Saturday, July 1, 2017

√ Adat Yang Harus Dijunjung Ketika Melaksanakan Wawancara

Bagaimana adab yang harus dijunjung ketika melaksanakan wawancara ?


Dalam proses pembuatan produk jurnalistik. Pasti harus melalui tahap wawancara terlebih dahulu jikalau ingin menciptakan teks berita, maupun teks narasi.


Wawancara, baik yang dilakukan di lapangan, maupun dilakukan pada studio sebuah televisi, atau radio merupakan kegiatan jurnalistik yang mempunyai akrab kaitannya dengan situasi sosial kekerabatan antar personal.


Oleh karenanya, pada ketika wawancara, pewawancara harus mematuhi rambu etika, dan sopan santun yang harus dijunjung tinggi oleh wartawan.


Hal ini bertujuan biar pihak-pihak terkait tidak ada yang dirugikan selama, dan setelah proses wawancara dilaksanakan.


Kesadaran untuk menjalankan adab wawancara menjadi kewajiban mutlak setiap wartawan yang bekerja di media publik, biar dapat dipercaya diri serta medianya terjaga terus-menerus.


Nah, sebelum melaksanakan proses wawancara. Ada beberapa etika, dan nilai kesopanan yang harus dijunjung.


Bagaimana adab yang harus dijunjung ketika melaksanakan wawancara  √ Etika Yang Harus Dijunjung Saat Melakukan Wawancara

Gambar Ilustrasi. Seorang wartawan harus tahan siap melaksanakan peliputan meski di cuaca sedang tidak baik (Foto: siswapedia.com)


Berikut saya paparkan etika-etika yang harus dijalankan oleh wartawan.


1. Bersikap Independen, Tidak Boleh Bertendensi.


Independent artinya tidak berpihak, dan bebas dari dampak luar. Sedangkan lawan dari independen yaitu perilaku tendensi.


Sikap Independensi juga harus bebas dampak dari kepentingan pihak ketiga. Sikap independensi ini sangat penting sekali dimiliki oleh para wartawan.


Jadi wartawan tidak terpengaruh ketika mengambil topik, menentukan narasumber, atau ketika melaksanakan proses wawancara.


Pengaruh kepentingan ekonomi, politik, atau primordialisme tertentu dalam menentukan tema, selain akan mengurangi kualitas wawancara, juga akan merusak dapat dipercaya stasiun radio.


Pendengar yang kritis akan memprotesnya. Jika dalam menentukan topik sudah tidak independen, maka perilaku ini akan terus terbawa ketika menentukan narasumber, dan ketika melaksanakan wawancara.


Berbeda halnya jikalau aktivitas talk show, atau pada wawancara lapangan itu memang menjalin kekerabatan dengan sponsor.


Sehingga melalui pemberitahuan resmi, pendengar dengan sendirinya akan memahami, dan menentukan radio lain jikalau tidak menyukai aktivitas tersebut.


2. Bersikap Jujur, dan Obyektif.


Reporter, dan stasiun radio harus memberikan secara terbuka wacana apa, dan bagaimana proses wawancara sebuah paket siaran.


Pendengar berhak mengetahui apakah aktivitas ini disiarkan secara langsung, atau tunda.


Demikian pula apabila terdapat pemotongan dari bahan aslinya. Pernyataan narasumber yang bersifat off the record tidak disiarkan.


Jika wawancara tersebut bertujuan untuk mengulas produk. Maka pewawancara harus menanyakan kelebihan, dan kekurangan dari produk tersebut.


3. Bersikap Anti Amplop, atau Anti Siap.


Sikap menolak segala macam dukungan baik dalam bentuk uang, hadiah, maupun sembako harus ditaati oleh para pewartawan.


Budaya amplop akan mengakibatkan kebiasaan premanisme ketika wawancara.


Misalnya perlakukan yang berbeda antara narasumber yang memberi amplop, dengan narasumber yang tidak memberi amplop. Jika hal ini dilakukan. Maka narasumber yang diberi amplop akan ditonjolkan kepribadiannya.


Praktik menyerupai ini tentu menciptakan media yang bersangkutan tidak lagi independen dalam menghasilkan produk jurnalisme.


Budaya mendapatkan amplop juga akan menciptakan dinamika wawancara menjadi hilang, alasannya ialah sudah direkayasa sebelumnya.


Jika demikian yang dilakukan, media tak ubahnya menyerupai kerbau yang dicucuk hidungnya.


4. Janjian Terlebih Dahulu di Awal.


Jika orang yang diwawancarai akan mengulik kepribadian narasumber. Maka wartawan harus melaksanakan janjian terlebih dahulu.


Janjian sebelum proses wawancara ini diharapkan anggar narasumber sanggup mempersiapkan dirinya dengan baik.


Narasumber akan tahu, sejauh mana batasan-batasan yang boleh disampaikan, maupun yang dilarang disampaikan.


Janjian terlebih dahulu dengan wartawan juga mempunyai kegunaan biar tidak ada pihak-pihak yang dirugikan.


Jadi tidak ada tuntutan dari narasumber dikemudian hari, jikalau terlalu mengulik privasi kehidupan narasumber.



Sumber https://www.siswapedia.com