BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit abses menular masih tetap merupakan duduk kasus kesehatan masyarakat yang menonjol. Sejalan dengan ini, penyakit degeneratif mulai memperlihatkan kecenderungan meningkat. Hal ini berkaitan dengan keadaan lingkungan dan sikap masyarakat yang masih belum mendukung teladan hidup higienis dan sehat. Angka kesakitan masih cukup tinggi, terutama pada bawah umur dan pada usia di atas 55 tahun, dengan tingkat morbiditas lebih tinggi pada perempuan. Pola penyakit menular ibarat demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS, tuberkulosis paru, malaria, diare dan abses kanal pernafasan tetap tinggi. Beberapa penyakit degeneratif ibarat jantung dan hipertensi, juga cenderung memperlihatkan peningkatan. Selain itu muncul penyakit gres (emerging diseases) yang berpotensi menjadi pandemi yaitu flu burung. Dalam rangka penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular, banyak sekali upaya perlu terus ditingkatkan antara lain melalui peningkatan cakupan imunisasi, meningkatkan surveilans epidemiologi dan penanggulangan wabah, serta upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan pengendalian vektor.
Telah sering dipromosikan, bagaimana taktik pemberantasan penyakit menular (P2M), baik DBD, Malaria dan yang lainnya. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan dalam mengupayakan pemberantasan penyakit – penyakit menular tersebut melalui aktivitas – aktivitas yang dijalankan di Puskesmas – puskesmas seluruh nusantara.
P2M, merupakan salah satu aktivitas pokok pelayanan kesehatan di Puskesmas yang mempunyai cakupan dalam pencegahan dan pengendalian penyakit menular di masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Sehingga dengan upaya – upaya tersebut, pada risikonya puskesmas bertujuan semoga terwujud masyrakat sehat dalam setiap kecamatan sesuai dengan impian pemerintah.
B. RUMUSAN MASALAH
· Penyakit abses menular di Indonesia masih menjadi pokok sasaran aktivitas pemerintah
· Program apa yang dilakukan Puskesmas dalam memberantas penyakit menular di masyarakat?
· Apa sih P2M?
· Apa saja tupoksi dalam aktivitas P2M?
· Penyakit apa saja yang menjadi sasaran pemerintah dalam aktivitas P2M?
· Kebijakan apa yang diambil pemerintah dalam memberantas penyakit menular?
C. TUJUAN
1). Umum
o Mahasiswa mengerti dan memahami aktivitas pemerintah P2M di Puskesmas
2). Khusus
o Diketahuinya istilah Puskesmas dan P2M
o Diketahuinya aktivitas – aktivitas pokok puskesmas, termasuk P2M
o Diketahuinya tupoksi di potongan P2M
o Diketahuinya jenis penyakit yang termasuk sasaran P2M
o Diketahuinya kebijakan pemerintah dalam menanggulangi abses penyakit menular di masyarkat
BAB II
TINJAUAN TEORI
PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M) PUSKESMAS
A. DEFINISI PUSKESMAS
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) yaitu suatu organisasi kesehatan fungsional yang merupakan sentra pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina kiprah serta masyarakat di samping memperlihatkan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Depkes RI (2004) puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2009).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, semenjak dari pembuahan dalam kandungan hingga tutup usia (Effendi, 2009).
B. PROGRAM POKOK PELAYANAN PUSKESMAS
Setiap PUSKESMAS mempunyai pelayanan didalam gedung atau diluar gedung, berdasarkan jumlah sasaran dan wilayah kerjanya. Sesuai status puskesmas, perawatan atau non perawatan, bisa melaksanakan kegiatan pokok, maupun pengembangan, tergantung kemampuan sumber daya insan dan sumber daya material. Berikut ringkasan 9 (sembilan) aktivitas pokok pelayanan di Puskesmas.
