Sunday, July 30, 2017

√ Askep Kegawat Daruratan Tanggapan Gigitan Binatang Beracun


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Racun ialah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan banyak sekali cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan sanggup menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau materi kimia.Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau materi kimia saja yang sanggup menimbulkan keracunan.Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.Salah satunya ialah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di kawasan tropis dan subtropis.Mengingat masih sering terjadi keracunan akhir gigitan ular maka untuk sanggup menambah pengetahuan masyarakat kami memberikan informasi mengenai ancaman dan pertolongan terhadap gigitan ular berbisa, binatang darat, dan binatang laut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang diatas, persoalan yang akandibahas pada makalah ini yaitu;
1. Bagaimana penanganan kegawatdaruratan pada korban gigitan ular
2. Bagaimana penanganan kegawatdaruratan pada korban gigitan binatang laut.
3. Bagaimana penanganan kegawatdaruratan pada korban ggitan binatang darat termasuk serangga

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan persoalan di atas, tujuan dari penyusunan makalah ini ialah :
1. Untuk mengetahui konsep kegawatdaruratan gigitan ular
2. Untuk mengetahui penyebab gigitan binatang laut
3. Untuk mengetahui penatalaksanaan gigitan  binatang darat termasuk serangga.

D.Metode penulisan
Metode penulisan memakai studi kepustakaan dan elektronika


BAB II
PEMBAHASAN

A.             PENANGANAN KEDARURATAN PADA KORBAN GIGITAN ULAR

Tingkat keparahan suatu gigitan ular tergantung dari jenis ular,bagian tubuh yang digigit dan banyaknya racun ular yang disemprotkan.
Bisa ular sanggup menimbulkan reaksi toksik padaSyaraf ,darah,dan jantung, alasannya ialah bias ular bersifat :

Korban gigitan ular ialah pasien yang digigit ular atau diduga digigit ular.
Ular yang berbisa mempunyai ciri- ciri :
a. Bentuk kepala segiempat panjang
b. Gigi taring kecil
c. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan

Sedangkan ciri-ciri ular tidak berbisa ibarat :
a. Bentuk kepala segitiga
b. Dua gigi taring besar di rahang atas
c. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akhir gigi taring

Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur. Bisa tersebut bersifat:
a. Neurotoksin: berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal alasannya ialah paralise otot-otot lurik. Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang terganggu, derajat kesadaran menurun hingga dengan koma.

b. Haemotoksin: bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau menimbulkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai akhir lisisnya sel darah merah alasannya ialah toksin. Manifestasi klinis: luka bekas gigitan yang terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis, gagal ginjal.

c. Myotoksin: menjadikan rhabdomiolisis yang sering bekerjasama dengan mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menimbulkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia akhir kerusakan sel-sel otot.

d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot jantung.

e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat terganggunya kardiovaskuler.

f. Cytolitik: zat ini yang aktif menimbulkan peradangan dan nekrose di jaringan pada tempat patukan

g. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

Sedangkan tanda dan tanda-tanda dari gigitan binatang berbisa ibarat ular yaitu :
Tanda umum ular berbisa ialah kepalanya berbentuk segitiga. Tanda lain ialah dari penampakan eksklusif contohnya corak kulitnya. Dari bekas gigitan sanggup dillihat dua lubang yang terang akhir dua gigi taring rahang atas bila ularnya berbisa, dan deretan bekas gigi-gigi kecil berbentuk U bila ularnya tak berbisa.

Digigit oleh ular berbisa menghasilkan imbas yang bervariasi, dari luka gigitan yang sederhana hingga sakit yang mengancam nyawa dan kematian.Hasil temuan pada korban gigitan ular sanggup menyesatkan.Seorang korban sanggup tidak memberikan tanda-tanda inisial, dan kemudian tiba-tiba menjadi sesak nafas dan menjadi syok.

Gejala dan tanda gigitan ular berbisa sanggup dibagi ke dalam beberapa kategori mayor :

• Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp) menimbulkan rasa sakit dan perlunakan di kawasan gigitan. Luka sanggup membengkak hebat dan sanggup berdarah dan melepuh.Beberapa sanggup ular kobra juga sanggup mematikan jaringan sekitar sisi gigitan luka.

• Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia sanggup menimbulkan perdarahan organ internal ibarat otak atau organ-organ abdomen. Korban sanggup berdarah dari luka gigitan atau berdarah impulsif dari verbal atau luka yang lama.Perdarahan yang tak terkontrol sanggup menimbulkan stress berat atau bahkan kematian.

• Efek sistem saraf : sanggup ular elapid dan ular bahari sanggup berefek eksklusif pada sistem saraf. Bisa ular kobra dan mamba sanggup beraksi terutama secara cepat menghentikan otot-otot pernafasan, berakibat kematian sebelum mendapat perawatan.Awalnya, korban sanggup menderita persoalan visual, kesulitan bicara dan bernafas, dan kesemutan.

• Kematian otot : sanggup dari Russell’s viper (Daboia russelli), ular laut, dan beberapa elapid Australia sanggup secara eksklusif menimbulkan kematian otot di beberapa area tubuh. Debris dari sel otot yang mati sanggup menyumbat ginjal, yang mencoba menyaring protein.Hal ini sanggup menimbulkan gagal ginjal.

• Mata : semburan sanggup ular kobra dan ringhal sanggup secara sempurna mengenai mata korban, menghasilkan sakit dan kerusakan, bahkan kebutaan sementara pada mata.

Penatalaksanaan pada gigitan ular
Penatalaksanaan tergantung derajat keparahan envenomasi; dibagi menjadi perawatan di lapangan dan administrasi di rumah saki
  1. Perawatan di Lapangan
Seperti kasus-kasus emergensi lainnya, tujuan utama ialah untuk  mempertahankan        pasien hingga mereka tiba di instalasi gawat darurat. Sering penatalaksanaan dengan autentisitas yang kurang lebih memperburuk daripada memperbaiki keadaan, termasuk menciptakan insisi pada luka gigitan, menghisap dengan mulut, pemasangan turniket, kompres dengan es, atau kejutan listrik.Perawatan di lapangan yang sempurna harus sesuai dengan prinsip dasar emergency life support.Tenangkan pasien untuk menghindari hysteria selama implementasi ABC (Airway, Breathing, Circulation).
  1. Pertolongan Pertama :
1). Cegah gigitan sekunder atau adanya korban kedua. Ular sanggup terus mengigit dan menginjeksikan sanggup melalui gigitan berturut-turut hingga sanggup mereka habis.
2) Buat korban tetap tenang, yakinkan mereka bahwa gigitan ular sanggup ditangani secara efektif di instalasi gawat darurat. Batasi acara dan imobilisasi area yang terkena (umumnya satu ekstrimitas), dan tetap posisikan kawasan yang tergigit berada di bawah tinggi jantung untuk mengurangi pedoman bisa.
3) Jika terdapat alat penghisap, (seperti Sawyer Extractor), ikuti petunjuk penggunaan. Alat penghisap tekanan-negatif sanggup memberi beberapa keuntungan kalau dipakai dalam beberapa menit setelah envenomasi.Alat ini telah direkomendasikan oleh banyak andal di masa lalu, namun alat ini semakin tidak dipercaya untuk sanggup menghisap sanggup secara signifikan, dan mungkin alat penghisap sanggup meningkatkan kerusakan jaringan lokal.
4) Buka semua cincin atau benda lain yang menjepit / ketat yang sanggup menghambat pedoman darah kalau kawasan gigitan membengkak. Buat bidai longgar untuk mengurangi pergerakan dari area yang tergigit.
5) Monitor tanda-tanda vital korban — temperatur, denyut nadi, frekuensi nafas, dan tekanan darah – kalau mungkin. Tetap perhatikan jalan nafas setiap waktu kalau sewaktu-waktu menjadi membutuhkan intubasi.
6) Jika kawasan yang tergigit mulai membengkak dan berubah warna, ular yang mengigit kemungkinan berbisa.
7) Segera dapatkan pertolongan medis. Transportasikan korban secara cepat dan kondusif ke akomodasi medis darurat kecuali ular telah niscaya diidentifikasi tidak berbahaya (tidak berbisa). Identifikasi atau upayakan mendeskripsikan jenis ular, tapi lakukan kalau tanpa resiko yang signifikan terhadap adanya gigitan sekunder atau jatuhnya korban lain. Jika aman, bawa serta ular yang sudah mati.Hati-hati pada kepalanya dikala membawa ular – ular masih sanggup mengigit hingga satu jam setelah mati (dari reflek). [5] Ingat, identifikasi yang salah sanggup fatal. Sebuah gigitan tanpa tanda-tanda inisial sanggup tetap berbahaya atau bahkan fatal.
