Thursday, July 27, 2017

√ 5 Level Kepemimpinan

INTISARI THE 5 Levels of Leadership
Bagan di bawah ini sanggup memberi citra singkat mengenai 5 Levels of Leadership
Bagan 1.
5 Levels of Leadership
Puncak
-- R E S P E K –
Orang lain mengikuti lantaran jati diri Pemimpin dan apa yang diwakilinya.
Mengembangkan Orang Lain
-- R E P R O D U K S I –
Orang lain mengikuti lantaran apa yang telah Pemimpin lakukan untuk mereka.
Produktivitas
-- H A S I L –
Orang lain mengikuti lantaran apa yang telah Pemimin lakukan untuk organisasi.
Perkenanan
-- H U B U N G A N –
Orang lain mengikuti Pemimpin lantaran mereka ingin.
Jabatan
-- H  A K –
Orang lain mengikuti Pemimpin lantaran keharusan.
5
4
3
2
1

LEVEL 1 - - JABATAN
Jabatan yakni level terendah dan tingkatan awal dalam kepemimpinan. Satu-satunya imbas yang dimiliki oleh seseorang yang memimpin berdasarkan jabatan yakni imbas yang diberikan oleh jabatannya tersebut. Orang lain mengikuti lantaran keharusan. Kepemiminan yang mengandalkan jabatan dilakukan berdasarkan hak yang diterima dari jabatan mereka. Memiliki jabatan tidaklah salah, namun memakai jabatan untuk membuat orang lain mengikuti kita yakni salah.jabatan tidak bisa menggantikan pengaruh. Orang yang hanya mencapai level 1 bisa menjadi atasan, namun mereka tidak pernah menjadi pemimpin. Mereka mempunyai bawahan bukan anggota tim. Mereka mengontrol bawahannya dengan mengandalkan peraturan, kebijakan, dan struktur organisasi. Orang-orang biasanya hanya melaksanakan apa yang diminta dari mereka. Saat pemimpin meminta suplemen perjuangan dan waktu, biasanya bawahan tidak mau. Pemimpin level ini biasanya tidak akan bisa bekerja dengan para sukarelawan, orang-orang yang lebih muda, dan mereka yang berpendidikan tinggi. Mengapa? Karena pemimpin lebel 1 tidak mempunyai imbas kepada pihak-pihak tersebut di atas yang cenderung sulit diatur. Jabatan yakni satu-satunya tingkatan yang tidak membutuhkan kemampuan dan perjuangan untuk meraihnya.
Tabel 1.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 1
Kelebihan Level 1
Kekurangan Level 1
1.   Jabatan biasanya diberikan lantaran seseorang dianggap mempunyai potensi untuk memimpin.
2.   Mereima jabatan artinya kewenangak kita diakui.
3.   Jabatan yakni permintaan untuk mengembangkan diri kita sebagai seorang pemimpin.
4.   Jabatan membuat calon pemimpin bisa membentuk dan mendeskripsikan kepemimpinan mereka.
1.   Memiliki jabatan seringkali menyesatkan.
2.   Pemimpin yang mengandalkan jabatan sering kali tidak menghargai orang lain.
3.   Mereka yang memimpin berdasarkan jabatan hanya mengandalkan peraturan.
4.   Pemimpin lebih menuntut hak daripada tanggung jawab.
5.   Pemimpin yang mengandalkan jabatannya sering kali kesepian.
6.   Pemimpin yang terus mengandalkan jabatannya akan dicap dan dibiarkan terdampar.
7.   Banyak anggota tim yang mengundurkan diri
8.   Pemimpin seringkali mendapatkan sisa-siswa bukan yang terbaik dari orang-orang mereka
Tindakan Terbaik di Level 1
1.      Berhentilah mengandalkan jabatan untuk membuat orang lain bekerja.
2.      Lupakan jabatan demi kemajuan
3.      Lupakan jabatan dan dekati orang-orang
Keyakinan yang Perlu Dimiliki Pemimpin Level 1 semoga Naik ke Level 2
1.      Jabatan saja tidak cukup
2.      Orang, bukan jabatan, yakni asset yang paling berharga dari seorang pemimpin
3.      Seorang pemimpin tidak harus mempunyai semua informai mengenai segalanya.
4.      Pemimpin yang baik selalu melibatkan orang lain.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 1 Terlampaui
1.      Berterimakasihlah pada orang-orang yang memberi kesempatan memimpin
2.      Mendedikasikan diri untuk mengembangkan kepemimpinan
3.      Membuat citra kepemimpinan
4.      Bergeser dari jabatan menuju potensi.
5.      Berfokus pada citra organisasi di masa depan.
6.      Bergerak dari peraturan pada hubungan
7.      Mulai membina korelasi dengan anggota tim.
8.      Jangan menyebutkan jabatan
9.      Belajar menyampaikan “saya tidak tahu”
10.  Temukan orang yang sanggup melatih kita untuk memimpin

Untuk mempermudah penerapannya terapat beberapa aturan yang bisa diterapkan di level 1, yakni:
a.       Hukum Katup, kemampuan memimpin menentukan Tingkat Efektivitas seseorang.
b.      Hukum Proses, kepemimpinan dikembangkan setiap hari, bukan dalam satu hari saja.
c.       Hukum Navigasi, semua orang bisa mengarahkan kapalnya, namun dibutuhkan seorang pemimpin untuk memetakan perjalanannya.

