Monday, June 5, 2017

√ Laporan Pendahuluan / Lp Ruptur Uteri Lengkap, Download Format Doc Dan Pdf

Masih ihwal laporan pendahuluan, kali ini kami posting laporan pendahuluan / LP ruptur uteri yaitu sebuah robekan pada dinding rahim, keadaan ini bila pada ilmu keperawatan akan dibahas pada keperawatan komunitas, namun bila pada kenidanan keadaan ini merupakan keadaan yang sering dipelajari dan ditemukan dalam praktek nya.

Laporan pendahuluan / LP ruptur uteri ini telah kami susun dengan lengkap berdasarkan beberapa reffernsi mirip buku medis, kebidanan, keperawatan dan juga lewat media internet. 

Laporan pendahuluan / LP ruptur uteri ini tersedia dalam format doc dan pdf yang bisa did0wnl0ad melalui link unduhan yang telah kami sematkan diakhir artikel, dengan tujuan sanggup mempermudah teman-teman perawat dan kebidanan sekalian dalam menghadapai akademik.

Laporan pendahuluan Ruptur Uteri

Pengertian

Ruptur Uteri ialah robekan atau diskontinuita dinding rahim tanggapan dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku pola nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal )

Rupture uteri ialah robeknya dinding uterus pada ketika kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral. ( Obstetri dan Ginekologi )


Etiologi
  1. riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
  2. induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
  3. presentasi aneh ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ).( Helen, 2001 )

Klasifikasi

Ruptur uteri sanggup dibagi berdasarkan beberapa cara :

1. Menurut waktu terjadinya

a. Ruptur uteri Gravidarum
  • Waktu sedang hamil
  • Sering lokasinya pada korpus
b) Ruptur Uteri Durante Partum
  • Waktu melahirkan anak
  • Ini yang terbanyak
2. Menurut lokasinya

a. Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi  mirip secio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi

b. Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan usang tidak maju, SBR tambah usang tambah regang dan tipis dan akhirnya  terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya

c.Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan  ekstraksi forsipal atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap

d. Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan v@gin@

3. Menurut robeknya peritoneum

a. Ruptur uteri Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya ( perimetrium ) ; dalam hal ini  terjadi hubungan pribadi antara rongga perut dan rongga uterus dengan ancaman peritonitis
b. Ruptur uteri Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek peritoneumnya. Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke lig.latum

4. Menurut etiologinya

a. Ruptur uteri spontanea

Menurut etiologinya dibagi 2 :

1. Karena dinding rahim yang lemah dan cacat
  • bekas secio sesarea
  • bekas miomectomia
  • bekas perforasi waktu keratase
  • bekas histerorafia
  • bekas pelepasan plasenta secara manual
  • pada gravida dikornu yang rudimenter dan graviditas interstitialis
  • kelainan kongenital dari uteruspenyakit pada rahim
  • dinding rahim tipis dan regang ( gemelli & hidramnion )
2. Karena peregangan yang luarbiasa dari rahim
  • pada panggul sempit atau kelainan bentuk dari panggul
  • janin yang besar
  • kelainan kongenital dari janin
  • kelainan letak janin
  • malposisi dari kepala
  • adanya tumor pada jalan lahir
  • rigid cervik
  • retrofleksia uteri gravida dengan sakulasi
  • grandemultipara dengan perut gantung ( pendulum )
  • pimpinan partus salah
b. Ruptur uteri violenta

Karena tindakan dan syok lain :
  • Ekstraksi forsipal
  • Versi dan ekstraksi
  • Embriotomi
  • Braxton hicks version
  • Sindroma tolakan
  • Manual plasenta
  • Kuretase
  • Ekspresi kristeller atau crede
  • Trauma tumpul dan tajam dari luar
  • Pemberian piton tanpa indikasi dan pengawasan
5. Menurut simtoma klinik

a. Ruptur uteri Imminens ( membakat = mengancam )
b. Ruptur Uteri ( bersama-sama )