8) Jika berada di wilayah yang terpencil dimana transportasi ke instalasi gawat darurat akan lama, pasang bidai pada ekstremitas yang tergigit. Jika memasang bidai, ingat untuk memastikan luka tidak cukup bisul sehingga menimbulkan bidai menghambat pedoman darah.Periksa untuk memastikan jari atau ujung jari tetap pink dan hangat, yang berarti ekstrimitas tidak menjadi kesemutan, dan tidak memperburuk rasa sakit.
9) Jika dipastikan digigit oleh elapid yang berbahaya dan tidak terdapat imbas mayor dari luka lokal, sanggup dipasang pembalut dengan teknik imobilisasi dengan tekanan. Teknik ini terutama dipakai untuk gigitan oleh elapid Australia atau ular laut. Balutkan perban pada luka gigitan dan terus hingga ke kepingan atas ekstremitas dengan tekanan ibarat akan membalut pergelangan kaki yang terpeleset. Kemudian imobilisasi ekstremitas dengan bidai, dengan tetap memperhatikan mencegah terhambatnya pedoman darah. Teknik ini membantu mencegah imbas sistemik yang mengancam nyawa dari bisa, tapi juga sanggup memperburuk kerusakan lokal pada sisi gigitan kalau tanda-tanda yang signifikan terdapat di sana.
  1. Manajemen di Rumah Sakit
    Perawatan definitif mencakup pengecekan kembali ABC dan mengevaluasi pasien atas tanda-tanda stress berat (seperti takipneu, takikardi, kulit kering dan pucat, perubahan status mental, hipotensi). Rawat dahulu keadaan yang mengancam nyawa.Korban dengan kesulitan bernafas mungkin membutuhkan endotracheal tube dan sebuah mesin ventilator untuk menolong korban bernafas.Korban dengan stress berat membutuhkan cairan intravena dan mungkin obat-obatan lain untuk mempertahankan pedoman darah ke organ-organ vital.
    Semburan sanggup ular sendok, apabila mengenai mata, sanggup menjadikan iritasi menengah dan menimbulkan rasa pedih yang hebat.Mencucinya bersih-bersih dengan air yang mengalir sesegera mungkin sanggup membilas dan menghanyutkan sanggup itu, mengurangi iritasi dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut pada mata.
Penderajatan envenomasi membedakan kebutuhan akan antivenin pada korban gigitan ular-ular viper. Derajat dibagi dalam ringan, sedang, atau berat.
a. Envenomasi ringan ditandai dengan rasa sakit lokal, edema, tidak ada tanda-tanda toksisitas sistemik, dan hasil laboratorium yang normal.
b. Envenomasi sedang ditandai dengan rasa sakit lokal yang hebat; edema lebih dari 12 inci di sekitar luka; dan toksisitas sistemik termasuk nausea, vomitus dan penyimpangan pada hasil laboratorium (misalnya penurunan jumlah hematokrit atau trombosit).
c. Envenomasi berat ditandai dengan ptekie, ekimosis, sputum bercampur darah, hipotensi, hipoperfusi, disfungsi renal, perubahan pada protrombin time dan tromboplastin time parsial teraktivasi, dan hasil-hasil abnormal dari tes-tes lain yang memberikan koagulopati konsumtif.
Penderajatan envenomasi merupakan proses yang dinamis. Dalam beberapa jam, sindrom ringan awal sanggup bermetamorfosis sedang bahkan reaksi yang berat.
Beri antivenin pada korban gigitan ular koral sebagai standar perawatan kalau korban tiba dalam 12 jam setelah gigitan, tanpa melihat adanya tanda-tanda lokal atau sistemik. Neurotoksisitas sanggup muncul tanpa tanda-tanda sebelumnya dan bermetamorfosis gagal nafas.
Bersihkan luka dan cari pecahan taring ular atau kotoran lain. Suntikan tetanus dibutuhkan kalau korban belum pernah mendapatkannya dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.Beberapa luka memerlukan antibiotik untuk mencegah infeksi.