LEVEL 2 - - PERKENANAN
Satu-satunya hal yang mendasari kepemimpinan di level 2 yakni hubungan dengan orang lain. Pada dikala pemimpin menyukai orang lain dan memperlakukan mereka seolah-olah mereka bernilai, maka pemimpin tersebut mulai mengembangkan imbas dalam diri bawahannya. Pemimpin mengembangkan rasa percaya. Lingkungan menjadi jauh lebih positif. Agenda untuk pemimpin di level ini bukanlah menjaga posisi mereka. Tujuan pemimpin level 2 yakni mengenal orang-orang mereka dan mencari tahu bagaimana mereka bisa bekerja sama dengannya. Para pemimpin menemukan siapa sesungguhnya orang-orang mereka. Pengikut menemukan siapa sesungguhnya pemimpin mereka. Selanjutnya akan terbangun korelasi yang kokoh dan bertahan lama.
Inti dari level 2 adalah, Pemimpin bisa menyukai orang lain tanpa memimpin mereka, namun pemimpin tidak bisa memimpin orang lain dengan baik jikalau ia tidak menyukai mereka.

Tabel 2.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 2
Kelebihan Level 2
Kekurangan Level 2
1.      Mereka yang diperkenankan untuk memimpin lebih bisa menikmati pekerjaannya.
2.      Mereka yang diperkenankan untuk memimpin meningkat energinya.
3.      Mereka yang diperkenankan untuk memimpin menemukan bahwa jalur-jalur komunikasi sudah terbuka.
4.      Mereka yang diperkenankan untuk memimpin tahu bahwa setiap orang sangat berharga dan berfokus pada hal ini.
5.      Perkenanan membuat pemimpin mulai dipercaya.
1.     Terlihat teralu lunak bagi sebagian orang.
2.     Diperkenankan untuk memimpin bisa membuat mereka yang berprestasi merasa frustasi.
3.     Pemimpin yang memperoleh perkenanan bisa dimanfaatkan.
4.     Agar bisa memimpin dengan efektif, mereka yang diperkenankan memimpin membutuhkan keterbukaan.
5.     Orang-orang yang secara alamiah tidak suka membina korelasi dengan orang lain, sulit memperoleh perkenanan untuk memimpin.
6.     Diperkenankan untuk memimpin memaksa kita untuk menghadapi sesesorang seutuhnya.
Tindakan Terbaik di Level 2
1.   Binalah korelasi dengan diri sendiri sebelum berusaha membina korelasi dengan oranglain.
2.   Kembangkan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada orang lain.
3.   Praktikkan Golden Rule.
4.   Jadilah motivator utama bagi tim.
5.   Seimbangkan antara kepemilkan dan keterbukaan
Keyakinan yang Perlu Dimiliki Pemimpin Level 2 semoga Naik ke Level 3
1.   Membina korelasi saja tidak cukup.
2.   Saat membina hubungan, masing-masing pihak harus mengembangkan diri.
3.   Hubungan yang sudah dibina layak untuk dipertaruhkan semoga citra masa depan terwujud.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 2 Terlampaui
1.            Memastikan bahwa kita mempunyai perilaku yang benar terhadap orang lain.
2.            Terhubung dengan diri sendiri.
3.            Memahami asasl usul kita.
4.            Tunjukan bahwa setiap orang dalam tim bernilai.
5.            Mengevaluasi di mana posisi kita bersama tim.
6.            Menerima orang lain apa adanya sebagai belahan dari kepemimpinan.
7.            Bersenang-senanglah.
8.            Berikan perhatian yang tidak bercabang.
9.            Menjadi orang yang selalu menyemangati tim.
10.        Tunjukan kepedulian dan keterbukaan.

Untuk mempermudah penerapannya terapat beberapa aturan yang bisa diterapkan di level 2, yakni:
a.       Hukum Pengaruh, kepemimpinan sesungguhnya diukur berdasarkan pengaruh, tidak lebih tidak kurang.
b.      Hukum Nilai Tambah, pemimpin memberi nilai tambah dengan cara melayani orang lain.
c.       Hukum Dasar yang Kokoh, rasa percaya diri yakni dasar kepemimpinan.
d.      Hukum Magnet, jati diri kita ditentukan oleh siapa yang tertarik pada kita.
e.       Hukum Koneksi, pemimpin menyentuh hati sebelum memminta bantuan.
f.       Hukum Kepercayaan, sebelum mempercayai citra seorang pemimpin akan masa depan organisasi mereka, orang-orang harus mempercayai pemimpin itu terlebih dulu.

LEVEL 3 - - PRODUKTIVITAS
Salah satu ancaman mencapai level 2 yakni seorang pemimpin biasanya termakan untuk berhenti di sini. Para pemimpin yang baik tidak hanya sekedar membuat lingkungan kerja yang menyenangkan, namun mereka menuntaskan segalanya. Itulah alasan mengapa mereka naik ke level 3 yang didasarkan pada hasil. Pada level Produktivitas, pemimpin memperoleh imbas dan kepercayaan, orang-orang mulai mengikutinya lantaran apa yang telah mereka lakukan untuk organisasi.
Banyak hal positif mulai terjadi dikala seorang pemimpin naik ke level 3. Pekerjaan diseselesikan, rasapercaya diri dan antusiasme meningkat, keuntungan meniingkat, orang-orang tidak lagi meninggalkan organisasi itu, dan tujuan tercapai. Di level 3 , kesempatan untuk terus meningkatkan hasil mulai terasa pengaruhnya. Memimpin dan memengaruhi orang lain menjadi menyenangkan. Pemimpin bisa menjadi orang yang mendorong terjadinya perubahan. Mereka bisa mengatasi masalah-masalah sulit dan menghadapi situasi yang menyakitkan. Mereka bisa mengambil keputusan sulit yang menghasilkan perbedaan. Mereka bisa membawa orang-orang mereka ke tingkat efektivitas berikutnya.

