ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ENSEFALITIS
I. KONSEP DASAR MEDIS
1. PENGERTIAN
Ensefalitis yaitu infeksi yang mengenai CNS (Central Nervus System) yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent.
Ensefalitis yaitu radang pada jaringan otak yang disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus. (kapita selekta kedokteran jilid 2,2000: 440)
2. PATOFISIOLOGI ENSEFALITIS
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan kanal cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
· Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
· Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah
Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.
· Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat .
Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang.
Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.
Penyebab Ensefalitis:
Penyebab terbanyak : yaitu virus
Sering : - Herpes simplex ,- Arbo virus
Jarang : - Entero virus - Mumps, Adeno virus
Post Infeksi : - Measles, Influenza, Varisella
Post Vaksinasi : - Pertusis
Ensefalitis supuratif akut :
Bakteri penyebab Ensefalitis yaitu : Staphylococcusaureus,Streptokok,E.sdfdf,Mycobacterium dan T. Pallidum.
Ensefalitis virus:
Virus yang menjadikan yaitu virus R N A (Virus Parotitis) virus morbili,virus rabies,virus rubella,virus denque,virus polio,cockscakie A,B,Herpes Zoster,varisela,Herpes simpleks,varicella.
3. GEJALA KLINIS
3.1 Panas tubuh meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah lethargy kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen.
3.2 Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat disertai gangguan penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang.
4. DIAGNOSA BANDING
4.1 Menginitis TB
4.2 Sindrom Reye
4.3 Abses Otak
4.4 Tumor Otak
4.5 Ensefalopati
5. PENATALAKSANAAN
5.1 Pengobatan Penyebab
Diberikan bila jenis virus diketahui
Herpes Ensefalitis : adenosine arabinose 15 mg/kg BB/ nr selama 5 hari
5.2 Pengobatan Suportif
- ABC dipertahankan sebaik-baiknya
- Pemberian kuliner yang adekuat
- Obat-obatan contohnya :
a. Hiperpirexia
b. Kejang
c. Edema otak
- Perawatan
Lakukan drainase postural dan aspirasi mekanis
6. PROGNOSIS
Angka maut untuk ensefalitis ini masih tinggi berkisar antara 35 – 50 %. Dari penderita yang hidup 20 – 40 % memiliki komplikasi atau tanda-tanda sisa berupa paresis atau paralesis, pergerakan koreoatetoid, gangguan penglihatan atau tanda-tanda neorologis lain penderit yang sembuh tanpa kelainan neorologis yang kasatmata dalam perkembangan selanjutnya masih mungkin menderita retardasi metal, persoalan tingkah laris dan epilepsy
II. KONSEP DASAR ASKEP
1. Identitas
Umur : sanggup menyerang semua kelompok umur.
Jenis Kelamin : tidak terdapat perbedaan.
Status ekonomi : sering terjadi keadaan nutrisi yang buruk, lantaran faktor ekonomi.
Lingkungan daerah tinggal yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan menunjang juga terjadinya penyakit ini.
2. Riwayat Keperawatan
2.1 Keluhan Utama.
Kejang-kejang sanggup disertai dengan penurunan kesadaran,tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial (kaku kuduk,.
2.2 Riwayat Penyakit Sekarang
Anak menjadi lesu atau terjadi kelemahan secara umum, nyeri ekstremitas, gampang terangsang/irritable, demam (39°- 41°C), nafsu makan menurun, muntah-muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, pucat, gelisah,
2.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Anak pernah menderita penyakit yan disebabkan oleh virus, menyerupai virus influenza, varisella,adenovirus, coxsachie, echovirus atau parainfluenza, infeksi bakteri, benalu satu sel, cacing, fungus, riketsia.
2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Anggota keluarga ada yang menderita penyakit yang sanggup menular kepada anak.
3. Pola-pola Fungsi Kesehatan
3.1 Pola Nutrisi dan Metabolisme
Terjadi perubahan dalam kebiasaan atau jenis kuliner yang diberikan jawaban dari kondisi penyakitnya
3.2 Pola Eliminasi
Terjadi perubahan dari karakteristik faeses dan urine (warna , konsistensi, bau), sanggup terjadi inkontinensia atau retensi dari urin atau alvi, nyeri tekan abdomen.
3.3 Pola Tidur dan Istirahat
Anak menjadi gampang terangsang/irritable, terjadi kejang spastik, penurunan kesadaran (apatis-koma).
3.4 Pola Aktivitas
Dapat ditemukan gerakan-gerakan yang involunter, hipotonia, keterbatasan dalam rentang gerak, ataksia, kelumpuhan, persoalan dalam hal berjalan atau keterbatsan jawaban dari kondisi penyakitnya.