1. Program Promosi Kesehatan (Promkes) :
· Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program Kesehatan, Survey Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Penilaian Strata Posyandu
2. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :
· Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malaria, Flu Burung, Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi Menular s3kual (IMS), Penyuluhan Penyakit Menular
3. Program Pengobatan :
· Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,, Unit Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan (Kebidanan)
· Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas Keliling (Puskel)
4. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) :
· ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan Ibu Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, Kemitraan Dukun Bersalin, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
5. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
· Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin), Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB
6. Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
· Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi dan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi
7. Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
· Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air limbah), SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), Pemeriksaan Sanitasi : TTU (tempat-tempat umum), Institusi Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN)
8. Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :
· Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Kesehatan Olahraga, Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Program Pencatatan dan Pelaporan :
· Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
Paparan aktivitas pokok puskesmas tersebut dijelaskan ringkas sesuai keterkaitan antar aktivitas yang memerlukan keterpaduan pelayanan.
C. TUPOKSI P2P
Bidang Perencanaan dan Pengendalian mempunyai kiprah melaksanakan sebagian kiprah Dinas Kesehatan dibidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
Fungsi :
penyusunan perencanaan dalam lingkup kiprah dibidang pencegahan dan penanggulangan penyakit;
· penyusunan dan pembagian terstruktur mengenai anutan pelaksanaan aktivitas pencegahan, surveilans epidemiologi, pemberantasan penyakit, penanggulangan penyakit, penanggulangan wabah dan kejadian luar biasa;
· pelaksanaan aktivitas pencegahan dan penanggulangan penyakit yang belum sanggup dilaksanakan di tingkat puskesmas ;
· pelaksanaan penyelidikan epidemologi, penanggulangan wabah dan kejadian luar biasa lintas kecamatan yang belum sanggup dilaksanakan di tingkat puskesmas ;
· pelaksanaan pengamanan kesehatan matra antara lain kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, kesehatan cacat mental dan fisik (berkebutuhan khusus), kesehatan olahraga, pencegahan dan penanggulangan bencana, keselamatan dan kesehatan kerja ;
· pelaksanaan surveilans penyakit menular dan tidak menular ;
· pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyakit yang berpotensi menimbulkan wabah ;
· pelaksanaan surveilans vektor dan binatang mediator menular penyakit ;
· pengawasan dan pengendalian penerapan kebijakan anutan standar dan pengaturan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit ;
· pelaksanaan koordinasi lintas aktivitas dan lintas sektor guna mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit serta pengembangan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan;
· pembinaan institusi pemerintah maupun swasta dalam bidang administrasi dan teknis pelayanan kesehatan; dan
· pelaksanaan tugas-tugas lain yang di berikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
Uraian Tugas :
s3ki Imunisasi dan Surveilans Epidemiologi, mempunyai tugas;
· menyusun planning operasional dalam lingkup s3ki Imunisasi dan Surveilans Epidemiologi;
· menyiapkan materi perumusan kebijakan imunisasi dan surveilans epidemiologi;
· menjabarkan pedoman; menciptakan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) operasional Imunisasi dan surveilans epidemiologi;
· mengembangkan model operasional kegiatan imunisasi dan surveilans epidemiologi ;
· membantu melaksanakan kegiatan penyelidikan epidemiologi terhadap penyakit tidak menular ;
· melakukan penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa (KLB) ;
· mengawasi mutu vaksin dan sarana cold chain serta logistik lainnya ;
· mengembangkan teladan kegiatan pencegahan dan surveilans epidemiologi terhadap penyakit yang sanggup dicegah dengan imunisasi ;
· melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang pencegahan dan penanggulangan Penyakit sesuai dengan tugasnya.