Tabel 3.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 3
Kelebihan Level 3
Kekurangan Level 3
1.   Kepemimpinan yang produktif membuat orang-orang mempercayai sang pemimpin
2.   Menjadi teladan dan standar yang sanggup dilihat dengan terang oleh orang lain.
3.   Kepemimpinan yang produktif membuat citra akan masa depan menjadi lebih terang dan realistis.
4.   Memecahkan banyak masalah
5.   Menciptakan kemanpuan untuk terus mengembangkan diri
6.   Menjadi dasar untuk membangun tim
1.  Menjadi seorang yang produktif membuat kita berpikir kitalah pemimpin dikala sesungguhnya pemimpinnya bukanlah kita
2.  Merasakan beban berat berupa tanggung jawab untuk memperlihatkan hasil
3.  Harus mengambil keputusan yang sulit
4.  Menuntut untuk memperhatikan level 2

Tindakan Terbaik di Level 3
1.   Pahami bagaimana talenta pemimpin berkontribusi pada citra masa depan kepemimpinan dan organisasi.
2.   Gambarkan masa depan dan hal-hal yang harus diraih.
3.   Mulai mengembangkan orang-orang menjadi sebuah tim.
4.   Prioritas pada hal-hal yang memperlihatkan keuntungan besar
5.   Bersedia dan bersipa untuk menjadi orang yang mendorong perubahan.
6.   Jangan melupakan tujuan sesungguhnya, yaitu memberikn hasil.
Keyakinan yang Perlu Dimiliki Pemimpin Level 2 semoga Naik ke Level 3
1.   Produktivitas saja tidak cukup.
2.   Orang yakni asset yang paling berharga dari sebuah organisasi.
3.   Mengembangkan pemimpin yakni cara paling efektif untuk mewujudkan citra masa depan
4.   Melihat orang lain mengembangkan diri yakni kepuasan terbesar dari seorang pemimpin.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 3 Terlampaui
1.            Milikilah karakteristik yang diperlukan dari Anggota Tim.
2.            Ubahlah produktivitas eksklusif menjadi kepemimpinan.
3.            Pahamilah kawasan yang sempurna bagi setiap orang semoga mereka masing-masing menjadi lebih pproduktif.
4.            Teruslah menggambarkan keadaan organisasi di masa depan.
5.            Bangunlah tim.
6.            Agar duduk kasus terpecahkan, gunakan kemampuan untuk terus meningkatkan hasil.
7.            Pahami bagaimana anggota tim mensugesti kemampuan untuk terus meningkatkan hasil.
8.            Praktikan prinsip Pareto.
9.            Menerima tugas sebagai pemimpin yang mendorong terjadinya perubahan.
10.        Janganlah mengabaikan level 2

Untuk mempermudah penerapannya terapat beberapa aturan yang bisa diterapkan di level 3, yakni:
a.       Hukum Respek, secara alamiah orang-orang mengikuti pemimpin yang lebih besar lengan berkuasa daripada mereka.
b.      Hukum Magnet, jati diri kita ditentukan oleh siapa yang tertarik pada kita.
c.       Hukum Kemenangan, pemimpin menemukan cara semoga tim itu bisa menang.
d.      Hukum Peluang Besar untuk Terus Meningkatkan Hasil, kesempatan untuk terus meningkatkan hasil yakni sobat baik bagi seorang pemimpin.
e.       Hukum Prioritas, pemimpin tahu bahwa acara tidak bisa disamakan dengan prestasi.
f.       Hukum Pengorbanan, semoga bisa naik seorang pemimpin harus berkorban.
g.      Hukum Kepercayaan, sebelum bisa mepercayai citra seorang pemimpin akan masa depan organisasi mereka, orang-orang harus bisa mempercayai pemimpin itu terlebih dulu.


LEVEL 4 - - MENGEMBANGKAN ORANG LAIN
Para pemimpin di level 4 menjadi besar bukan lantaran kekuasaan mereka, melainkan lantaran kemampuan mereka memberdayakan orang lain. Mereka memakai jabatan, relasi, dan produktivitas untuk berinvestasi dalam pengikut mereka, mengembangkannya hingga pengikutnya tersebut menjadi pemimpin. Hasilnya yakni reproduksi. Pemimpin level 4 mereproduksi diri mereka sendiri. Produktivitas mungkin bisa membuat kita memenangkan sebuah pertandingan, namun mengembangkan orang lain akan membuat kita memenangkan sebuah kejuaraan. Dua hal selalu terjadi di level 4. Pertama kolaborasi meningkat sangat tinggi. Hal ini disebabkan lantaran investasi yang besar dalam diri orang lain memperdalam korelasi dan membantu orang-orang untuk saling mengenal dan memperkuat loyalitas mereka. Kedua, kinerja meningkat. Hal ini terjadi lantaran ada jauh lebih banyak pemimpin dalam tim dan mereka membantu meningkatkan kinerja semua orang.
Pemimpin level 4 mengubah hidup orang-orang yang mereka pimpin. Sejalan dengan itu, orang-orang mereka mengikuti lantaran apa yang telah pemimpin lakukan untuk mereka secara pribadi  dan korelasi mereka seringkali bertahan seumur hidup.