Patofisiologi
  • Ruptur uteri spontan.
Ruptur uteri ini terjadi secar impulsif pada uterus yang utuh (tanpa parut). Faktor pokok disini ialah bahwa persalinan tidak sanggup berjalan dengan baik lantaran ada halangan misalnya: panggul yang sempit, hidrosefalus, janin yang letak lintang, dll. Sehingga segmen bawah uterus makin usang makin diregangkan. Pad suatu ketika regangan yang terus bertambah melampaui batas kekuatan jaringan miometrium, maka terjadilah ruptur uteri.

Faktor predisposisi yang menimbulkan terjadinya ruptur uteri ialah multiparitas, stimulus oksitosin, dll. Disini ditengah-tengah miometrium sudah terdapat banyak jaringan ikat yang menimbulkan kekuatan dinding uterus menjadi kurang, sehingga regangan lebih gampang menimbulkan robekan.
Pada persalinan yang kurang lancar, dukun-dukun biasanya melaksanakan tekanan keras kebawah terus-menerus pada fundus uterus, hal ini sanggup menambah tekanan pada segmen bawah uterus yang sudah regang dan menimbulkan terjadinya ruptur uteri. Pemberian oksitosin dalam takaran yang terlalu tinggi / indikasi yang tidak sempurna bisa menyebabkab ruptur uteri.
  • Ruptur uteri traumatic.
Ruptur uteri yang disebabkan oleh syok sanggup terjadi lantaran jatuh, kecelakaan. Robrkan ini yang bisa terjadi pada setiap ketika dalam kehamilan, jarang terjadi lantaran rupanya otot uterus cukup tahan terhadap syok dari luar. Yang lebih sering terjadi ialah ruptur uteri yang dinamakan ruptur uteri violenta. Disini lantaran dystosia sudah ada regangan segmen bawah uterus dan perjuangan v@gin@l untuk melahirkan janin menimbulkan timbulnya ruptur uteri.

Hal itu contohnya terjadi pada versi ekstraksi pada letak lintang yang dilakukan bertentangan dengan syarat. Kemungkinan besar yang lain ialah ketika melaksanakan embriotomi. Selain itu perlu dilakukan investigasi kavum uteri dengan tangan untuk mengetahui terjadinya ruptur uteri.
  • Ruptur uteri pada luka bekas parut.
Diantar parut-parut bekas secio sesarea, parut yang terjadi setelah secio sesarea klasik lebih sering menimbulkan ruptur uteri dari pada parut bekas secio sesarea profunda. Hal ini disebabkan lantaran luka pada segmen bawah uterus yang ibarat tempat uterus yang lebih hening dalam masa nifas sanggup sembuh dengan lebih baik, sehingga parut lebih kuat. Ruptur uteri pad bekas parut sesarea klasik juga lebih sering terjadi pad kehamilan renta sebelum persalinan dimulai, sedang insiden tersebut pada parut bekas secio sesarea profunda umumnya terjadi waktu persalinan. Ruptur uteri pasca secio sesarea bisa menimbulkan gejala-gejala mirip telah diuraikan lebih dahulu, akan tetapi bisa juga terjadi tanpa banyak menimbulkan gejala. Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan secara mendadak, melainkan lambat laun jaringan disekitar bekas luka menipis untuk kesannya terpisah sama sekali dan terjadilah ruptur uteri. Disini biasanya peritoneum tidak ikut serta sehingga terdapat ruptur uteri inkompleta. Pada insiden ini ada kemungkinan arteri besar terbuka dan timbul perdarahan yang sebagian berkumpul di ligametum dan sebagian keluar. Biasanya janin masih tinggal dalam uterus dan his kadang kala masih ada. Sementar itu penderita merasa nyeri impulsif atau nyeri pada perabaan tempet bekas luka. Jika arteria besar terluka, gejal-gejal perdarahan, anemia dan syok, janin dalam uterus meningggal pula.