- Pemeriksaan
4.1 Pemeriksaan Umum
Suhu tubuh : 104 –105 oF, Malaise, kejang, penurunan kesadaran.
4.2 Pemeriksaan Fisik
1. Kepala Leher
§ Nyeri Kepala
§ KakuKuduk
§ Hemiperesis
§ hemiplegia
2. Dada
§ Tarikan Intercoste
§ Irama nafas tak teratur
3. Ektermitas
§ Kejang
§ Ataksia
5. Pemeriksaan Penunjang
§ Biakan
§ Pemeriksaan serologis : Uji fiksasi, komplemen, uji inhibisi, hemaglobinasi, dan uji neotralisasi
§ EEG
§ Lumbal Pungsi
§ Biopsi Otak
6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul yaitu :
I. Gangguan perfusi jaringan berafiliasi dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Tujuan :
Pasien kembali pada keadaan status neurologis sebelum sakit
Meningkatnya kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria hasil :
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rasa sakit kepala berkurang
Kesadaran meningkat
Tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI | (1) RASIONAL |
Pasien bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal | Perubahan pada tekanan intakranial akan sanggup meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak |
Monitor tanda-tanda status neurologis dengan GCS. | Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut |
Monitor tanda-tanda vital menyerupai TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik | Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuatif. Kegagalan autoregulasi akan mengakibatkan kerusakan vaskuler cerebral yang sanggup dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu sanggup menggambarkan perjalanan infeksi. |
Monitor intake dan output | Hipertermi sanggup mengakibatkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko kehilangan cairan tubuh terutama pada pasien yang tidak sadar serta nausea yang menurunkan intake per oral |
Bantu pasien untuk membatasi muntah, batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik di daerah tidur. | Aktifitas muntah atau batuk sanggup meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak atau merubah posisi sanggup melindungi diri dari imbas valsava |
Kolaborasi : Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat. | Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan sanggup menurunkan edema cerebral |
Monitor AGD bila diharapkan pemberian oksigen | Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel sanggup mengakibatkan terjadinya iskhemik serebral |
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika. | Terapi yang diberikan sanggup menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema serebri Menurunkan metabolik sel / konsumsi dan kejang. |
II. Nyeri berafiliasi dengan adanya iritasi lapisan otak
Tujuan :
Pasien terlihat rasa sakitnya berkurang / rasa sakit terkontrol
Kriteria penilaian :
Pasien sanggup tidur dengan tenang
Memverbalisasikan penurunan rasa sakit.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI | RASIONAL |
Independent Usahakan menciptakan lingkungan yang kondusif dan tenang | Menurunkan reaksi terhadap rangsangan ekternal atau kesensitifan terhadap cahaya dan menganjurkan pasien untuk beristirahat |
Kompres masbodoh (es) pada kepala dan kain masbodoh pada mata | Dapat mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah otak |
Lakukan latihan gerak aktif atau pasif sesuai kondisi dengan lembut dan hati-hati | Dapat membantu relaksasi otot-otot yang tegang dan sanggup menurunkan rasa sakit / disconfort |
Kolaborasi : Berikan obat analgesik | Mungkin diharapkan untuk menurunkan rasa sakit. Catatan : Narkotika merupakan kontraindikasi lantaran berdampak pada status neurologis sehingga sukar untuk dikaji. |
III.Resiko injuri berafiliasi dengan adanya kejang, perubahan status mental dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Rencana Tindakan :
INTERVENSI | RASIONAL |
Independent : Monitor kejang pada tangan, kaki, verbal dan otot-otot muka lainnya | Gambaran tribalitas sistem saraf sentra memerlukan penilaian yang sesuai dengan intervensi yang sempurna untuk mencegah terjadinya komplikasi. |
Persiapkan lingkungan yang kondusif menyerupai batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada erat pasien. | Melindungi pasien bila kejang terjadi |
Pertahankan bedrest total selama fase akut | Mengurangi resiko jatuh / terluka jikalau vertigo, sincope, dan ataksia terjadi |
