri mencakup aktiivitas fisik. Rasional : Dengan mengaktifkan fisik didalam membuat lingkungan yang kondusif sanggup menurunkan dorongan untuk melaksanakan tindakan agresif.


Daftar Pustaka
  • Arief, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran ed. 3, jilid 2, Medika Aesculapius, Jakarta.
  • Hudak & Gallo (1996), Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, EGC, Jakarta.
  • Marylin. D (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC Jakarta.
  • SMF Lab Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo Surabaya (1997), Prosedur Tetap SMF Penyakit Dalam, RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan / LP intoksikasi insektisida fosfat organic (IFO) doc dan pdf dibawah
  • Laporan pendahuluan insektisida fosfat organic doc, (Ambil File)
  • Laporan pendahuluan insektisida fosfat organis pdf, (Ambil File)
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / lp intoksikasi insektisida fosfat organik (IFO), d0wnl0ad doc dan pdf kami bagikan, biar bisa menjadi refferensi teman-teman sekalian dalam pembuatan tugas-tugas keperawatan menyerupai makalah, askep ataupun LP itu sendiri.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com