Monday, July 10, 2017

√ Administrasi Mutu Pendidikan

MANAGEMEN MUTU PENDIDIKAN 
sumber: www.google.co.id

Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan yaitu institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau menjadi industri jasa. Senada dengan Umar (2013 hlm.607) bahwa pendidikan yaitu pelayanan jasa. Yakni institusi yang memperlihatkan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memperlihatkan kepuasan kepada pelanggan. Maka dari itu, untuk memposisikan institusi pendidikan sebagai industri jasa, harus memenuhi mutu.
Keberhasilan suatu jasa pelayanan dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada konsumennya, dalam arti perusahaan memperlihatkan layanan yang bermutu kepada para pelanggannya akan sukses dalam mencapai tujuannya. Sekarang ini mutu pelayanan telah menjadi perhatian utama dalam memenangkan persaingan. Mutu pelayanan sanggup dijadikan sebagai salah satu taktik forum untuk membuat kepuasan konsumen. Suatu pendidikan bermutu tergantung pada tujuan dan yang akan dilakukan dalam pendidikan. Definisi pendidikan bermutu harus mengakui bahwa pendidikan apapun termasuk dalam suatu sistem. Mutu dalam beberapa kepingan dari sistem mungkin baik, tetapi mutu kurang baik yang ada di kepingan lain dari sistem, yang mengakibatkan berkurangnya mutu pendidikan secara keseluruhan dari pendidikan.
Definisi mutu layanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan penyampainya untuk mengimbangi cita-cita pelanggan. Kualitas jasa yaitu tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan (Tjiptono dan Diana: 2003). 
Kotler (2003,hlm. 428), spesialis pemasaran mengemukakan pengertian jasa yaitu “a service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied to a physical product”. Maksudnya jasa yaitu setiap tindakan yang ditawarkan oleh satu pihak pada pihak yang lainnya yang secara prisip tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepindahan kepemilikan. 

Dalam manajemen mutu terpadu konsep mengenai mutu dan pelanggan diperluas. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kualitas jasa yaitu tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan (Tjiptono dan Diana, 2003).
Hal ini senada dengan (Karsidi, 2000) dalam kerangka manajemen pengembangan mutu terpadu, perjuangan pendidikan tidak lain yaitu merupakan perjuangan “jasa” yang memperlihatkan pelayanan kepada pelangggannya, yaitu mereka yang berguru dalam forum pendidikan tersebut. Maka dari itu pelanggan yang harus dipuaskan di forum pendidikan yaitu peserta didik melalui pelayanan dalam pembelajaran. Djemari (dalam Widoyoko, 2003) menyampaikan bahwa perjuangan kualitas pendidikan sanggup ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran yang akan menghasilkan kualitas berguru yang baik dan memuaskan peserta didik sebagai pelanggan primer.
Dalam rangka mewujudkan mutu pembelajaran yang berkualitas, pemerintah pun mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 perihal Standar Nasional Pendidikan (SNP) sebagai pembagian terstruktur mengenai lebih lanjut dari Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya memuat perihal standar proses. Dalam Bab I Ketentuan Umum SNP, yang dimaksud dengan standar proses yaitu standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Bab IV Pasal 19 Ayat 1 SNP lebih terang mengambarkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memperlihatkan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemampuan sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik. Uraian ini memperlihatkan bahwa mutu pembelajaran dianggap bermutu bila berhasil mengubah sikap, sikap dan keterampilan peserta didik dikaitkan dengan tujuan pendidikannya. Mutu pendidikan sebagai sistem selanjutnya bergantung pada mutu komponen yang membentuk sistem, serta proses pembelajaran yang berlangsung hingga membuahkan hasil.
Berdasarkan definisi di atas maka sanggup diambil kesimpulan bahwa pendidikan sebagai produk jasa merupakan sesuatu yang tidak berwujud akan tetapi sanggup memenuhi kebutuhan konsumen yang diproses dengan memakai atau tidak memakai pinjaman produk fisik dimana proses yang terjadi merupakan interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa yang mempunyai sifat tidak menimbulkan peralihan hak atau kepemilikan.
Oleh lantaran itu, keberhasilan mutu pembelajaran sangat tergantung pada seluruh indikator sekolah yakni guru, kepala sekolah, staff TU dan yang utamanya yaitu guru lantaran guru merupakan pemberi layanan pembelajaran dan seluruh indikator harus saling mendukung dalam sebuah system acara pembelajaran yang bermutu baik itu yang menyangkut instrumental input  ataupun environmental. Dalam pembelajaran yang bermutu terlibat aneka macam input pembelajaran seperti; siswa (kognitif, afektif, dan psikomotorik), materi ajar, metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru dan kesiapan siswa), sarana sekolah, dukungan manajemen dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Pembelajaran yang bermutu yaitu pembelajaran yang efektif yang pada pada dasarnya yaitu menyangkut kemampuan guru dalam proses pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan sangat memilih mutu hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.