B.PENANGANAN KEDARURATAN PADA KORBAN GIGITAN BINATANG LAUT
a.       Gigitan Ubur-ubur ( Jelly fish )
Cedera  timbul akhir sengatan  sel-sel penyengat  dari tentakel-tentakel ( alat - alat penangkap ) 
Tanda dan Gejala :
§  Rasa panas danterbakar serta sedikit perdarahan pada kulit
§  Mual
§  Muntah
§  Kejang otot
§  Syok
§  Kesulitan bernafas
Penanganan :
§  Amankan diri dan lingkunagn sekitar
§  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
§  Bebaskan anggota tubuh yang cedera dari tentakel-tentakel dengan handuk basah
§  Cuci luka dengan larutan amoniak atau alkohol 70%
§  Bawa segera ke rumah sakit
b.      Gigitan Gurita ( Blue Ringewd Octopus )
Gigitan gurita sangat beracun dan seringkali menimbulkan kematian.
Tanda dan Gejala :
§  Kegagalan nafas secara progesif terjadi dalam 10 -15 menit
§  Luka bekas gigitan kecil , tidak terasa nyeri yang mungkin berwarna merah dan benjolan ( tampak ibarat melepuh berisi darah )
§  Kehilangan rasa raba dimulai sekitar verbal dan leher
§  Mual,muntah
§  Kesulitan menelan
§  Kesulitan bernafas
§  Gangguan penglihatan
§  Inkoordinasi
§  Kelumpuhan otot
§  Pernafasan berhenti
§  Denyut nadi berhenti
§  Dapat diikuti kematian
Penanganan :
§  Amankan diri dan lingkunagn sekitar
§  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
§  Tenangkan penderita
§  Cuci luka dengan air hangat
§  Lakukan pressure imobilisasi  pada kepingan yang cedera
§  Monitor tanda-tanda vital
§  Lakukan RJP bila diperlukan
§  Bawa segera ke rumah sakit

c.       Gigitan Trigonid ( Duri Babi )
Biasanya terdapat diperairan bahari dangkal.Penderita terkena sengatan trigonid alasannya ialah menginjak atau bersentuhan dengan kepingan tubuh binatang tersebut .
Tanda dan Gejala :
§  Timbul nyeri dalam 90 menit
§  Rasa panas di kawasan gigitan
§  Pusing  terkadang hingga pingsan
Penanganan :
§  Amankan diri dan lingkungan sekitar
§  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
§  Tenangkan penderita
§  Cabut duri babi yang menusuk
§  Rendam kepingan yang tergigit dalam air hangat
§  Cuci luka dan imobilisasi kawasan luka

d.      Gigitan ikan pari ( Sting Ray )
Hewan ini menyuntikan racunnya dengan menusukkan duri-durinya / jarum – jarumnya Tanda dan Gejala :
§  Pembengkakan
§  Mual,muntah dan diare
§  Kejang – kejang bahkan terkadang disertai kelumpuhan otot - otot               
Penanganan :
§  Amankan diri dan lingkungan sekitar
§  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
§  Bersihkan luka dengan sabun dan air hangat selama 30-60 menit ( efektif untuk me-non aktifkan racun yang tidak tahan panas
§  Bawa segera ke Rumah Sakit

C. PENANGANAN KEDARURATAN PADA KORBAN GIGITAN BINATANG DARAT
a.       Gigitan Anjing ,Kucing ,Kera ,dll
Gigitan sanggup menimbulkan luka memar yang hebat dan infeksi disertai robekan dari jaringan.

