Saturday, June 24, 2017

Mengapa Warna Bintang Berbeda-Beda?

Saat memandang langit di waktu malam yang cerah Mengapa Warna Bintang Berbeda-beda?Saat memandang langit di waktu malam yang cerah, niscaya akan dengan gampang menemukan ratusan bahkan ribuan bintang membentang di langit. Dan juga tidak akan sulit untuk menemukan beberapa rasi bintang yang cukup populer di atas langit, mirip rasi bintang biduk, rasi bintang pari dan masih banyak lagi. Jika diamati dengan cermat, niscaya kalian sanggup menemukan hal – hal unik mengenai bintang.


Selain jumlahnya yang tidak terhitung oleh jari, kita juga tahu kalau bintang mempunyai ukuran, warna, serta pancaran cahaya bintang yang berbeda – beda antara satu bintang dengan bintang lainnya. Namun, pernahkah terpikirkan oleh kalian mengapa warna bintang di langit malam berbeda – beda? Dan mengapa bintang terlihat berkelap kelip? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, berikut ini ialah penjelasannya.


Bintang Berwarna Warni


Bintang merupakan salah satu benda langit yang sanggup memancarkan cahayanya sendiri. Sekitar dua ratus tahun yang lalu, orang – orang percaya bahwa cahaya yang dikeluarkan oleh bintang akan berwarna putih. Namun, sehabis diteliti lebih lanjut ternyata bintang – bintang tersebut mengeluarkan cahaya yang berwarna warni. Hal tersebut diawali ketika para ilmuan mulai mempelajari wacana cahaya dan juga gelombang cahaya. Cahaya yang dihasilkan itu tergantung dari panjang gelombang, sedangkan panjang gelombang juga sanggup berubah menurut suhu yang dikeluarkan oleh bintang.


Jika diibaratkan dengan batang besi yang dipanaskan, besi tersebut akan menjelma merah, kemudian akan berwarna putih dan akan menjelma biru kalau dipanaskan terus menerus. Hal itu juga berlaku pada bintang. Warna – warni bintang yang kita lihat di langit tersebut disebabkan oleh perbedaan suhu atau temperatur yang dimiliki oleh bintang berbeda antara bintang yang lain. Warna biru yang dipancarkan oleh bintang, sanggup dikatakan kalau bintang tersebut mempunyai suhu yang sangat panas kalau dibandingkan dengan bintang yang menghasilkan cahaya yang berwarna merah. Hal yang serupa juga terjadi pada kompor, api yang berwarna merah tidak sepanas api yang berwarna biru, sehingga kebanyakan kompor gas akan menghasilkan api yang berwarna biru.


Warna yang dihasilkan dari bintang – bintang tersebut disebabkan oleh suhu permukaan yang ada pada setiap bintang. Jika diurutkan menurut warna dimulai dari warna merah, kuning, putih sampai biru, masing – masing mempunyai suhu sekitar 3.000, 4.000, 6.000, > 8.000 dan 20.000 – 50.000 derajat kelvin. Sedangkan matahari yang populer sebagai sentra tata surya dan juga bintang memancarkan cahaya yang berwarna kuning yang artinya suhu pada matahari sekitar 6.000 derajat kelvin.


Selain itu, cahaya yang dipancarkan oleh bintang tergantung dari warna panjang gelombang elektromagnetik yang sangat dipengaruhi oleh suhu permukaan dari bintang. Sebagai contoh, bintang yang memancarkan warna biru artinya mempunyai panjang gelombang yang pendek dan suhu yang sangat tinggi. Sedangkan warna lain mirip merah, kuning dan lain sebagainya mempunyai panjang gelombang yang besar hal itu juga menandakan suhu bintang tidak terlalu panas.


Terdapat faktor lain yang mensugesti warna bintang. Bintang mempunyai banyak elemen, di mana elemen tersebut kalau terkena atmosfer bumi akan mengubah panjang gelombang dari sinar yang dipancarkan oleh bintang. Akibatnya warna yang muncul dan terlihat seolah – olah berubah.


Bintang Berkerlap-Kerlip


Jika kita perhatikan, bintang yang ada di langit terlihat seolah berkerlap – kerlip. Hal ini disebabkan oleh cahaya yang dihasilkan oleh bintang harus melewati atmosfer bumi terlebih dahulu. Sedangkan cahaya bintang tersebut suhunya tidak selalu stabil dan juga kepadatannya tidak sama, sehingga pada waktu tertentu, bintang konsisten akan berganti posisi.