           
A.           Pembelajaran bermutu
Seperti yang telah kita ketahui, pendidikan merupakan suatu industri jasa pada forum non profit, di dalamnya terdapat proses pelayanan jasa terhadap pelanggan. Dalam hal ini, yang dimaksud pelanggan yaitu peserta didik yang mendapatkan pelayanan jasa pribadi berupa layanan belajar.
Layanan berguru merupakan inti dari industri jasa ini, berdasarkan Suhardan (2014, hlm.103) Kegiatan memproses masukan menjadi keluaran dengan memanfaatkan kemudahan yang tersedia merupakan inti dari industry jasa, dalam pendidikan acara tersebut disebut pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem  pendidikan yang sanggup memilih mutu berguru peserta didik. Oleh lantaran itu untuk memperoleh mutu pendidikan yang baik, diharapkan proses pembelajaran yang bermutu pula semoga kualitas berguru peserta didik sesuai yang diharapkan. Suhardan (2014,hlm. 106) apabila kualitas yaitu keinginnan dan cita-cita yang memberi kepuasan pelanggan, maka kualitas berguru merupakan apa yang diinginkan dan harapkan oleh peserta didik sebagai klien (pelanggan) pada waktu berguru hingga memperoleh apa yang mereka butuhkan.
Dalam hal ini ia harus menjadikan peserta didik mempunyai kecakapan untuk berguru dan memperoleh pengetahuan perihal cara berguru yang efektif (learning how to learn). Untuk itu guru harus bisa membuat iklim berguru yang menyenangkan (joyful learning) sehingga peserta didik tidak merasa tertekan atau terpaksa ketika menghadapi pembelajaran di dalam kelas. (Mulyasa, 2002: hlm.109)
Pembelajaran yang bermutu akan tercapai apabila pendidik tersebut profesional. Pendidik yang profesional harus bisa membuat layanan berguru yang berkualitas. Mewujudkan proses acara pendidikan dan pengajaran, maka unsur yang terpenting antara lain yaitu bagaimana guru sanggup merangsang dan mengarahkan siswa dalam belajar, yang pada gilirannya sanggup mendorong siswa dalam pencapaian hasil berguru secara optimal.
Pendidik yang profesional harus bisa membuat suasana kelas yang menyenangkan, sehingga siswa terpacu untuk berguru dan mereka tidak merasa bosan dengan pembelajaran yang kita ciptakan, contohnya membuat permainan yang masih berkaitan dengan materi yang kita ajarkan. Pendidik yang profesional harus terus memotivasi anak didiknya, semoga mereka semangat dalam belajar, sehingga sanggup meningkatkan kualitas berguru mereka.
Proses pembelajaran merupakan ujung tombak dari proses pendidikan, yang mana suatu acara dilakukan oleh guru, berkaitan dengan materi ajar, berlangsung dan dikemas secara interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi serta merangsang peserta didik untuk berpikir, aktif, kreatif, dengan memakai aneka macam pendekatan rahman dan rahim (kasih sayang serta penuh cinta).
Oleh lantaran itu untuk membuat pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan diharapkan keterampilan mengajar. Keterampilan guru dalam mengajar akan berdampak pada keberhasilan pencapaian mutu berguru siswa. Suhardan (2014,hlm 70) tingkat kualitas kemampuan guru dalam membelajarkan peserta didik inilah yang mengakibatkan tingginya kualitas pembelajaran, sehingga berdampak kepada tingginya kualitas forum pendidikan di sekolah.
Jadi sanggup disimpulkan bahwa mutu pelayanan pendidikan yaitu adanya jaminan proses atau layanan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berupa layanan berguru atau pembelajaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan yakni pembelajaran yang efektif, interaktif dan menyenangkan sehingga bisa memenuhi cita-cita pelanggan bahkan melapampai dari hanya sekedar pencapaian tujuan pendidikan.