 Tanda dan Gejala :
§  Sakit kepala
§  Demam
§  Kejang – kejang
§  Kemungkinan rabies
Penanganan :
§  Amankan diri dan lingkungan sekitar
§  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
§  Cuci luka dengan air mengalir dan  sabun atau larutan deterjen
§  Imobilisasikan kepingan yang digigit
§  Berikan SAR ( Serum Anti Rabies ) kalau ada
§  Lakukan penangkapan binatang yang menggigit untuk identifikasi
§  Bawa segera ke Rumah Sakit

b.      Gigitan Antropoda ( Laba-laba ,Tawon,Kelabang ,kala ) dan Serangga
Gigitan binatang golongan ini , walaupun tidak selalu membahayakan jiwa , tetapi sanggup menimbulkan reaksi alergi yang parah dan terkadang sanggup berakibat fatal.
Cedera didapat akhir dari gigitan , pagutan , sengatan , atau mungkin atau hanya sentuhan binatang atau kepingan tubuhnya.
 Tanda dan Gejala :
§  Bengkak dan kemerahan disekitar gigitan
§  Gatal – gatal
§  Nyeri dan terasa panas
§  Demam , menggigil kadang disertai sulit tidur
§  Dapat terjadi syok
Penanganan :
§  Amankan diri dan lingkungan sekitar
§  Nilai keadaan airway ,breathing , dan sirkulasi ( ABC )
§  Tenangkan penderita
§  Ambil sengatnya kalau nampak  ( hati-hati jangan hingga menekan kantung sanggup )
§  Cuci kawasan gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptic
§  Kompres cuek ( kompres es )
§  Imobilisasikan kawasan yang tergigit
§  Berikan analgetik
§  Bawa segera ke Rumah Sakit

Gigitan Serangga
Beberapa pola persoalan serius yang diakibatkan oleh gigitan atau    serangan    gigitan serangga didantaranya adalah:
a. Reaksi alergi berat (anaphylaxis).
Reaksi ini tergolong tidak biasa, namun sanggup mengancam kahidupan dan  membutuhkan pertolongan darurat. Tanda-tanda atau gejalanya adalah:
• Terkejut (shock). Dimana ini sanggup terjadi bila sistem peredaran darah tidak mendapat masukan darah yang cukup untuk organ-organ penting (vital)
• Batuk, desahan, sesak nafas, merasa sakit di dalam verbal atau kerongkongan/tenggorokan
• Bengkak di bibir, lidah, telinga, kelopak mata, telapak tangan, tapak kaki, dan selaput lendir (angioedema)
• Pusing dan kacau
• Mual, diare, dan nyeri pada perut
• Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak
Gejala tersebut sanggup diikuti dengan tanda-tanda lain dari beberapa reaksi.
b. Reaksi racun oleh gigitan atau serangan tunggal dari serangga.
Serangga atau laba-laba yang menimbulkan hal tersebut misalnya:
• Laba-laba janda (widow) yang berwarna hitam
• Laba-laba pertapa (recluse) yang berwarna coklat
• Laba-laba gembel (hobo)
• Kalajengking
c. Reaksi racun dari serangan lebah, tawon, atau semut api.
• Seekor lebah dengan alat penyengatnya di belakang kemudian mati setelah menyengat. Lebah madu afrika, yang dinamakan lebah-lebah pembunuh, mereka lebih garang dari pada lebah madu kebanyakan dan sering menyerang bahu-membahu dengan jumlah yang banyak
• Tawon, penyengat dan si jaket kuning (yellow jackets), sanggup menyengat berkali-kali. Si jaket kuning sanggup menimbulkan sangat banyak reaksi alergi
• Serangan semut api kepada seseorang dengan gigitan dari rahangnya, kemudian memutar kepalanya dan menyengat dari perutnya dengan alur memutar dan berkali-kali
d. Reaksi kulit yang lebar pada kepingan gigitan atau serangan.
e. Infeksi kulit pada kepingan gigitan atau seranga
f. Penyakit serum (darah), sebuah reaksi pada pengobatan (antiserum) dipakai untuk mengobati gigitan atau serangan serangga. Penyakit serum menimbulkan rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bisul serta diiringi tanda-tanda flu tujuh hingga empat belas hari setelah penggunaan anti serum.
g. Infeksi virus. Infeksi nyamuk sanggup membuatkan virus West Nile kepada seseorang, menimbulkan inflamasi pada otak (encephalitis).
h. Infeksi parasit. Infeksi nyamuk sanggup menimbulkan menyebarnya malaria.
Serangga dan binatang berbisa tidak akan menyerang kecuali kalau mereka digusar atau diganggu. Kebanyakan gigitan dan sengatan dipakai untuk pertahanan. Gigitan serangga untuk melindungi sarang mereka.
Sebuah gigitan atau sengatan sanggup menyuntikkan bisa(racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga menjadikan kemerahan dan bisul di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning, dan semut api ialah anggota keluarga Hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka sanggup menimbulkan reaksi yang cukup serius pada orang yang alergi terhadap mereka.Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali lebih sering dari pada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular. Lebah, tawon dan semut api berbeda-beda dalam menyengat.
Ketika lebah menyengat, ia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebetulnya ia mati ketika proses itu terjadi. Seekor tawon sanggup menyengat berkali-kali alasannya ialah tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat.
Semut api menyengatkan bisanya dengan memakai rahangnya dan memutar tubuhnya. Mereka sanggup menyengat sanggup berkali-kali.

