Friday, August 11, 2017

√ Askep Meningitis Anak


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
MENINGITIS

1. Defenisi
1.1 Meningitis yakni radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama dari meningitis.
1.2 Meningitis yakni peradangan pada selaputmeningen , cairan serebrospinal dan  spinal collum yang mengakibatkan proses infeksi pada system syaraf pusat. ( Suriadi dan RitaYuliani, 2001)

2. Etiologi
            Meningitis disebabkan oleh banyak sekali macam organisme,
2.1  Bakteri : Haemophilus Influensa ( tipe B), Streptococcus pneumonie, Neiserria Meningitis, β - Haemolitic streptococcus, Staphilacoccus aureu, E. colli.
2.2  Faktor predisposisi ibarat fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang belakang, jenis kelamin lki-laki lebih sering dibandingkan dengan perempuan.
2.3 Factor Maternal : Ruptur membran fetal, infeksi maternal pada ahad terahir kehamilan.
2.4 Fakter Imunologi : Defisiensi mekanisme imun, defesiensi imunoglobulin, anak yang mendapat imunusupresi.
2.5 Anak dengan kelainan system saraf pusat, pembedahan atau injury yang berafiliasi dengan system persarafan.
 Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu banyak disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua pecahan besar yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Meningitis Bakteri
            Pada meningitis kuman ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya kuman penyebab infeksi dalam cairan serebruspinal. Bakteri yang paling sering mengakibatkan meningitis yakni haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap kuman sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga sanggup mengakibatkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan mengakibatkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan mengakibatkan jaringan otak akan mengalami infark.
Meningitis Virus
            disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh banyak sekali jenis penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; mump, meales, gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis kuman tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.

3. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur ibarat jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
            Organisme (virus / bakteri) yang sanggup mengakibatkan meningitis, memasuki cairan otak melaui pemikiran darah merah pada blood brain barrier, masuknya sanggup melalui stress berat penetrasi, mekanisme pembedahan atau pecahnya bisul serebral atau kelainan system saraf pusat.  Otorrea atau rhinhorea akhir fraktur dasar tengkorak sanggup menimbulkan meningitis, dimana terjadi kekerabatan antar CSF dan dunia luar.
 Efek peradangan akan mengakibatkan peningkatan cairan serebrospinal yang sanggup mengakibatkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hedrosefalus dan peningkatan intra cranial. Efek patologi dari peradangan tersebut yakni Hiperemi pada meningen.
 Masuknya mikro organisme ke susunan saraf pusat melelui ruang sub arachnoid dan menimbulkan respon peradangan pada arachnoid, CSF dan ventrikel.


4. Manifestasi Klinik
Tergantung pada luasnya penyebaran dan umur anak
Dipengaruhi oleh type  dari organisme keefektifan dari terapi
     4.1  Bayi
  • Sukar untuk diketahui à manifestasinya tidak terang dan tidak spesifik
à ada kemiripan dengan anak yang lebih tua, seperti:
  • Menolak untuk makan
  • Kemampuan menelan buruk
  • Muntah dan kadang kala ada diare
  • Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis melemah
  • Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-kejang, RR yang tidak teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB.
  • Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak
  • Leher fleksibel
              Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnoe terjadi bila tidak diobati/ditangani
   

  4.2  Bayi dan anak
  • Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan hingga 2 tahun
  • Adanya demam, nafsu makan menurun, muntah, iritabel, gampang lelah dan kejang-kejang, dan menangis dg merintih.
  • Frontanel menonjol
  • Nuchal Rigidity à tanda-tanda kaku kuduk,brudzinki dan kernig sanggup terjadi namun lambat
       4.3 Anak-anak dan remaja
·         Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, kejang-kejang
·         Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat  berkembang photopobia, delirium, halusinasi, tingkah laris yang garang atau mengantuk stupor dan koma
·         Gejala pada respiratory atau gastrointestinal
·         Adanya tahanan pada kepala kalau difleksikan
·         Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)
·         Tanda kernig dan brudzinki (+)
·         Kulit hambar dan sianosis
·         Peteki/adannya purpura pada kulit à infeksi meningococcus (meningo cocsemia)
·         Keluarnya cairan dari telinga à meningitis peneumococal
·         Congenital dermal sinus à infeksi E. Colli

5. Pemeriksaan Diagnosis

5.1  Pemeriksaan Laboratorium
                        Pemeriksaan laboratorium yang khas pada meningitis yakni analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai normal.
                        Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak yakni 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.