B. Keterampilan Mengajar Pendidik
 Sebelum membahas lebih lanjut mengenai proses pembelajaran yang bermutu diatas, perlu kiranya dibahas mengenai keterampilan pendidik dalam mendukung terciptanya pembelajaran bermutu. Turney dalam (Mulyasa:2013,hlm.69) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan memilih kualitas pembelajaran yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan. Berikut akan dipaparkan delapan keterampilan mengajar pendidik:
Ø  Menggunakan Keterampilan Bertanya
Keterampilan bertanya perlu dikuasai guru untuk membuat pembelajaran efektif dan menyenangkan. Keterampilan bertanya meliputi keterampilan bertanya dasar dan bertanya lanjutan:


a.       Keterampilan bertanya dasar
1. Pertanyaan yang terang dan singkat
Pertanyaan yang disusun disini yaitu pertanyaan yang terang dan singkat serta harus memperhitungkan kemampuan berpikir dan pembendaharaan kata yang dikuasai peserta didik.
No
Pertanyaan
1
Anak-anakku, diantara kalian di kelas ini sekarang, siapa yang tadi paginya sarapan dahulu?
2
Anak-anakku, siapa yang tadi pagi tidak sarapan?

Pertanyaan pertama bisa menyulitkan peserta didik lantaran cenderung berbelit-belit dan ada kata atau kalimat yang diulang sedangkan pertanyaan kedua lebih sederhana, terang tetapi dengan maksud yang sama.
2. Memberi acuan
Sebelum mengajukan pertanyaan, mungkin guru perlu memperlihatkan contoh berupa pertanyaan atau penjelasan singkat berisi informasi yang sesuai dengan balasan yang diharapkan. Misalnya: “Binatang ada yang hidup di darat, di air dan di udara. Coba berikan beberapa contoh binatang yang hidup di udara?”
3. Memusatkan perhatian
Pertanyaan sanggup dipakai untuk memusatkan perhatian peserta didik disamping dengan cara mengetuk meja, papan tulis dan tepuk tangan. Misalnya: “Binatang apakah yang hidup di udara, tetapi kalau siang bergelantungan di pohon?”
4. Memberi giliran dan berbagi pertanyaan
Untuk melibatkan peserta didik semaksimal mungkin dalam pembelajaran, guru perlu memberi giliran atau berbagi pertanyaan kepada peserta didik. Fungsi lain dalam memperlihatkan giliran pertanyaan yakni sanggup menumbuhkan keberanian peserta didik dan membuat iklim pembelajaran yang menyenangkan.
5. Pemberian kesempatan berfikir
Setelah guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didik, perlu diberikan kesempatan berfikir bagi peserta didik dalam beberapa ketika sebelum menunjuk seseorang untuk menjawabnya, juga semoga peserta didik lain lebih memperhatikan lantaran jikalau mereka sudah tahu siapa yang harus menjawab pertanyaan, peserta didik yang lain bisa jadi tidak memperhatikan.
6. Pemberian tuntunan
Jika dalam menjawab pertanyaan peserta didik tidak sanggup memperlihatkan balasan yang tepat, dalam hal ini hendaknya guru memperlihatkan tuntunan menuju suatu balasan yang tepat.
b.      Keterampilan bertanya lanjutan
Keterampilan bertanya lanjutan merupakan kelanjutan dari keterampilan bertanya dasar. Keterampilan bertanya lanjutan yang perlu dikuasai guru meliputi:
1. Pengubahan tuntutan tingkat kognitif
Pertanyaan yang diajukan sanggup mengundang proses mental yang berbeda-beda, bergantung pada guru dalam mengajukan pertanyaan, dan kemampuan peserta didik. Ada pertanyaan yang menuntut proses mental tingkat rendah, ada juga yang menuntut proses mental tingkat tinggi. Setiap pertanyaan  perlu diadaptasi dengan taraf kemampuan berfikir peserta didik dari mulai hanya sekedar mengingat, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
Contoh:
Guru menyuruh dua orang peserta didik berdiri di depan kelas sambil mengacungkan pensil. Peserta didik yang pertama mengacungkan lima buah pensil, anak didik yang kedua berjumlah tujuh buah pendil.
Pertanyaan guru:
Berapakah pensil yang dipegang Ani?
Berapa pensil yang dipegang oleh Yeni?
Siapakah yang memegang pensil lebih banyak?
Berapakah bedanya (selisihnya)?
Pertanyaan pertama dan kedua merupakan aspek pengenalan lantaran hanya melihat fakta dan menghitung. Pertanyaan ketiga dan keempat secara sederhana mengungkapkan aspek analisis sintesis dan evaluasi.
2. Pengaturan urutan pertanyaan
Pertanyaan yang diajukan hendaknya mulai dari yang sederhana menuju yang paling kompleks secara beruntun.
3. Pertanyaan pelacak
Pertanyaan pelacak diberikan jikalau balasan yang diberikan peserta didik masih kurang tepat. Sedikitnya ada tujuh teknik pertanyaan pelacak yakni: 1) klarifikasi, 2) meminta peserta didik memperlihatkan alasan, meminta janji pandangan, meminta ketepatan jawaban, meminta balasan yang lebih relevan, meminta contoh, dan meminta balasan yang lebih kompleks.