Tabel 4.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 4
Kelebihan Level 4
Kekurangan Level 4
1.   Mengembangkan orang lain akan membuat seorang pemimpin berbeda dari kebanyakan pemimpin lainnya
2.   Mengembangkan orang lain memastikan bahwa perkembangan akan terus terjadi.
3.   Mengembangkan orang lain akan memberdayakan mereka untuk menuntaskan tanggung jawab kepemimpinan mereka.
4.   Mengembangkan orang  lain membuat kepemimpinan seseorang meluas dan melibatkan banyak hal.
5.   Mengembangkan orang lain memperlihatkan kepuasan eksklusif yang mendalam.
1.     Keegoisan bisa membuat pemimpin tidak lagi berusaha mengembangkan orang lain.
2.     Rasa kondusif bisa membuat pemimpin merasa terancam dikala orang lain mengembangkan diri.
3.     Pandangan jangka pendek bisa membuat pemimpin tidak bisa melihat keharusan untuk mengembangkan orang lain.
4.     Kurangnya kesepakatan bisa membuat pemimpin tidak bisa bekerja keras untuk mengembangkan orang lain.
Tindakan Terbaik di Level 4
1.   Perekrutan, temukan orang terbaik.
2.   Penempatan, tempatkan orang yang sempurna di kawasan yang tepat.
3.   Menjadi contoh, menerangkan cara untuk memimpin pada orang lain
4.   Memperlengkapi, membantu orang lain melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik.
5.   Mengembangkan, mengajari mereka untuk hidup dengan baik.
6.   Memberdayakan, membuat orang lain merasa bisa meraih kesuksesan.
7.   Mengukur, mengevaluasi orang-orang yang sudah di kembangkan untuk memaksimalkan perjuangan mereka.
Keyakinan yang Perlu Dimiliki Pemimpin Level 4 semoga Naik ke Level 5
1.   Tujuan tertinggi dari kepemiminan yakni mengembangkan pemimpin lain, bukan memperoleh pengikut dan menyuruh mereka bekerja.
2.   Untuk mengembangkan pemimpin, ciptakan nilai dan kebiasaan kepemimpinan.
3.   Mengembangkan pemimpin yakni kesepakatan seumur hidup, bukan kesepakatan sebuah pekerjaan.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 4 Terlampaui
1.         Bersedia untuk terus mengembangkan diri sendiri.
2.         Memutuskan bahwa nilai dari orang-orang yang dikembangkan sepadan dengan perjuangan kita.
3.         Berusaha untuk mengatasi rasa tidak aman.
4.         Temukan orang terbaik yang bisa direkrut untuk dikembangkan menjadi pemimpin.
5.         Berkomitmen untuk meluangkan segenap waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan kepemimpinan
6.         Memulai proses pengembangan pribadi.
7.         Jangan pernah bekerja seorang diri.
8.         Padukan proses dan mekanisme dengan sisi sosial dari pengembangan.
9.         Menerima tanggung jawab untuk memotivasi orang lain.
10.     Tetaplah bisa dihubungi sebagai seorang pemimpin, contoh, dan pelatih.

Untuk mempermudah penerapannya terapat beberapa aturan yang bisa diterapkan di level 4, yakni:
a.       Hukum Proses, kepemimpinan dikembangkan setiap haru, bukan dalam satu hari saja.
b.      Hukum Nilai Tambah, pemimpin memberi nilai tambah dengan cara melayani orang lain .
c.       Hukum Lingkaran Dalam, kemampuan seorang pemimpin ditentukan oleh orang-orang terdekatnya.
d.      Hukum Pemberdayaan, hanya pemimpin yang tidak merasa terancamlah yang bersedia memperlihatkan kekuasaan pada orang lain.
e.       Hukum Pertumbuhan yang Meledak, untuk mengembangkan pimpinlah pengikut, untuk melipatgandakan , pimpinlah pemimpin .
f.       Hukum Kepercayaan, sebelum bisa mepercayai citra seorang pemimpin akan masa depan organisasi mereka, orang-orang harus bisa mempercayai pemimpin itu terlebih dulu.


LEVEL 5 - - PUNCAK
Tingkatan tertinggi dan paling sulit dalam kepemimpinan yakni Puncak.  Kebanyakan orang bisa mencar ilmu untuk menapaki dari level 1 hingga 4,  namun level 5 membutuhkan lebih dari usaha, keahlian, dan perhatian. Level 5 membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi. Biasanya, hanya mereka yang mempunyai talenta alamiah untuk memimpinlah yang bisa datang di level tertinggi ini. Yang dilakukan pemimpin level 5 yakni mengembangkan orang lain semoga menjadi pemimpin level 4. Seseorang yang penuh rasa hormat, menyenangkan, dan produktif bisa memperlihatkan imbas besar dalam diri orang lain dan memperoleh pengikut dengan sangat mudah, namun mengembangkan pengikut hingga bisa memimpin seringkali sulit. Hasil dari kepemimpinan level 5 yakni mengembangkan organisasi. Mereka membuat kesempatan yang tidak diciptakan oleh pemimpin di level lain. Orang-orang mengikuti mereka lantaran jati diri pemimpin dan apa yang mereka wakili. Artinya pemimpin mempunyai reputasi positif. Sebagai jadinya pemimpin level 5 sering kali memimpin lintas jabatan, organisasi, dan kadang-kadang juga lintas industri.