5.2  Pemeriksaan Radiografi
                        CT-Scan dilakukan untuk memilih adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
5.3  Kultur darah
5.4 Kultur swab hidung dan tenggorokan
6. Komplikasi
6.1 Dapat dikurangi dikurangi dengan diagnosis yang awal dan pemberian terapi antimikrobial dengan cepat.
6.2 Bila infeksi meluas ke ventrikel, pus yang banyak (kental), adanya penekatan pada  bagian yang sempit à obstruksi cairan cerebrospinal à hydrocephalus obstruktif
6.3 Perubahan yang dekstruktif ada pada kortex serebral dan adanya bisul otak à infeksi langsung. Atau melalui penyebaran pembuluh darah.
6.4 Ketulian, kebutaan, kelemahan/paralysis dari otot-otot wajah atau otot-otot yang lain pada kepala dan leher à penyebaran infeksi pada tempat syaraf cranial
6.5 Kompl;ikasi yang serius biasanya diakibatkan oleh infeksi : meningococcal sepsis atau meningococcemia
6.5 Syndrom water haouse-Friderichsen ( Overwhelming septic shock, DIC, Perdarahan, Purpura)
6.7 SIADH, subdural effusion, kejang-kejang, edema serebral, herniasi dan hydrocephalus.
6.8 Komplikasi post meningitis pada neonatus:
§  Ventriculitis (yang menghasilkan  kista, tempat yang dibatasi oleh akumulasi cairan dan tekanan pada otak)
§  Gangguan yang menetap dan penglihatan, pendengaran dan kelemahan nervus yang lain
§  Cerebral palsy, cacat mental, gangguan belajar, penurunan perhatian, gangguan hiperaktivitas dan adanya kejang.

7. Penatalaksaan

7.1 Penatalaksanaan terapeutik
Ø  Isolation precautions
Ø  Pemberian terapi antimikroba
Ø  Mempertahankan hidrasi yang optimum
Ø  Mempertahankan ventilasi
Ø  Mengurangi peningkatan TIK
Ø  penatalaksaan dari shock bakterial
Ø  Mengontrol kejang dengan pemberian anti epilepsi
Ø  Mengontrol temperatur pada ekstrimitas
Ø  Memperbaiki  anemia
Ø  Perawatan dari komplikasi

7.2 Pengobatan

Pengobatab biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
 Untuk setiap mikroorganisme penyebab meningitis :

Antibiotik
Organisme


Penicilin G




Gentamicyn



Chlorampeniko
Ampisillin, sefotaksim


Sefotaksim, amikasin
Pneumoccocci
Meningoccocci
Streptoccocci


Klebsiella
Pseudomonas
Proleus

Haemofilus Influenza
S. Pneumonia
N. meningitis

Gram negatif
Terapi TBC
·  Streptomicyn
·  INH
·  PAS
Micobacterium Tuber culosis