s3ki Penanggulangan Penyakit, mempunyai tugas;
· menyusun planning operasional dalam lingkup s3ki Penanggulangan Penyakit ;
· menyiapkan materi perumusan kebijakan Penanggulangan Penyakit ;
· menjabarkan pedoman, menciptakan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) operasional penanggulangan penyakit ;
· menyiapkan materi kegiatan pembinaan, bimbingan dan pengendalian penyakit menular pribadi ;
· melakukan pengamatan dan pemetaan khusus penyakit menular pribadi ;
· melakukan monitoring dan penilaian kegiatan pemberantasan penyakit menular pribadi
· mengembangkan model operasional kegiatan pemberantasan penyakit dan penanggulangan penyakit yang bersumber binatang ;
· melakukan kegiatan pengamatan dan pengendalian vektor dan binatang penularan penyakit ;
· melakukan monitoring dan penilaian kegiatan pemberantasan penyakit menular bersumber binatang ;
· melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit sesuai dengan tugasnya
s3ki Kesehatan Matra dan Bencana, mempunyai tugas;
· menyusun planning operasional dalam lingkup s3ki Kesehatan Matra dan Bencana ;
· menyiapkan materi perumusan kebijakan Kesehatan Matra dan Bencana ;
· menjabarkan pedoman, menciptakan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis) operasional Kesehatan Matra dan Bencana ;
· menyiapkan materi kegiatan pembinaan, bimbingan dan pengendalian Kesehatan Matra dan Bencana ;
· melakukan monitoring dan penilaian kegiatan Kesehatan Matra dan Bencana ;
· mengembangkan model operasional kegiatan Kesehatan Matra dan Bencana ;
· mengkoordinasikan upaya kesehatan umum, gigi dan spesialistik, penyakit degeneratif, penyakit akhir rudapaksa dan kecelakan, pelayanan kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, serta penanggulangan tragedi / petaka dibidang kesehatan ;
· menyiapkan materi pengaturan pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, penanggulangan bencana, / petaka dibidang kesehatan ;
· menyiapkan materi pembinaan, bimbingan, pengendalian upaya pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, penanggulangan tragedi / petaka dibidang kesehatan ;
· melakukan monitoring dan penilaian pelaksanaan pelayanan rawat jalan, rawat inap, pelayanan kesehatan haji, kesehatan transmigrasi, penanggulangan bencana/musibah dibidang kesehatan ;
· melakukan pembinaan, pengawasan, pengendalian institusi kesehatan pemerintah maupun swasta dalam bidang administrasi dan teknis pelayanan kesehatan ; dan
· melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan penyakit sesuai dengan tugasnya.
D. PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR
Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dilaksanakan secara terpadu melalui Puskesmas dan referensi serta upaya lainnya. Prioritas utama ditujukan pada penyakit-penyakit yang antara lain mempunyai ciri-ciri: (a) angka kesakitan dan atau angka tamat hayat tinggi, (b) sanggup menimbulkan wabah, (c) menyerang bayi, anak dan penduduk golongan usia produktif, terutama di antara penduduk tempat pedesaan dan penduduk berpenghasilan rendah di perkotaan, (d) untuk pemberantasannya tersedia metode dan teknologi yang efektif, (e) termasuk dalam ikatan perjanjian internasional, ibarat International Health Regulation (IHR), atau disebutkan dalam Undang-undang Wabah dan Karantina.
Sebagai kelanjutan dan peningkatan upaya pemberantasan penyakit menular pada tahun-tahun sebelumnya, dalam Repelita IV prioritas utama masih ditujukan pada pencegahan dan pemberantasan penyakit diare, malaria, TB-Paru, demam berdarah, schistosomiasis serta surveilans epidemiologi.
1) Penyakit Malaria
Pemberantasan penyakit malaria dititikberatkan pada perjuangan untuk menurunkan jumlah penderita dan menanggulangi wabah yang terjadi. Usaha tersebut dilaksanakan terutama di daerah-daerah rawan, khususnya tempat di luar pulau Jawa dan Bali, dengan diprioritaskan tempat transmigrasi dan pemukiman baru. Selain itu proteksi bagi penduduk yang telah "kebal" terhadap penyakit malaria dan atau yang berpindah tempat tinggal dari pulau Jawa dan Bali tetap ditingkatkan.
Kegiatan pemberantasan dan pencegahan meliputi penyemprotan rumah, pengumpulan sediaan darah, dan pengobatan penderita di tempat endemis.
Selama Repelita IV kegiatan penyemprotan rumah telah dilakukan secara sedikit demi sedikit di 7,8 juta rumah sedangkan pengumpulan dan investigasi darah meliputi sebanyak 31,1 juta sediaan. Dalam tahun 1988/89 penyemprotan dilakukan di 534,5 ribu rumah sedangkan pengumpulan dan investigasi darah telah menghasilkan lebih dari 3,35 juta sediaan (Tabel XVIII-5).