Pathway

Manifestasi Klinis.

Gejala ruptur uteri mengancam (RUM).
  • Pasien nampak gelisah, ketakutan disertai dengan perasaan nyeri di perut.
  • Pad setiap datangnya his pasien memegang perutnya dan mengerang kesakitan.
  • Pernapasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya.
  • Ada tanda kehilangan cairan tubuh pada partus yang usang yaitu verbal kering, pengecap kering dan haus, tubuh panas (demam).
  • His lebih lama, lebih besar lengan berkuasa dan lebih sering bahkan terus-menerus.
  • Pada waktu tiba his, korpus uteri teraba keras sedangkan SBR teraba tipis dan nyeri bila ditekan.
  • Perasaan sering mau kencing lantaran kandung kemih juga tertarik dan teregang keatas, terjadi robekan-robekan kecil pada kandung kemih sehingga pada kateterisasi ada hematuria.
  • Pada auskultasi terdengar suara jantung janin tidak teratur (asfiksia).
  • Pada investigasi dalam sanggup kita jumpai tanda-tanda dari obstruksi mirip edema porsio, v@gin@, vulva.
Gejala ruptur uteri bersama-sama .

Inspeksi.
  • Pada his yang besar lengan berkuasa sekali pasien merasa kesakitan yang luar biasa, merasa perutnya mirip akan dirobek.
  • Gelisah, pucat, keluar keringat hirau taacuh hingga kolaps.
  • Pernapasan jadi dangkal dan cepat dan kelihatan haus.
  • Muntah-muntah lantaran perangsangan peritoneum.
  • Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tak terukur.
  • Keluar perdarahan perv@gin@ yang biasanya tak begitu banyak.
  • Kadang-kadang ada perasan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan bahu.
  • Kontraksi uterus biasanya hilang.
Palpasi.
  • Teraba krepitasi pada kulit perut yang menansdakan adanya emfisema subkutan.
  • Bila kepala janin sudah keluar dari kavum uiteri, jadi berada di rongga perut, maka teraba bagian-bagian janin pribadi ikulit perut.
  • Nyeri tekan pada perut, terutama pada pecahan yang robek.
Auskultasi.
  • Biasanya denyut jantung janin sulit atau tidak terdengar lagi beberapa mnit setelah ruptur.
Pemerisaan dalam.
  • Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan gampang sanggup terdorong ke atas dan disertai dengan perdarahan perv@gin@ yang akan banyak.
  • Kalau rongga rahim sudah kosong sanggup diraba robekan pada dinding rahim.
Kateterisasi.
  • Ada hematuria yang mengambarkan adanya robekan pada kandung kemih.

Pemeriksaan Diagnostik
  1. Pemeriksaan Umum. Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan darah akut, biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan intra abdomen
  2. Pemeriksaan Abdomen. Sewaktu persalinan, kontur uterus yang aneh atau perubahan kontur uterus yang tiba-tiba sanggup memperlihatkan adanya ekstrusi janin. Fundus uteri sanggup terkontraksi dan erat dengan bagian-bagian janin yang terpalpasi bersahabat dinding abdomen diatas fundus yang berkontraksi. Kontraksi uterus sanggup berhenti dengan mendadak dan suara jantung janin tiba-tiba menghilang. Sewaktu atau segera melahirkan, abdomen sering sangat lunak, disertai dengan nyeri lepas mengindikasikan adanya perdarahan intraperitoneum
  3. Pemeriksaan Pelvis. Menjelang kelahiran, pecahan presentasi mengalami regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui v@gin@ bila janin telah mengalami ekstrusi ke dalam rongga peritoneum. Perdarahan perv@gin@m mungkin hebat.
  4. Laparoscopy : untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan bentuk panggul / pelvis.
  5. Pemeriksaan laboratorium. : HB dan hematokrit untuk mengetahui batas darah HB dan nilai hematikrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan darah. HB < 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan anemia berat.
  6. Urinalisis : hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.

