Sunday, June 11, 2017

√ Merencanakan Dan Mempersiapkan Wawancara

Merencanakan dan Mempersiapkan Wawancara – Perencanaan dan persiapan merupakan dua hal penting yang harus dilakukan menjelang dilaksanakannya sebuah wawancara. Kalian harus merencanakan pendekatan approach untuk suatu wawancara dan memilih bidang-bidang yang kalian minati.


Kalian juga harus menciptakan persiapan untuk wawancara tersebut dengan cara mencari gosip mengenai orang yang akan diwawancarai serta bida apa yang harus dibahas. Berikut beberapa perencanaan yang harus ditempuh sebelum kegiatan wawancara siap dijalankan.


(Baca juga: Macam-Macam Wawancara)


Siapkan Pertanyaan


Pertanyaan yang diajukan kepada narasumber harus benar-benar layak dan diharapkan untuk kelengkapan pembuatan produk jurnalistik. Setidaknya ada lima hal yang harus diketahui.


Pertama, buatlah daftar pertanyaan sementara. Semua pertanyaan harus disingkat dan eksklusif ke permasalahan inti ( to the point ). Kesalahan yang dilarang dilakukan ialah pertanyaan yang terlalu melebar dengan wangsit pokok produk jurnalistik yang akan diangkat.


Contoh pertanyaan yang dihindari ialah : Dapatkah Anda menjelaskan ihwal keluarga berencana ? , Faktor apa saja yang….. ? , Bagaimana dengan pajak penghasilan….?. Pertanyaan-pertanyaan itu kurang tepat. Pertanyaan tersebut lebih baik diganti saja menjadi “Metode apa yang Anda anjurkan untuk keluarga berencana ?”.


Kedua, hindarilah balasan yang niscaya akan menciptakan narasumber menjawab kata “ya” atau “tidak” saja. Contoh yang menciptakan narasumber akan menjawab kata “ ya” atau “tidak” ialah pada pertanyaan “Jadi kedatangan Bapak ke sini hanya untuk meresmikan tol Pemalang-Batang ?”.


Ketiga, seorang wawancara dilarang menyatakan pendapat pribadinya selama proses wawancara sedang berlangsung. Bila pewawancara ingin memberikan hal yang berlawanan dengan balasan narasumber, jangan hingga pewawancara menampakkan bahwa komentar kalian itu lebih benar darinya. Jika itu dilakukan, narasumber akan menganggap pewawancara itu sok pintar.


Keempat, seorang pewawancara harus bersifat impartial. Artinya, seorang pewawancara harus membatasi diri dari menciptakan komentar ibarat : “Oh begitu ya ? “, “Masa sih ? “, “Bagus sekali” dan kalimat yang ada kesan kalian terlalu memihak narasumber terlalu berlebih. Ingat, kalian sedang mewawancarai narasumber, bukan sedang ngobrol dengannya.


Kelima, kalau orang yang diwawancarai menjawab dengan mengajukan pertanyaan, kalian jangan hingga menjawab pertanyaannya. Indahkan pertanyaan dari narasumber. Ulangi saja pertanyaan kalian, atau alihkan ke pertanyaan lainya.


Bagaimana Cara Melakukan Interupsi ?


Melakukan interupsi ketika proses wawancara sedang berlangsung merupakan bab kontrol wawancara yang biasa ada, dan itu harus dilakukan kalau balasan dari narasumber melebar. Ada beberapa kondisi, dimana kalian harus melaksanakan interupsi kepada narasumber. Berikut beberapa diantaranya.


Merencanakan dan Mempersiapkan Wawancara √ Merencanakan dan Mempersiapkan Wawancara

Gambar. Wawancara bersama narasumber diinterupsi alasannya kedua narasumber saling cek cok dan emosi (Sumber: TV One)


Pertama, interupsi sanggup dilakukan kalau narasumber terus berbicara melebar dari pertanyaan inti yang kalian ajukan. Jika itu terjadi, interupsilah dengan mencoba menghentikan jawabannya secara sopan.


Kedua, interupsi sanggup dilakukan ketika narasumber hanya tertegun saja ketika diwawancarai. Narasumber yang tertegun biasanya mereka sedang resah dengan jawab narasumber.


Jika narasumber menjawab pertanyaan kalian dengan waktu yang lama, coba hentikanlah pembicaraannya dan beralihlah ke pertanyaan selanjutnya.


Ketiga, interupsilah kalau narasumber sudah tidak sanggup lagi berdialog dengan gaya santai. Jika emosi narasumber sedang murka besar, dan ketika itu wawancara berlangsung secara live. Kalian harus memotong kegiatan wawancara tersebut hingga situasi psikologis narasumber sanggup mereda.


Proses interupsi cara ini biasanya dengan mengalihkan kegiatan wawancara ke kegiatan lain. Misalnya sengaja di break terlebih dahulu dengan tayangan iklan. Dengan begitu, emosi meledak-ledak dari narasumber tidak tertangkap oleh kamera.



Sumber https://www.siswapedia.com