4. Mendorong terjadinya interaksi
Untuk mendorong terjadinya interaksi, sedikitnya perlu memperhatikan dua hal berikut:
a. Pertanyaan hendaknya dijawab oleh seorangn peserta didik, tetapi seluruh peserta didik diberi kesempatan singkat untuk mendiskusikan jawabannya bersama temannya.
b. Guru hendaknya menjadi dinding pemantul. Jika ada peserta didik yang bertanya, janganlah dijawab langsung, tetapi dilontarkan kembali kepada seluruh peserta didik untuk didiskusikan. Dengan cara ini, para peserta didik sanggup mempelajari cara memperlihatkan komentar yang masuk akal terhadap pertanyaan temannya.
Ø  Memberikan penguatan
Penguatan (reinforcement) merupakan respon terhadap suatu sikap yang sanggup meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali sikap tersebut. Penguatan sanggup dilakukan secara verbal, dan non verbal dengan prinsip kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan, dan menghindari penggunaan respon yang negatif. Penguatan secara verbal berupa kata-kata dan kalimat kebanggaan menyerupai bagus, sempurna sekali, ibu puas dengan hasil kerja kalian dan lain sebagainya. Sedangkan secara non verbal sanggup dilakukan dengan: gerakan mendekati peserta didik, sentuhan, acungan jempol, dan acara yang menyenangkan.
Adapun tujuan penguatan (reinforcement) ini adalah:
o  Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap pembelajaran
o  Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
o  Meningkatkan acara berguru dan membina sikap yang produktif.
Ø  Mengadakan Variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang dilakukan guru dalam pembelajaran, untuk mengatasi kebosanan peserta didik, semoga selalu antusias, tekun, dan penuh partisipasi. Variasi dalam pembelajaran yaitu perubahan dalam proses acara yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi berguru peserta didik, untuk mengurangi kejenuhan dan kebosanan.
Variasi dalam pembelajaran mempunyai tujuan sebagai berikut:
o  Meningkatkan perhatian peserta didik terhadap materi standar yang relevan
o  Memberikan kesempatan bagi perkembangan talenta peserta didik terhadap aneka macam hal gres dalam pembelajaran
o  Memupuk sikap positif peserta didik terhadap pembelajaran
o  Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berguru sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuannya.
Variasi dalam acara pembelajaran sanggup dikelompokkan menjadi empat bagian, yakni variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar, variasi dalam pola interaksi, dan variasi dalam kegiatan.
1. Variasi dalam gaya mengajar sanggup dilakukan dengan aneka macam cara sebagai berikut:
a.       Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil.
b.      Memusatkan perhatian
c.       Membuat kesenyapan sejenak (diam sejenak)
d.      Mengadakan kontak pandang dengan peserta didik
e.       Variasi posisi; contohnya dari depan kelas, berkeliling di tengah kelas, dan ke belakang kelasm tetapi jangan mengganggu suasana pembelajaran
2. Variasi dalam penggunaan media dan sumber berguru sanggup dilakukan sebagai berikut:
a.       Variasi alat dan materi yang dapt dilihat
b.      Variasi alat dan materi yang dapt didengar
c.       Variasi alat dan materi yang sanggup diraba dan dimanipulasi
d.      Variasi penggunaan sumber berguru yang ada di lingkungan sekitar
3. Variasi dalam pola interaksi sanggup dilakukan sebagai berikut:
a.       Variasi dalam pengelompokkan peserta didik: klasika, kelompok besar, kelompok kecill, dan perorangan
b.      Variasi kawasan acara pembelajaran: di kelas dan di luar kelas
c.       Variasi dalam pola pengaturan guru: seorang guru, dan tim
d.      Variasi dalam pengaturan hubungan guru dan peserta didik: pribadi (tatap muka), dan melalui media
e.       Variasi dalam struktur bencana pembelajaran: terbuka dan tertutup
f.       Variasi dalam pengorganisasian pesan: dedukatif dan induktif
g.      Variasi dalam pengelolaan pesan: expositorik dan heuristik atau hipotetik
4. Variasi dalam acara pembelajaran sanggup dilakukan sebagai berikut:
a.       Variasi dalam penggunaan metode pembelajaran
b.      Variasi dalam penggunaan media dan sumber belajar
c.       Variasi dalam pemberian contoh dan ilustrasi
d.      Variasi dalam interaksi dan acara peserta didik