Penatalaksanaan

Tindakan pertama ialah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya ialah melaksanakan laparatomi dengan tindakan jenis operasi : 
  1. histerektomi baik total maupun sub total
  2. histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya kemudian di jahit sebaik-baiknya
  3. konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang cukup.
Tindakan yang akan dipilih tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah
  1. keadaan umum penderita
  2. jenis ruptur incompleta atau completa
  3. jenis luka robekan : jelek, terlalu lebar, agak lama, pinggir tidak rata dan sudah banyak nekrosis
  4. tempat luka : serviks, korpus, segmen bawah rahim
  5. perdarahan dari luka : sedikit, banyak 
  6. umur dan jumlah anak hidup
  7. kemampuan dan ketrampilan penolong

Manajemen
  • segera hubungi dokter, konsultan, jago anestesi, dan staff kamar operasi
  • buat dua jalur infus intravena dengan intra kateter no 16 : satu oleh larutan elektrolit, contohnya oleh larutan rimger laktat dan yang lain oleh tranfusi darah. ( jaga semoga jalur ini tetap tebuka dengan mengalirkan saline normal, hingga darah didapatkan ).
  • Hubungi bank darah untuk kebutuhan tranfusi darah cito, asumsi jumlah unit dan plasma beku segar yang diperlukan
  • Berikan oksigen
  • Buatlah persiapan untuk pembedahan abdomen segera ( laparatomi dan histerektomi )
  • Pada situasi yang mengkhawatirkan berikan kompresi aorta dan tambahkan oksitosin dalam cairan intra vena.

Konsep Asuhan Keperawatan

Pengkajian
  1. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
  2. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, tubuh lemah, limbung, keluar  keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
  3. Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan ketika hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.
  4. Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
  5. Pengkajian fisik :Tanda vitalv :Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg), Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit), Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit ), Suhu : Normal/ meningkat, Kesadaran : Normal / turun, Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi, Kulit : Dingin,v berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill memanjan, Perv@gin@m : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis ) dan Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang

Diagnosa Keperawatan
  1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan perv@gin@m
  2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan perv@gin@m
  3. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
  4. Resiko bisul b/d perdarahan
  5. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan.

Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa Keperawatan. 1

Kekurangan volume cairan b/d perdarahan perv@gin@m

Tujuan : Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan

Rencana tindakan :
  • Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang. R/ Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
  • Monitor tanda vital. R/ Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
  • Monitor intake dan output setiap 5-10 menit. R/ Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
  • Evaluasi kandung kencing. R/ Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
  • Lakukan massage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis. R/ Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
  • Batasi investigasi v@gin@ dan rectum. R/ Trauma yang terjadi pada tempat v@gin@ serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
  • Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi.
  • Berikan infus atau cairan intravena. R/ Cairan intravena sanggup meningkatkan volume intravaskular
  • Berikan uterotonika ( bila perdarahan lantaran atonia uteri ). R/ Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
  • Berikan antibiotic.R/ Antibiotik mencegah bisul yang mungkin terjadi lantaran perdarahan
  • Berikan transfusi whole blood ( bila perlu ). R/ Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
Diagnosa Keperwatan. 2

Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan perv@gin@m

Tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal

Rencana keperawatan :
  • Monitor tanda vital tiap 5-10 menit. R/ Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
  • Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit. R/ Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
  • Kaji ada / tidak adanya produksi ASI. R/ Perfusi yang buruk menghambat produksi prolaktin dimana dibutuhkan dalam produksi ASI
Tindakan kerja sama :
  • Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )
  • Berikan terapi oksigen ( Oksigen dibutuhkan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).
Diagnosa Keperawatan. 3

Cemas/ketakutan berafiliasi dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

Tujuan : Klien sanggup mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan menyampaikan perasaan cemas berkurang atau hilang.