Bakteri



Virus 

8. Prognosa

            Usia anak, kecepatan diagnosa setelah timbulnya tanda-tanda dan terapi yang adekwat penting dalam prognosa meningitis bakteri. Mortalitas miningitis neonatus kira-kira 50 % meskipun tanda-tanda yang timbul terlambat, sedangkan meningitis streptokokus β hemolitikus menimbulkan 15 – 20 % kasus fatal. Bila penyebabnya hemofilus influensya dan miningitis meningokokus, angka mortalitas 5 – 10 % sedangkan meningitis pneumokokus pada bayi dan belum dewasa kira-kira 20 %.
            Gejala sisa miningitis bacteri paling sering terjadi pada belum dewasa usia 2 tahun pertama dan sangat sedikit pada belum dewasa dengan miningitis meningokokus. Gejala sisa pada bayi terutama disebabkan oleh hidrosefalus komunikasi dan efek-efek yang lebih besar berupa cerebritis pada otak yang belum matang. Pada belum dewasa yang lebih besar gajala sisa dihubungkan dengan proses peradangan itu sendiri atau akhir dari vaskulitis (radang pembuluh darah) yang menyertai penyakit ini. Evaluasi saraf N VIII penting atau sekurang-kurangnya  follow up 6 bulan untuk mengkaji kemungkinan hilangnya pendengaran.

9. Pengkajian

1.1 Biodata
Insiden tertinggi pada anak usia 2 bulan hingga 2 tahun ( Nelson:1993:33)
Laki-laki lebih banyak dari perempuaan
1.2 Keluhan Utama
            kejang dan sakit kepala
1.3 Riwayat Penyakit Sekarang
a. pada neonatus : kaji adnya sikap menolak untuk makan, reflek mengisap kurang, muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang tegak, dan menangis.
b. pada bayi dan belum dewasa ( usia 3 bulan hingga 2 tahun) : kaji adanya demam, malas makan, muntah, gampang terstimulasi, kejang menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk dan tanda kernig dan budzinsky positif.
c. pada belum dewasa dan remaja : kaji adanya demam tinggi sakit kepala, muntah yang di ikuti dengan perubahan sensori, kejang, gampang terstimulasi dan teragitasi, foto fobia, delirium, halusinasi, sikap agresif, penurunsn kesadaran, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinsky, reflek fisiologis hiperaktif, pruritus.  
d. Gejala tekanan intra kranial: anak sering muntah, nyeri kapala (pada orang dewasa), pada neonatus kesadaran menurun dari apatis hingga koma, kejang
1.4 Riwayat Penyakit Dahulu
a. Antenatal: adanya defisiensi konginental 3 kelas imunoglobin utama yaitu fungsi limfosit T, Kelainan adonan dari sel T dan B (Nelson:1993:34)
b.    Natal: -
c.    Post natal : anak yang memiliki antibodi terhadap polibosefosfat memiliki kekebalan terhadap infeksi H, influensa yang biasanya terbentuk pada anak berusia dibawah 1 tahun (Nelson:1993:35)
1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit tuberkulosis paru pada meningen tuberkulosis
1.6 ADL
Nutrisi      : menurunnya nafsu makan, mual, muntah dan klien mengalami kesukaran/tidak sanggup menelan, dampak dari penurunan kesadaran
Aktivitas  : mengalami kelumpuhan dan kelemahan yang menjadikan gerak serta ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan
Istirahat   : terdapat gangguan akhir nyeri kepala yang dialami.
Eleminasi : terjadi obstipasi
Personal hygiene : tergantung perawatan diri sehubungan dengan penurunan kesadaran dan kelumpuhan.
1.7. Pemeriksaan
A.    pemeriksaan umum
Suhu          : lebih dari 38 ° C
Nadi          : tachicardi, tetapi kalau terjadi peningkatan intrakranial nadi menjadi cepat .
Pernapasan            : lebih dari 24 x/ menit
B.     pemeriksaan fisik
Kepala dan leher : ubun-ubun besar dan menonjol, strabismus dan stignasmus, pada wajah terdapat ptichiae, lesi purpura, bibir kering, sianosis dan pada leher terjadi kaku kuduk.
Thorak/ dada       : bentuk simetris, pernapasan tachipnue, bila koma pernapasan chyne stroke, adanya tarikan otot-otot pernapasan, jantung S1-S2
Abdomen            : turgor kulit menurun, peristaltik usus menurun
Ekstremitas         : pada kulit petiachae, lesi purpura
Genetalia             : inkontensia urie pada stadium lanjut