Selain turbulensi yang terjadi pada lapisan atmosfer bumi juga mempunyai peran. Atmosfer bumi mengalami pergolakan oleh hembusan angin dan pusaran yang terbentuk berputar dan menyebar setiap saat. Sehingga menciptakan terbentuknya lensa alami (prisma) yang membelokkan cahaya bintang. Sehingga cahaya bintang akan mengalami pembiasan ketika melewati lapisan atmosfer akan tampak berkerlap – kerlip.


Pengklasifikasian Bintang


Di dalam ilmu astronomi bintang diklasifikasikan menurut kuatnya garis serapan yang terdapat pada pola spektrum dan juga besarnya luminositas. Untuk besar lengan berkuasa garis serapan terutama garis serapan atom hidrogen, didapat dari analisis pola spektrum bintang yang menurut hasil pengamatan spektroskopi. Sedangkan untuk hasil dari luminositas dilakukan dengan cara melaksanakan pengamatan fotometri.


Pada tahun 1867 seorang astronom yang berjulukan Angelo Secchi melaksanakan penelitian terhadap sekitar 4.000 spektrum bintang memakai prisma objektif. Pengamatan yang hanya memakai mata, ia menggolongkan bintang ke dalam tiga kelas. Tipe I berwarna putih yaitu bintang dengan garis – garis serapan yang sangat besar lengan berkuasa dari atom hidrogen, tipe II berwarna kuning yaitu bintang dengan garis –garis serapan yang sangat besar lengan berkuasa dari ion logam,  dan tipe III berwarna merah yang merupakan bintang dengan pita – pita serapan lebar. Tahun berikutnya, Secchi memasukan beberapa bintang yang mempunyai garis – garis serapan yang berpola aneh, jarang ada dan mirip namun tidak terlalu sama dengan tipe III sehingga menggolongkannya ke dalam tipe IV.


Pada tahun 1886, Edward Charles Pickering melaksanakan penelitian spektrum bintang dengan metode fotografi memakai prisma di Observatorium Harvard. Sebagai dasar penelitian yang pernah Secchi lakukan, para astronom tersebut mengklasifikasikan bintang menurut besar lengan berkuasa garis serapan yang terdapat pada deret Balmer dari hidrogen netral (H,I), memperluas penggolongan bintang dan menamakan kembali penggolongan dengan abjad A, B, C sampai P. Huruf A artinya mempunyai garis serapan atom hidrogen paling kuat.


Pengklasifikasian Harvard


Pickering dan beberapa asistennya mulai melaksanakan sebuah projek besar untuk mengklasifikasikan spektrum bintang. Antara tahun 1911 dan 1949 ada sekitar 400.000 bintang sudah terdaftar di katalog Henry Draper, nama tersebut dipilih alasannya ialah dialah penyandang dana dan juga perintis penelitian spektroskopi fotografi Amerika. Penelitian ini menemukan kalau terdapat sebuah keteraturan yang terdapat pada semua garis – garis spektral sehingga penggolongan bintang – bintang kalau diurutkan menjadi O, B, A, F, G, K, M. Sedangkan untuk kelas lainnya dihilangkan alasannya ialah tidak ditemukan bahwa beberapa di antaranya  merupakan kelas yang sama.


Untuk mempermudah pengurutan, dipakai kalimat “Oh Be A Fine Girl Kiss Me”. Pada awalnya urutan tersebut disebabkan oleh perbedaan susunan kimia atmosfer bintang. Dan gres disadari kalau urutan tersebut merupakan urutan temperatur pada permukaan bintang. Penelitian ini telah dibuktikan oleh Cecilia Payne – Gaposchkin pada tahun 1925.


Untuk bintang kelas O, B dan A disebut dengan bintang kelas awal. Sedangkan K dan M merupakan bintang kelas akhir. Istilah ini muncul sekitar awal kurun 20, alasannya ialah abjad A dan B berada pada urutan awal di alfabet, sedangkan K dan M berada diurutan terakhir. Teori terus berkembang sampai alhasil bintang memulai hidup sebagai bintang awal “kelas awal” dengan suhu yang sangat panas dan secara sedikit demi sedikit suhunya berkurang menjadi bintang kelas akhir, namun teori ini tidaklah dibenarkan.


Di bawah ini ialah daftar kelas bintang dimulai dari suhu bintang yang paling panas sampai paling dingin.


Saat memandang langit di waktu malam yang cerah Mengapa Warna Bintang Berbeda-beda?



Sumber aciknadzirah.blogspot.com