Rencana tindakan :
  • Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan. R/ Persepsi klien menghipnotis intensitas cemasnya
  • Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar ). R/ Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
  • Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta perilaku mendukung. R/ Memberikan santunan emosi
  • Berikan gosip ihwal perawatan dan pengobatan. R/ Informasi yang akurat sanggup mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
  • Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya. R/ Ungkapan perasaan sanggup mengurangi cemas
  • Kaji prosedur koping yang dipakai klien. R/ Cemas yang berkepanjangan sanggup dicegah dengan prosedur koping yang tepat.
Diagnosa Keperawatan. 4

Resiko bisul sehubungan dengan perdarahan

Tujuan : Tidak terjadi bisul (lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal)

Rencana tindakan :
  • Catat perubahan tanda vital. R/ Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
  • Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul. R/ Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi
  • Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea. R/ Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan
  • Perhatikan kemungkinan bisul di tempat lain, contohnya bisul jalan masuk nafas, mastitis dan jalan masuk kencing. R/ Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
  • Berikan perawatan perineal,dan pertahankan semoga pembalut jangan hingga terlalu basah. R/ pembalut yang terlalu berair menimbulkan kulit iritasi dan sanggup menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan resiko infeksi.
Tindakan kolaborasi
  • Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan )
  • Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang sempurna dibutuhkan untuk keadaan bisul ).
Diagnosa Keperawatan. 5

Resiko shock hipovolemik s/d perdarahan.

Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran 
dan tanda-tanda dalam batas normal)

Rencana tindakan :
  • Anjurkan pasien untuk banyak minum. R/ Peningkatan intake cairan sanggup meningkatkan volume intravascular sehingga sanggup meningkatkan volume intravascular yang sanggup meningkatkan perfusi jaringan.
  • Observasitanda-tandavital tiap 4 jam. R/ Perubahan tanda-tanda vital sanggup merupakan indikator terjadinya kehilangan cairan tubuh secara dini.
  • Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi. R/ Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila kehilangan cairan tubuh tidak ditangani secara baik.
  • Observasi intake cairan dan output. R/ Intake cairan yang adekuat sanggup menyeimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
  • Kolaborasi dalam : - Pemberian cairan infus / transfusi. R/ Cairan intravena sanggup meningkatkan volume intravaskular yang sanggup meningkatkan perfusi jaringan sehingga sanggup mencegah terjadinya shock.
  • Pemberian koagulantia dan uterotonika. R/ Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.

Evaluasi

Semua tindakan yang dilakukan diharapkan menawarkan hasil :

1. Tanda vital dalam batas normal :
  • Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
  • Denyut nadi : 70-80 x/menit
  • Pernafasan : 20 – 24 x/menit
  • Suhu : 36 – 37 oc
2. Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl

3. Gas darah dalam batas normal

4. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa ia mengerti ihwal komplikasi dan pengobatan 
yang dilakukan

5. Klien dan keluarganya memperlihatkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya

6. Klien sanggup melaksanakan aktifitasnya sehari-hari

7. Klien tidak merasa nyeri

8. Klien sanggup mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya


Daftar Pustaka
  • Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot Company, Pholadelpia.
  • Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
  • Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book, Philadelpia.
  • Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.
  • RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR, Surabaya
  • Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung.
  • Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.
Untuk mend0wnl0ad laporan pendahuluan / LP ruptur uteri lengkap format doc dan pdf dibawah
Link Alternatif
Demikian laporan pendahuluan / LP ruptur uteri lengkap, d0wnl0ad format doc dan pdf kami bagikan semoga bisa membantu sahabat perawat dan bidan dalam pembuatan kiprah makalah, askep, askeb ataupun lp ihwal ruftur uteri, semoga bermanfaat. terima kasih.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com