C.     pemeriksaan penunjang
a. Fungsi Lumbal
b. kultur darah
c. CT scan
d. Kultur swab hidung dan tenggorokan
10. Diagnosa Keperawatan
  1. perubahan perfusi serebral berafiliasi dengan proses inflamasi.
  2. gangguan pertukaran gas berafiliasi dengan meningkatnya tekanan intra kranial
  3. tidak efektif bersihan jalan nafas berafiliasi dengan kelemahan otot-otot pernafasan, ketidak mampuan untuk batuk, dan penurunan kesadaran.
  4. tidak efektif contoh nafas berafiliasi dengan menurunnya kemampuan untuk bernafas.
  5. resiko injury berafiliasi dengan disorentasi, kejang, gelisah.
  6. perubahan proses berfikir berafiliasi dengan perubahan tingkat kesdaran.
  7. kurang volume cairan berafiliasi dengan menurunnya intake cairan, kehilangan cairan abnormal.
  8. kelebihan volume cairan berafiliasi dengan tidak adequatnya sekresi hormon anti deuretik.
  9. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berafiliasi dengan anaoreksia, mual muntah dan lemah.
  10. kecemasan berafiliasi dengan adanya situasi yang mengancaam.
11. Perencanaan 
  1. anak akan mempertahankan perfusi serebral yang adequat.
  2. 3 dan 4 anak akan memperlihatkan status pernafasan adequat yang di tandai dengan jalan nafas laten dan bersih, contoh nafas efektif dan pernafasan normal.
  3. anak-anak akan mengalami injury.
  4. anak akan mempertahankan kontak dengan lingkungan sekitar.
  5. anak tidak memperlihatkan kekurangan volume cairan yang ditandai dengan membran mukusa lembab dan tugor kulit elastis.
  6. anak akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adequat.
  7. anak akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adequat.