Ø  Menjelaskan
Menjelaskan yaitu mendeskripsikan secara verbal perihal sesuatu benda, keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum-hukum yang berlaku. Menjelaskan merupakan suatu aspek penilaian yang harus dimiliki guru, mengingat sebagian besar pembelajaran, menuntut guru untuk memperlihatkan penjelasan. Oleh lantaran itu, keterampilan menjelaskna perlu ditingkatkan semoga sanggup mencapai hal yang optimal.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam memperlihatkan suatu penjelasan yakni:
a.       Penjelasan sanggup diberikan selama pembelajaran, baik di awal, di tengah maupun di final pembelajaran
b.      Penjelasan harus menark perhatian peserta didik dan sesuai dengan materi standar dan kompetensi dasar
c.       Penjelasan sanggup diberikan untuk menjawab pertanyaan peserta didik atau menjelaskan materi standar yan sudah direncanakan untuk memberntuk kompetensi dasar dan mencapai tujuan pembelajaran.
d.      Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan kompetensi dasar dan bermakna bagi peserta didik
e.       Penjelasan yang diberikan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan peserta didik
Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran mempunyai beberapa komponen yang harus diperhatikan. Komponen-komponen tersebut sanggup dijelaskan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Guru perlu membuat suatu perencanaan yang baik untuk memperlihatkan penjelasan. Sedikitnya ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penjelasan, yaitu isi pesan yang akan disampaikan dan peserta didik.
Yang bekerjasama dengan isi pesan (materi standar):
o   Tentukan garis besar materi yang akan dijelaskan
o   Susunlah garis besar materi tersebut secara sistematis dengan bahasa yang gampang dipahami peserta didik
o   Siapkan alat peraga untuk memperlihatkan contoh (ilustrasi) yang sesuai dengan garis besar materi yang akan dijelsakan
Yang bekerjasama dengan peserta didik:
Memberikan suatu penjelasan harus dipertimbangkan siapa yang akan mendapatkan penjelasan tersebut, bagaimana kemampuannya, dan pengetahuan dasar  apa yang telah dimilikinya. Ketika merencanakan penjelasan harus terbayang kondisi peserta pesan, lantaran penjelasan berkaitan erat dengan usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, dan lingkungan belajar.
2. Penyajian
Agar penjelasan yang diberikan sanggup dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dalam penyajiannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
o   Bahasa yang diucapkan harus terang dan yummy didengar, tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan, tapi sanggup didengar oleh seluruh peserta didik
o   Gunakanlah intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan
o   Gunakanlah bahasa indonesia yang baik dan benar, serta hindarkan kata-kata yang tidak perlu, menyerupai “eu”, “mm”, “ya ya ya”, “ya toh” (hal ini perlu dilatih dan dibiasakan)
o   Bila ada istilah- istilah khusus atau baru, berilah definisi yang  tepat
Perhatikanlah, apakah semua peserta didik sanggup meneriam penjelasan, dan apakah penjelasan yang diberikan sanggup dipahami serta menyenangkan dan sanggup membangkitkan motivsi berguru meraka.
Pada waktu memperlihatkan penjelasan, hendaknya guru memperhatikan gerak-gerak dan mimik peserta didik, apakah penjelasaan yang diberikan sanggup dipahami atau meragukan, menyenangkan atau membosankan, dan apakah menarik perhatian atau tidak. Unuk kepentingan tersebut, perhatikanlah mereka selama memperlihatkan penjelasan, ejekan pertanyaan-pertanyaan dan berikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Berdasarkan balikan tersebut, guru perlu menyesuaikan penyajian pembelajaran. Misalnya mengurangi kecepatan bicara, menambah contoh atau ilustrasi, mengadakan pengulangan terhadap hal-hal yang penting, dan mengadakan variasi dengan teknik-teknik yang lain untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran.