Tabel 5.
Hal-hal Khusus Mengenai Level 5
Kelebihan Level 5
Kekurangan Level 5
1.      Kepemimpinan puncak membuat organisasi level 5
2.      Masa depan organisasi yakni hasil dari kepemimpinan puncak di masa kini.
3.      Kepemimpinan puncak membuat dasar yang lebih luas untuk memimpin.
1.      Berada di puncak bisa membuat pemimpin merasa tujuannya sudah tercapai.
2.      Berada di puncak bisa membuat pemimpin meyakini hal tersebut atas perjuangan nya sendiri
3.      Mencapai puncak bisa membuat pemimpin kehilangan fokus.
Tindakan Terbaik di Level 5
1.      Memastikan ada banyak kawasan kosong di puncak.
2.      Terus membimbing calon pemimpin level 5
3.      Pemimpin harus membuat bundar dalam yang akan membuatnya tetap realistis.
4.      Lakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh seorang pemimpin level 5 pada organisasinya.
5.      Rencanakan siapa yang akan meneruskan kepemimpinan.
6.      Tinggalkan keadaan positif sebagai hasil dari kepemimpinan.
Membantu Orang Lain Mencapai Level 4 dan 5
1.      Temukan apa saja, kemudian ciptakan, pelajaran kepemimpinan terpenting yang harus merekapelajari
2.      Cari ujian sangat berat yang tidak diperlukan dan bisa mereka jadikan pelajaran.
3.      Gunakan ujian yang sangat berat sebagai panduan untuk mengajari orang lain.
4.      Kenalkan mereka pada orang-orang dan organisasi yang akan memengaruhi mereka.
Panduan Pengembangan Diri Hingga Level 4 Terlampaui
1.         Pemimpin harus tetap rendah hati dan mau belajar.
2.         Mempertahankan fokus utama.
3.         Menciptakan bundar dalam yang baik untuk membuat pemimpin tetap realistis
4.         Lakukan hal-hal yang hanya bisa dilakukan oleh pemimpin level 5.
5.         Menciptakan lingkungan yang sangat besar lengan berkuasa untuk mengembangkan kepemimpinan.
6.         Menciptakan kawasan di puncak.
7.         Mengembangkan para pimpinan puncak.
8.         Merencanakan pengganti pemimpin.
9.         Merencanakan keadaan positif apa yang ingin ditinggalkan sebagai hasil dari kepemimpinan kita.
10.     Menggunakan kesuksesan kepemimpinan kita sebagai dasar untuk mencapai sesuatu yang lebih besar.

Untuk mempermudah penerapannya terapat beberapa aturan yang bisa diterapkan di level 5, yakni:
a.       Hukum Respek, secara alamiah orang-orang mengikuti pemimpin yang lebih besar lengan berkuasa daripada mereka.
b.      Hukum Intuisi: pemimpin mengevaluasisegala hal dengan menitikberatkan pada kepemimpinan.
c.       Hukum Saat yang Tepat, kapan harus memimpin sama pentingnya dengan apa yang harus dilakukan dengan apa tujuannya.
d.      Hukum Warisan, penerus menentukan apakah seorang pemimpin mempunyai nilai yang bertahan selamanya.
e.       Hukum Pertumbuhan yang Meledak, untuk mengembangkan pimpinlah pengikut, untuk melipatgandakan , pimpinlah pemimpin .

Selanjutnya organisasi  juga membagikan ulasan yang sanggup menjadi kunci untuk mempraktikkan tiap level di atas serta membantu kita untuk memahami bahwa setiap level saling berhubungan. Kunci-kunci tersebut adalah:
1)      Anda bisa naik satu level, namun Anda tidak akan pernah meninggalkan level sebelumnya.
2)      Level Anda belum tentu sama dengan level orang lain.
3)      Semakin tinggi level Anda, semakin gampang untuk memimpin.
4)      Semakin tinggi level Anda, semakin banyak waktu dan komitmenyang dibutuhkan untuk mencapai level selanjutnya.
5)      Mencapai level selanjutnya sering kali membutuhkan waktu lebih lama, namun Anda bisa kembali ke level sebelumnya dengan cepat.
6)      Semakin tinggi level Anda, semakin besar pula hasilnya.
7)      Mencapai level yang lebih tinggi selalu membutuhkan pengembangan diri lebih lanjut.
8)      Tidak menapaki level yang ada akan membatasi Anda dan orang-orang Anda.
9)      Saat posisi atau organisasi Anda berubah Anda pun biasanya tidak bertahan di level yang sama.
10)  Anda tidak bisa menapaki semua level itu sendirian.