b. Gejala
Gejala dari gigitan serangga majemuk dan tergantung dari banyak sekali macam faktor yang mempengaruhi. Kebanyakan gigitan serangga menyebabakan kemerahan, bengkak, nyeri, dan gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan atau sengatan serangga tersebut.Kulit yang terkena gigitan sanggup rusak dan terinfeksi kalau kawasan yang terkena gigitan tersebut terluka. Jika luka tersebut tidak dirawat, maka akan menjadikan peradangan akut.
Rasa gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak, desahan, sesak napas, pingsan dan hampir meninggal dalam 30 menit ialah tanda-tanda dari reaksi yang disebut anafilaksis.Ini juga diakibatkan alasannya ialah alergi pada gigitan serangga.Gigitan serangga juga menjadikan bisul pada tenggorokan dan kematian alasannya ialah gangguan udara.Sengatan dari serangga jenis penyengat besar atau ratusan sengatan lebah jarang sekali ditemukan hingga menjadikan sakit pada otot dan gagal ginjal.


BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA SENGATAN DAN GIGITAN ULAR
PENGKAJIAN
Pada sengatan serangga mungkin ditemukan :
Mendesah
Sesak nafas
Tenggorokan sakit atau susah berbicara
Pingsan atau lemah
Infeksi
Kemerahan
Bengkak
Nyeri
Gatal-gatal di sekitar area yang terkena gigitan

Pada gigitan ular sanggup ditemukan data :
Tampak kebiruan
Pingsan
Lumpuh
Sesak nafas
stress berat hipovolemik
nyeri kepala
mual dan muntah
nyeri perut
diare
keluarnya darah terus menerusdari tempat gigitan
flaccid paralysis
Miotoksisitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Nyeri bekerjasama dengan proses toksikasi
• Syok bekerjasama dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
• Rasa gatal, bisul dan bintik – bintik merah bekerjasama dengan proses inflamasi
• Gangguan Jalan napas tidak efektif bekerjasama dengan reaksi endotoksin
• Hipertermia bekerjasama dengan imbas eksklusif endotoksin pada hipotalamus
• Resiko tinggi terhadap infeksi bekerjasama dengan pertahanan tubuh tak adekuat

INTERVENSI
Nyeri bekerjasama dengan proses toksikasi
à
Tujuan : Meredakan nyeri
Intervensi
1. Sengat kalau masih ada dicabut dengan pinset
R/ : mengeluarkan sengat serangga yang masih tertinggal
2. Berikan kompres dingin
R/ : meredakan nyeri dan mengurangi bengkak
3. Lakukan tehnik distraksi relaksasi
R/ : mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dalam dukungan antihistamin ibarat diphenhidramin (Benadryl) dalam bentuk krim/salep atau pil, losion Calamine
R/ : mengurangi gatal – gatal

Syok bekerjasama dengan tidak adekuatnya peredaran darah ke jaringan
à
Tujuan : Menangani penyebab, Memperbaiki suplai darah ke jaringan
Intervensi
1. Atasi setiap penyebab shock yang mungkin sanggup di atasi(perdarahan luar)
R/: Mengurangi keparahan
2. Pasien dibaringkan kepala lebih rendah.
R/: Kepala lebih rendah semoga pasien tidak hilang kesadaran
3. Kaki di tinggikan dan di topang
R/: Meningkatkan suplai darah ke otak
4. Longgarkan pakaian yang ketat atau pakaian yang menghalangi
R/: Sirkulasi tidak terganggu
5. Periksa dan catat pernapasan nadi dan tingkat reaksi tiap 10 menit
R/: Mengetahui tingkat perkembangan pasien