Ø  Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran merupakan dua acara rutin yang dilakukan guru di kelas. Agar acara ini berarti bagi pencapaian tujuan pembelajaran maka harus dilakukan secara professional.
Membuka pelajaran merupakan suatu acara yang dilakukan guru untuk membuat kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal. Untuk itu guru sanggup melaksanakan upaya-upaya sebagai berikut:
a.       Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan disajikan
b.      Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang akan dipelajari (dalam hal tertentu, tujuan bisa dirumuskan bersama peserta didik)
c.       Menyampaikan langkah-langkah acara pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
d.      Mendayagunakan media dan sumber berguru yang sesuai dengan materi yang disajikan
e.       Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap pelajaran yang telah kemudian maupun untuk menjaga kemampuan awal berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
Menutup pelajaran merupaka suatu acara yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari, serta mengakhiri acara pembelajaran.  Untuk itu guru sanggup melaksanakan upaya-upaya sebagai berikut :
o   Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari (kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik atas usul guru, atau oleh peserta didik bersama guru)
o   Mengajukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan dan kefektifan pembelajaran yang telah dilaksanakan
o   Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari, dan tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik kiprah individual maupun kiprah kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah dipelajari
o   Memberikan post tes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan
Agar acara membuka dan menutup pelajaran sanggup dilakukan secara efektif dan berhasil guna  perlu diperhatikan komponen-komponen yang terkait di dalamnya. Komponen-komponen yang berkaitan dengan membuka pelajaran meliputi: menarik minat peserta didik, membangkitkan motivasi, memberi acuan, dan membuat kaitan.
Ø  Membimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok yaitu suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Diskusi kelompok kecil mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a.       Melibatkan sekitar tiga hingga lima orang peserta dalam setiap kelompok
b.      Berlangsung secara informal, sehingga setiap anggota sanggup berkomunikasi pribadi dengan anggota lain
c.       Memiliki tujuan yang dicapai dengan kolaborasi antar anggota kelompok
d.      Berlangsung secara sistemastis
Ada beberapa manfaat dari diskusi kelompok kecil bagi peserta didik yakni:
a.    Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan suatu masalah
b.    Meningkatkan pemahaman terhadap persoalan yang penting dalam pembelajaran
c.    Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan
d.   Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi
e.    Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang kohesif dan bertanggungjawab

Ø Mengelola kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk membuat iklim pembelajaran yang aman dan mengendalikannya jikalau terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas yaitu : 1) kehangatan dan keantusiasan 2) tantangan 3) bervariasi 4) luwes 5) pemfokusan pada hal-hal positif, dan 6) penanaman disiplin diri.
Keterampilan mengelola kelas mempunyai komponen sebagai berikut :
1. Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal
o   Menunjukan sikap tanggap dengan cara : memandang dengan secama, mendekati, memperlihatkan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas
o   Membagi perhatian secara visual dan verbal
o   Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran
o   Memberi petunjuk yang terang
o   Memberi teguran secara bijaksana
o   Memberi penguatan ketika diperlukan
2. Keterampilan yang bekerjasama dengan pengendalian kondisi berguru yang optimal
o   Modifikasi sikap
o   Pengelolaan kelompok dengan cara: 1) peningkatan kerjasama dan keterlibatan, 2) menangani konflik dan memperkecil persoalan yang timbul
o   Menemukan dan mengatasi sikap yang menimbulkan persoalan
a.         Pengabaian yang direncanakan
b.        Campur tangan dengan isyarat
c.         Mengawasi secara ketat
d.        Mengakui perasaan negative peserta didik
e.         Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya
f.         Menjauhkan benda-benda yang sanggup mengganggu konsentrasi
g.        Menyusun kembali jadwal belajar
h.        Menghilangkan ketegangan dengan humor
i.          Mengekang secara fisik
Ø  Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memperlihatkan perhatian terhadap setiap peserta didik, dan dengan menjalin hubungan yang lebih dekat antara guru dengan peserta didik maupun antar peserta didik. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan sanggup dilakukan dengan:
a.       Mengembangkan keterampilan dalam pengorganisasian dengan memperlihatkan motivasi dan membuat variasi dalam pemberian tugas
b.      Membimbing dan memudahkan berguru yang meliputi penguatan, proses awal, supervisi, dan interaksi pembelajaran.
c.       Perencanaan penggunaan ruangan
d.      Pemberian kiprah yang jelas, menantang, dan menarik.

























Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com