                                                                                      



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A.    METODE PENELITIAN         
Penelitian ini memakai metode penelitian deskriptif, penelitian deskriptif (descriptive reasearch), yang biasa disebut juga penelitian taksonomik (taksonomic research), menyerupai telah disebutkan sebelumnya, dimaksudkan untuk eksplorasi dan penjelasan mengenai suatu fenomena atua kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan duduk kasus dan uinit yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak hingga mempersoalkan jaringan korelasi antar variabel yang ada tidak maksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan variabel-varibel anteseden yang menjadikan sesuatu tanda-tanda atau kenyataan sosial. Oleh lantaran itu, pada suatu penelitian deskriptif, tidak memakai dan tidak melaksanakan pengujian hipotesis (seperti yang dilakukan dalam penelitian eksplanasi) ; berarti tidak dimaksudkan unutk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori. Dalam pengelolahan dan analisis data, lazimnya memakai pengolahan statistik yang bersifat deskriptif (statistik deskriptif).
Menurut Hidayatsyah penelitian deskriptif yakni metode penelitian yang dipakai untuk menemukan pengetahuan yang sekuas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa tertentu.  Sedangkan berdasarkan Punaji Setyosari ia menjelaskan bahwa penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk  menjelaskan atau mendeskripsikan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variebel yang bisa dijelaskan baik dengan angka-angka maupun kata-kata.  Hal senada juga dikemukakan oleh Best bahwa penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Sukmadinata (2006:72) menjelaskan  Penelitian deskriptif yakni suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penelitian deskriptif berdasarkan Etna Widodo dan Mukhtar (2000) kebanyakan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, melainkan lebih pada menggambarkan apa adanya suatu gejala, variabel, atau keadaan. Namun demikian, tidak berarti semua penelitian deskriptif tidak memakai hipotesis. Penggunaan hipotesis dalam penelitian deskriptif bukan dimaksudkan untuk diuji melainkan bagaimana berusaha menemukan sesuatu yang berarti sebagai alternatif dalam mengatasi duduk kasus penelitian melalui mekanisme ilmiah.
Penelitian deskriptif tidak hanya terbatas pada duduk kasus pengumpulan dan penyusunan data, tapi juga mencakup analisis dan interpretasi wacana arti data tersebut. Oleh lantaran itu, penelitian deskriptif mungkin saja mengambil bentuk penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang membandingkan satu fenomena atau tanda-tanda dengan fenomena atau tanda-tanda lain, atau dalam bentuk studi kuantitatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian, menetapkan standar, dan korelasi kedudukan satu unsur dengan unsur yang lain.

B.     WILAYAH DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di sebuah playschool (Pendidikan Anak Usia Dini yang terdiri atas playgroup/kelompok bermain dan Taman Kanak-Kanak/TK) yang berjulukan Mutiara Bunda Playschool yang beralamat di Jalan Batik Kumeli no 1, Sukaluyu, Bandung.
Kepala Sekolah berjulukan Ms. Tiara Karvini yang mempunyai anggota tim sebanyak 11 orang yang terdiri atas 7 orang guru, 1 orang satpam, 1 orang maintenance, 1 orang pelaksana umum, dan 1 orang psikolog.
Penelitian dilakukan pada hari Selasa, 9 Mei 2017. Pada hari tersebut psikolog tidak hadir di sekolah, sehingga anggota tim dianggap hanya 10 yangmenjadi responden.
C.       JENIS DAN SUMBER DATA
Jenis data yang dipakai yakni data primer yang mencakup jawaban responden melalui pengisian questioner/angket di empat organisasi tersebut di atas. Jenis dan panduan penggunaan angket terdapat pada buku The 5 Levels of Leadership (Maxwell, 2011) yang  terdiri atas 3 jenis, yakni:
a.       Angket A yakni Karakteristik Setiap Level Kepemimpinan yang terdiri atas 5 (lima) bagian. Tiap belahan berisi 10 (sepuluh) pernyataan yang mewakili abjad kepemimpinan tiap level. Angket ini harus diisi oleh pemimpin organisasi (kepala sekolah). Teknik pengisian yakni sebagai berikut, responden mengisi satu persatu belahan dari angket secara berangsur-angsur. Responden hanya sanggup melanjutkan pengisian belahan berikutnya, jikalau ia menyatakan terwakili oleh paling sedikit 8 (delapan) pernyataan dalam tiap bagian, atau  responden mencentang paling sedikit 8 pernyataan.

b.      Angket B yakni Penilaian Kepemimpinan untuk Anggota Tim Secara Individual – dari Sudut Pandang Pemimpin. Angket B ini terdiri atas pernyataan-pernyataan yang mewakili perilaku kepemimpinan tiap level. Angket B ini harus diisi oleh pemimpin organisasi (kepala sekolah). Responden menentukan ”Ya” dan ”Tidak” di ujung setiap pernyataan untuk memperlihatkan keterwakilannya terhadap perilaku kepemimpinan tiap level. Jumlah pernyataan di tiap level berbeda-beda, dengan uraian sebagai berikut:
-          Di level 1 terdapat 3 pernyataan.
-          Di level 2 terdapat 5 pernyataan
-          Di level 3 terdapat 5 pernyataan
-          Di level 4 terdapat 4 pernyataan
-          Di level 5 terdapat 3 pernyataan
Responden mengisi angket B sejumlah anggota tim yang ia miliki.
c.       Angket C yakni Penilaian Kepemimpinan – dari Sudut Pandang Anggota Tim. Angket C terdiri atas pernyataan-pernyataan yang mewakili perilaku kepemimpinan tiap level, pernyataan pada angket C sama dengan pernyataan pada angket B, hanya sudut pandang yang berbeda. Yang menjadi Anda pada pernyataan di Angket C yakni anggota Tim, bukan pemimpin menyerupai pada angket B. Angket C ini harus diisi oleh setiap anggota tim (guru dan staf). Responden menentukan ”Ya” dan ”Tidak” di ujung setiap pernyataan untuk memperlihatkan keterwakilan dirinya terhadap perilaku kepemimpinan tiap level. Jumlah pernyataan di tiap level berbeda-beda, dengan uraian sebagai berikut:
-          Di level 1 terdapat 3 pernyataan.
-          Di level 2 terdapat 5 pernyataan.
-          Di level 3 terdapat 5 pernyataan.
-          Di level 4 terdapat 4 pernyataan.
-          Di level 5 terdapat 3 pernyataan.
Tiap responden mengisi hanya satu angket.
Data primer inilah yang diolah oleh peneliti. Data sekunder tidak dibutuhkan dalam penelitian ini.