  1. orang renta akan mengekspresikan ketakutan / kecemasan, dan mengidentifikasi situasi yang mengancam, dan mengatasi kecemasan.
12. Implementasi
  1. mempertahankan perfusi serebral yang adequat
§ pastikan anak tidak akan mengalami injury
§ mengobsevasi dan mencatat tingkat kesadaran ( kewaspadaan, orentasi, gampang terstimulasi, letargi,respon yang tidak cepat).
§ Menilai status neurologi setiap 1-2 jam ( gerakan simetris, reflek-reflek infratil, respon pupil, kemampuan mengikuti perintah, ketajaman penglihatan, reflek tendon dalam, kejang, respon verbal.
§ Memonitor adanya tekanan intrakranial (meningkatnya lingkar kepala, fontanel menonjol, meningkatnya tekanan darah, menurunnya nadi, pernafasan tidak teratur, menangis merintih, gelisah, bingung, kejang)
§ Catat setiap kejang yang terjadi, anggota tubuh yang kena, lamanya kejang dan aura
§ Meninggikan pecahan kepala tempat tidur 30 derajat
§ Mempertahankan kepala dan leher dalam satu garis lurus untuk memudahkan venous return
§ Memberikan antibiotik sesuai order, mempertahankan lingkungan yang tenang, menghindari rangsang yang berlebih
§ Mengajarkan kepada anak untuk menghindari valsava monuver ( mengedan, batuk, bersin) dan kalau merubah posisi anak lakukan secara bertahan
§ Melakukan latihan pasif/ aktif (ROM)       
§ Memonitor tanda-tanda septik trauma ( hipotensi, meningkatnya temperatur, meningkatnya pernafasan, kebigungan, disorentasi, vasokontriksi perifer)
§ Memonitor hasil analisa gas darah
§ Memberikan terapi untuk mengurangi odem sesuai order
§ Memberikan oksigen sesuai order
  1. 3 dan 4 mempertahankan oksigenasi yang adequat
§  auskultasisuara pernafasan setiap 4 jam laporkan adanya bunyi tambahan
§  memonitor frekwensi pernafasan, pola, ilham dan ekspirasi, obsevasi kulit, kuku, membran mukosa terhadap adanya sianosis
§  memonitor analisa gas darah terhadap adanya hipoxia
§  melakukan rontgen dada untuk mengetahui infiltrat
§  ganti posisi tiap 2 jam, anjurkan anak untuk melaksanakan acara yang sanggup ditoleransi
§  mempertahankan kelatenan jalan nafas; melaksanakan pengisapan lendir, mengatur posisi tidur dengan kpala ekstensi
§  menilai adanya hilangnya reflek muntah
§  memberi oksigen sesuai order dan memonitor ke efektifannya pemberian oksigen tersebut
§  obsevasi meningkatnya kebingungan, gampang terstimulasi, gelisah, laporkan setiapperubahan kepada dokter
5. mencegah injury
§  kaji tanda-tanda komplikasi
§  kaji status neurologis secara ketat
§  kaji status pernapasan
§  hindari peningkatan intra kranial, yang sanggup menimbulkan valsava monuver, batuk mengejan, bersin, rangsang dari mekanisme ; menghisapan lendir
  1. mempertahankan fungsi sensori
§  bertingkah laris tenang, konsisten, bicara lambat dan terang untuk meningkatkan pemahaman anak
§  mengajak anak bicara ketika melaksanakan tindakan, memakai sentuhan terapeutik
§  mengorentasi secara verbal kepada orang tempat, waktu, situasi; menyediakan mainan, barang yang disukai, radio, televisi   
  1. dan 8 mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit yang adequat
§  mengukur tanda-tanda vital paling sedikit 4 jam
§  memonitor hasil laboratorium
§  mrengobservasi tanda-tanda dehidrasi
§  mengobservasi adanya tanda-tanda retensi cairan dan cairan hipotonik yang memperlihatkan SIADH ( menurunnya output urine, meningkatnya Bj urine, menurunnya konsentrasi sodium, anoreksia, mual)
§  menimbang berat tubuh tiap hari dengan skala yang sama dan waktu yang sama
§  memastikan jumlah cairan yang masuk tidak berlebih
  1. mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adequat
§  ijinkan anak untuk memakan masakan yang sanggup ditoleransi, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi anak dikala selera makan anak meningkat
§  berikan masakan yang disertai dengan pelengkap nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
§  menganjurkan orang renta untuk memperlihatkan masakan kecil tapi sering
§  menganjurkan anak untuk makan secara perlahan, dan menhindari posisi berbaring satu jam setelah makan
§  menimbang berat tubuh tiap hari dengan skala yang sama dan waktu yang sama
§  mempertahankan kebersihan lisan anak
§  menjelaskan pentingnya intake nutrisi adequat untuk penyembuhan penyakit
§  membatasi intake cairan selama makan, yaitu menhindari minum setelah satu jam sebelum dan setelah makan untuk mengurangi distensi lambung
  1. orang renta akan mengekspresikan ketakutan / kecemasan
§  mengkaji perasaan dan persepsi orang renta terhadap situasi atau persoalan yang dihadapi
§  menfasilitasi orang renta untukmengekspresikan kecemasan dan tentukan hal yang paling menciptakan keluarga / anak merasa terancam
§  mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi yang sederhana
§  membantu orang renta untuk berbagi taktik untuk melaksanakan penyesuaian terhadap krisis yang diderita anak



DAFTAR KEPUSTAKAAN

1.      Suriadi & Yuliani, Rita. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. (Edisi pertama). KDT. jakarta
2.      Kapita Selekta Kedokteran FKUI, (1999) Media Aesculapius, Jakarta
3.      Brunner / Suddarth,( 2000). Buku saku keperawatan medikal bedah,EGC, Jakarta

Sumber http://macrofag.blogspot.com