Rasa gatal, bisul dan bintik – bintik merah bekerjasama dengan proses inflamasi
 à
Tujuan : Mencegah peradangan akut
Intervensi
1. Pasang tourniket pada kawasan di atas gigitan
R/: Mencegah tersebarnya racun ke seluruh tubuh
2. Bersihkan area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang terkotori oleh serangga (seperti nyamuk).
R/: Untuk menghindari terkotori lebih lanjut pada luka
3. Kolaborasi dalam dukungan antihistamin dan serum Anti Bisa Ular (ABU) polivalen i.v dan disekitar luka. ATS dan p3enisilin procain 900.000 IU
R/: Mencegah terjadinya infeksi
Gangguan Jalan napas tidak efektif bekerjasama dengan reaksi
 à endotoksin
Intervensi
1. Auskultasi suara nafas
2.Pantau frekuensi pernapasan
3.Atur posisi klien dengan nyaman dan atur posisi kepala lebih tinggi
4.Motivasi / Bantu klien latihan nafas dalam
5.Observasi warna kulit dan adanya sianosis
6.Kaji adanya distensi abdomen dan spasme otot
7.Batasi pengunjung klien
8.Pantau seri GDA
9.Bantu pengobatan pernapasan (fisioterapi dada)
10.Beri O2 sesuai indikasi (menggunakan ventilator)



Hipertermia bekerjasama dengan imbas eksklusif endotoksin pada hipotalamus
 à
Intervensi
1.Pantau suhu klien, perhatikan menggigil atau diaforesis
2.Pantau suhu lingkungan, batasi linen tempat tidur
3.Beri kompres mandi hangat
4.Beri antipiretik
5.Berikan selimut pendingin

Resiko tinggi terhadap infeksi bekerjasama dengan pertahanan tubuh tak adekuat
 à
Intervensi
1.Berikan isolasi atau pantau pengunjung sesuai indikasi
2.Cuci tangan sebelum dan setelah acara terhadap klien
3. Ubah posisi klien sesering mungkim minimal 2 jam sekali
4. Batasi penggunaan alat atau mekanisme infasive kalau memungkinkan
5.Lakukan insfeksi terhadap luka alat infasif setiap hari
6.Lakukan tehnik steril pada waktu penggantian balutan
7.Gunakan sarung tangan pada waktu merawat luka yang terbuaka atau antisipasi dari kontak eksklusif dengan ekskresi atau sekresi
8.Pantau kecenderungan suhu mengigil dan diaforesis
9.Inspeksi flak putih atau sariawan pada mulut
10. Berikan obat antiinfeksi (antibiotic)



PENUTUP
          Tingkat keparahan suatu gigitan ular tergantung dari jenis ular,bagian tubuh yang digigit dan banyaknya racun ular yang disemprotkan.Bisa ular sanggup menimbulkan reaksi toksik pada Syaraf ,darah,dan jantung.
   Tanda dan Gejala lokal :
v  Terdapat dua lubang bekas gigitan yang sejajar
v  Bengkak dan nyeri
v  Timbul tanda kemerahan disekitar luka
v  Timbul dalam 10 menit
             Tanda dan Gejala umum :
v  Demam
v  Mual-muntah
v  Kelemahan
v  Mimisan
v  Nadi cepat dan kecil
v  Penurunan rasa raba –mati rasa
v  Kejang
v  Pingsan
v  Gangguan pernafasan


Prinsip penatalaksanaannya sama dengan penatalaksanaan pada penderita keracunan alasannya ialah gigitan binatang secara umum adalah:
§  Nilai Airway , Breathing , Circulation
§  Symptomatis
§  Antidot
                            Yang harus diperhatikan pada penderita gigitan binatang ialah monitor dan catat setiap     perubahan- perubahan yang terjadi ( ABC ).

Sumber http://macrofag.blogspot.com