D.       Teknik Pengumpulan Data
Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penyebaran Questioner (angket). Peneliti membuatkan angket ke empat organisasi di atas dengan membuka pernyataan bahwa penelitian ini ingin melihat keselarasan penilaian kepemimpinan dalam organisasi tersebut berdasarkan penilaian dari pemimpin itu sendiri dan anggota timnya. Peneliti tidak menjelaskan konsep The 5 Levels of Leadership dengan tujuan agar responden, terutama pemimpin organisasi, tidak terpengaruh oleh keinginan untuk semua mengisi belahan dari angket A.

E.        TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Setelah angket terkumpul, peneliti melaksanakan pengolahan dengan teknik sebagai berikut:
1)         Mencatat nama pemimpin organisasi.
2)         Menghitung jumlah anggota tim dalam organisasi.
3)         Mencatat tanggal pengisian angket.
4)         Membuat tabel Hasil Pengolahan Data menyerupai di bawah ini
Tabel 6
Hasil Pengolahan Data Primer

Bagian 1
Jumlah pernyataan yang dianggap benar oleh Pemimpin
(Hasil Angket A)
Bagian 2
Jumlah anggota tim di setiap level berdasarkan pada penilaian Pemimpin mengenai anggota tim
(Hasil Angket B)
Bagian 3
Jumlah tim yang menempatkan pemimpin dalam setiap level kepemimpinan
(Hasil Angket C)
Level yang Mendominasi
Level 1




Level 2




Level 3




Level 4




Level 5





5)         Mengolah hasil angket A dengan menghitung penilaian kepemimpinan berdasarkan dirinya sendiri berdasarkan jumlah pernyataan yang dianggap mewakili abjad kepemimpinan di tiap belahan dari dari angket A. Selanjutnya dicatat di level mana pemimpin memposisikan level kepemimpinannya berdasarkan petunjuk di belahan mana ia berhenti. Saat responden (Kepala Sekolah) tidak melanjutkan pengisian angket selanjutnya, berarti ia menilai dirinya ada di level kepemimpinan tersebut.
Bagian selanjutnya yang tidak diisi lantaran tidak diberikan oleh peneliti diberi nilai jumlah 0 (nol).
Hasil perhitungan pada proses 5) dimasukan ke dalam kolom 2 pada tabel 6.

6)         Mengolah hasil angket B dengan menghitung jumlah anggota tim yang menempatkan pemimpin mereka pada suatu level berdasarkan sudut pandang pemimpin. Di level mana pemimpin ditempatkan, terlihat dari jumlah centang pada ”Ya” yang lebih atau sama banyak dibandingkan centang pada ”Tidak”di tiap level pada angket B.
Hasil perhitungan pada proses 6) dimasukan ke kolom 3 pada tabel 6.
7)         Mengolah hasil angket C dengan menghitung jumlah anggota tim yang menempatkan pemimpin mereka pada suatu level berdasarkan sudut pandang anggota tim. Di level mana pemimpin ditempatkan, terlihat dari jumlah centang pada ”Ya” yang lebih atau sama banyak dibandingkan centang pada ”Tidak”di tiap level pada angket C.
Hasil perhitungan pada proses 7) dimasukan ke kolom 4 pada tabel 6.

8)         Menghitung angka pada kolom ke-5 pada tabel 6 dengan cara menjumlahkan angka di kolom 2, 3, dan 4 secara mendatar setiap barisnya. Kemungkinan besar, level dengan jumlah tertinggi memperlihatkan level kepimimpinan dari pemimpin organisasi tersebut (Maxwell, 2011:46).

9)         Menganalisis hasil pengolahan data.











BAB IV
PENUTUP

A.       HASIL PENELITIAN
Dari penyebaran angket dan pengolahan data primer diperoleh hasil sebagai berikut:
1)      Nama Kepala Sekolah                                      :  Tiara Karvini, S. S.
2)      Jumlah anggota tim                                          : 11 orang
Jumlah anggota tim yang menjadi responden  : 10 orang
3)      Tanggal pengisian angket                                 : 9 Mei 2017
4)      Pengolahan Angket A
-          Bagian 1. Ms. Tiara menilai kesepuluh penyataan di belahan 1  mewakili abjad kepemimpinannya.
-          Bagian 2. Ms. Tiara menilai delapan dari sepuluh pernyataan di belahan 2 mewakili abjad kepemimpinannya.
-          Bagian 3. Ms. Tiara menilai tujuh dari sepuluh pernyataan di belahan 3 mewakili abjad kepemimpinannya.
Karena pernyataan yang dinilai mewakili di belahan 3 hanya tujuh (kurang dari delapan), peneliti tidak memperlihatkan belahan 4 dan 5 dari Angket A. Dari hasil ini sanggup disimpulkan bahwa Ms. Tiara menilai kapasitas kepemimpinannya berada pada level 3.
5)      Hasil pengolahan angket B dan C sanggup dilihat pada tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7
Hasil Pengolahan Data Mutiara Bunda Playschool