Kolaborasi : Berikan terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll. | Untuk mencegah atau mengurangi kejang. Catatan : Phenobarbital sanggup mengakibatkan respiratorius depresi dan sedasi. |
IV. Gangguan mobilitas fisik berafiliasi dengan kerusakan neuromuskulaer, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran, kerusakan persepsi/kognitif
Tujuan :
Tidak terjadi kontraktur, footdrop, gangguan integritas kulit, fungsi bowell dan bladder optimal serta peningkatan kemampuan fisik
Rencana Tindakan
Intervensi | Rasional |
Independen : Review kemampuan fisik dan kerusakan yang terjadi | Mengidentifikasi kerusakan fungsi dan memilih pilihan intervensi |
Kaji tingkat imobilisasi, gunakan skala ketergantungan dari 0 - 4 | Kemungkinan tingkat ketergantungan (0) hanya memerlukan dukungan minimal (1)Memerlukan dukungan moderate (3) Memerlukan dukungan komplit dari perawat (4)Klien yang memerlukan pengawasan khusus lantaran resiko injury yang tinggi |
Berikan perubahan posisi yang teratur pada klien | Perubahan posisi teratur sanggup mendistribusikan berat tubuh secara meneyluruh dan memfasilitasi peredaran darah serta mencegah dekubitus |
Pertahankan body aligment adekuat, berikan latihan ROM pasif jikalau klien sudah bebas panas dan kejang | Mencegah terjadinya kontraktur atau foot drop serta sanggup mempercepat pengembalian fungsi tubuh nantinya |
Berikan perawatan kulit secara adekuat, lakukan masasse, ganti pakaian klien dengan materi linen dan pertahankan daerah tidur dalam keadaan kering | Memfasilitasi sirkulasi dan mencegah gangguan integritas kulit |
Berikan perawatan mata, bersihkan mata dan tutup dengan kapas yang berair sesekali | Melindungi mata dari kerusakan jawaban terbukanya mata terus menerus |
Kaji adanya nyeri, kemerahan, bisul pada area kulit | Indikasi adanya kerusakan kulit |
V. Kerusakan sensori persepsi berafiliasi dengan kerusakan akseptor rangsang sensori, transmisi sensori dan integrasi sensori
Tujuan :
Kesadaran klien dan persepsi sensori membaik
RencanaTindakan :
Intervensi | Rasional |
Evaluasi secara teratur perubahan orientasi klien, kemampuan bicara, keadaan emosi serta proses berpikir klien. | Kerusakan area otak akan mengakibatkan klien mengalami gangguan persepsi sensori. Sejalan dengan proses peneymbuhan, lesi area otak akan mulai membaik sehingga perlu dievaluasi kemajuan klien |
Kaji kemampuan menterjemahkan rangsang sensori contohnya : respon terhadap sentuhan, panas atau dingin, serta kesadaran terhadap pergerakan tubuh. | Informasi tersebut penting untuk memilih tindak lanjut bagi klien |
Batasi suara-suara bising serta pertahankan lingkungan yang tenang | Menurunkan kecemasan, dan mencegah kebingungan pada klien jawaban rangsang sensori berlebihan |
Tetap bicara dengan klien dengan bunyi yang tenang, gunakan kata-kata yang sederhana dan singkat serta pertahankan kontak mata | Rangsang sensori tetap diberikan pada klien walaupun dalam keadaan tidak sadar untuk memacu kemampuan sensori persepsi klien |
Kolaborasi : Rujuk ke mahir fisioterapi atau okupasi | Untuk sanggup memperlihatkan penanganan menyeluruh pada klien |
VI.Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berafiliasi dengan ketidakmampuan menelan, keadaan hipermetabolik
Tujuan :
Nutrisi klien terpenuhi dengan kriteria tidak adanya tanda malnutrisi dengan nilai laboratorium dalam batas normal
Rencana Tindakan
Intervensi | Rasional |
Kaji kemampuan klien dalam menelan, batuk dan adanya sekret | Faktor-faktor tersebut memilih kemampuan menelan klien dan klien harus dilindungi dari resiko aspirasi |
Auskultasi bowel sounds, amati penurunan atau hiperaktivitas bunyi bpowell | Fungsi gastro intestinal tergantung pula pada kerusakan otak, bowelll sounds memilih respon feeding atau terjadinya komplikasi contohnya illeus |
Timbang berat tubuh sesuai indikasi | Untuk megevaluasi efektifitas dari asupan makanan |
Berikan kuliner dengan cara meninggikan kepala | Menurunkan resiko regurgitasi atau aspirasi |
Pertahankan lingkungan yang damai dan anjurkan keluarga atau orang terdekat untuk memperlihatkan kuliner pada klien | Membuat klien merasa kondusif sehingga asupan sanggup dipertahankan |
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif, dkk (2000). Kapita Selektaa Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Doegoes, Marilynn E, dkk (1999). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martinm, dkk (1998). Standar Perawatan Pasien, Volume 3. Jakarta : EGC.