Bagian 1
Jumlah pernyataan yang dianggap benar oleh Pemimpin
(Hasil Angket A)
Bagian 2
Jumlah anggota tim di setiap level berdasarkan pada penilaian Pemimpin mengenai anggota tim
(Hasil Angket B)
Bagian 3
Jumlah tim yang menempatkan pemimpin dalam setiap level kepemimpinan
(Hasil Angket C)
Level yang Mendominasi
Level 1
10
10
10
30
Level 2
8
10
10
30
Level 3
7
8
8
23
Level 4
0
2
6
8
Level 5
0
0
2
2
6)      Dari hasil di atas terlihat bahwa baik kepala sekolah maupun anggota tim Mutiara Bunda Playschool cabang Sukaluyu menilai kepemimpinan Ms. Tiara di sekolah sangat besar lengan berkuasa di level 1, besar lengan berkuasa di level 2, dan cukup besar lengan berkuasa di level 3. Hal ini terlihat dari sebanyak seluruh anggota tim sepakat menilai Ms. Tiara sesuai untuk jabatannya. Seluruh anggota tim juga sepakat menilai Ms. Tiara memberi kepercayaan dan berkomitmen membantu keberhasilan anggota timnya. Sebanyak 8 dari 10 anggota tim menilai kepala sekolah mereka mempunyai kekuatan di level 3, hanya 2 orang yang tidak menilai begitu. Hal ini selaras dengan penilaian kepemimpinan dari sudut pandang pemimpin yang dilakukan oleh Ms. Tiara.
Ms. Tiara sesungguhnya berpotensi untuk menjadi pemimpin level 4, hal ini terlihat dari penilaian anggota timnya, sebanyak 6 dari 10 anggota tim sepakat dengan hal ini. Sementara pada penilaian diri sendiri, Ms. Tiara memperkirakan hanya ada 2 dari 10 anggota timnya yang menempatkannya di level 4.
Dengan demikian, jikalau Ms. Tiara ingin mengasah kepemimpinannya ia sanggup mulai melihat point-poin yang dijawab “Tidak” pada level 3 dan berfokus untuk memperbaiki hal tersebut, sehingga nantinya semua sepakat bahwa Ms. Tiara berada di level 3 dan sanggup melanjutkan pengembangan dirinya ke level 4.
     Hasil pengisian angket sanggup ditelaah oleh Ms. Tiara secara lebih lanjut. Dari angket ini terlihat poin-poin di level 1 sudah tidak perlu menjadi perhatian lagi, lantaran sudah dikuasai oleh Ms. Tiara. Hal ini pun disepakati oleh seluruh anggota timnya.
     Pada level 3, ada sedikit perbedaan pendapat di poin perhatian terhadap keluarga, menghargai kekuatan dan kelemahan anggota tim, serta penghargaan terhadap harapan dan harapan anggota tim. Sebanyak 3 dari 10 anggota tim menilai Ms. Tiara tidak memperhatikan kehidupan eksklusif anggota tim. Sebanyak 1 dari orang anggota tim menilai Ms. Tiara tidak tahu kekuatan dan kelemahannya. Dan sebanyak 1 dari 10 orang anggota tim menilai Ms. Tiara tidak menghargai harapan dan harapan mereka. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus, meskipun jumlahnya sangat kecil.
     Pada level 3, poin yang harus diperhatikan yakni pemberian hikmah kepada anggota tim dan upaya mengajak mereka untuk lebih produktif. Poin-poin ini dianggap belum dilakukan oleh Ms. Tiara berdasarkan anggota tim.
     Pada level 4 dan 5, poin yang harus menjadi perhatian yakni bimbingan dan training dari Ms. Tiara kepada anggota tim. Sebagian besar menilai hal ini belum dilakukan oleh kepala sekolah mereka.

B.        KESIMPULAN
Dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a.       The 5 Levels of Leadership bukan hanya berisi konsep kepemimpinan, namun juga langkah-langkah konkrit untuk mengembangkan diri pemimpin ke level tertinggi dalam kepemimpinan.
b.      Dengan panduan dari The 5 Levels of Leadership, pemimpin sanggup menilai kapasitas kepemimpinannya dibandingkan dengan penilaian dari anggota timnya per individu. Hal in imemudahkan pemimpin untuk mengembangkan diri dan berfokus pada kelebihan dan kekurangannya.
c.       Penelitian dengan panduan The 5 Levels of Leadership sanggup dilakukan pada semua organisasi, baik kependidikan maupun non-kependidikan. Selanjutnya penulis menyarankan semoga dalam penelitian dilakukan pada dua jenis organisasi tersebut di atas untuk melihat perbandingan hasilnya.








DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, M. Ngalim. 1991. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robbins, Stephen P. 2002. 
Prinsip-prinsip Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga.Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali Pers.
Maxwell, C. John. 2013. The 5 Levels of Leadership. Surabaya: MIC Publishing. ISBN: 978-602-8482-51-6. Cetakan ketiga.
Hidayat syah.2010.Pengantar Umum Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Verivikatif. Pekanbaru : Suska Pres.
Punaji Setyosari.2010.Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta : Kencana.
Sanapiah Faisal.2008.Format-format Penelitian Sosial. Jakarta : Rajawali Pers.
Sukardi.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Sumardi Suryabrata.2008.Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.








Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com