2) Penyakit Diare dan atau Kholera
Penyakit diare dan atau kholera (muntaber) merupakan penyakit endemis dan merupakan wabah yang banyak menimbulkan kematian. Oleh alasannya itu upaya pemberantasannya masih tetap ditujukan untuk sejauh mungkin mencegah tamat hayat penderita‑ nya. Dalam perjuangan itu telah ditingkatkan upaya inovasi dan pengobatan penderita sedini mungkin. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan terdepan telah ditingkatkan dan dilengkapi dengan peralatan semoga sanggup berfungsi sebagai sentra rehidrasi dalam mengatasi kasus-kasus muntaber. Selain itu penyebaran garam oralit (larutan gula-garam) dan penyuluhan kesehatan ditingkatkan melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) dan Posyandu yang telah menyebar secara merata di desa-desa.
Selama Repelita IV telah ditemukan dan diobati sebanyak 13,2 juta penderita diare dan atau kholera, termasuk 2,5 juta penderita pada tahun 1988/89. Selain itu pada tahun 1988/89 sebanyak 4.336 Puskesmas telah melaksanakan Program Pengem-bangan Pemberantasan Penyakit Diare (P4D).
3) Penyakit Demam Berdarah (Arbovirosis)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit demam berdarah selama Repelita IV telah ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan perihal kebersihan lingkungan dan pembasmian sarang-sarang nyamuk pembawa penyakit demam berdarah. Upaya itu dilaksanakan dengan mengikutsertakan kiprah aktif masyarakat.
Pemberantasan jentik nyamuk dengan memakai racun serangga abate dibatasi di tempat rawan atau tempat wabah dan pelaksanaannya menurun dari tahun ke tahun. Selama Repelita IV penyemprotan dengan abate dilakukan di lebih dari 2,7 juta rumah. Dalam dua tahun terakhir Repelita IV tidak dilakukan aplikasi abate; dalam tahun-tahun itu lebih diutamakan kegiatan penyuluhan perihal kebersihan lingkungan dan peningkatan kiprah serta masyarakat dalam pembasmian sarang-sarang nyamuk pembawa penyakit demam berdarah.
4) Penyakit Tuberculosa Paru
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit TB Paru se-lama Repelita IV tetap ditingkatkan dan dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan vaksinasi BCG pada anak-anak. Jumlah cakupan anak yang divaksinasi selama Repelita IV telah melebihi 15,3 juta anak, termasuk 2,7 juta anak yang vaksinasinya dilaksanakan pada tahun 1988/89 (Tabel XVIII-5). Sementara itu investigasi bakteriologi dan pengobatan dilakukan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) dan Rumah Sakit. Upaya proteksi pengobatan makin diutamakan bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Dalam Repelita IV juga telah dilaksanakan investigasi bakteriologi yang mencakup lebih dari 766 ribu orang dan proteksi pengobatan kepada 73,5 ribu orang.
5) Penyakit Kaki Gajah dan Demak Keong
Pencegahan dan pemberantasan penyakit Kaki Gajah (Fila-riasis) dan demam keong (Schistosomiasis) pelaksanaannya diutamakan di daerah-daerah yang tergolong sangat rawan terhadap penyakit tersebut. Kegiatan pemberantasan filariasis, seperti survai darah dan pengobatan masal, semakin menurun, bahkan khususnya pada tahun 1987/88 dan 1988/89 tidak dilaksanakan. Dengan demikian survai darah yang dilakukan selama Repelita IV telah meliputi lebih dari 487 ribu sediaan, sedangkan pengobatan masal yang dilakukan selama itu menjangkau lebih dari 576 ribu orang.
Pemberantasan penyakit demam keong terutama dilakukan di tempat fokus, ibarat danau Lindu di Sulawesi Tengah, melalui pelaksanaan survai dan investigasi tinja. Di samping itu diupayakan pencegahan terhadap penyebarannya ke tempat-tempat lain di luar Sulawesi Tengah. Survai tinja yang dilaksanakan selama Repelita IV telah meliputi sekitar 285,7 ribu sediaan dan selama itu telah diberikan pengobatan selektif kepada 28,3 ribu orang penderita. Di samping itu telah dilakukan pemberantasan keong di 332 lokasi.
6) Imunisasi
Upaya pemberantasan penyakit menular terutama yang sanggup dicegah dengan imunisasi, dilaksanakan melalui peningkatan aktivitas proteksi kekebalan (imunisasi) kepada bayi, anak dan ibu hamil. Berbagai jenis vaksinasi telah ditingkatkan pelaksanaannya untuk mencegah timbulnya penyakit menular, ibarat dipteri, batuk rejan, tetanus dan tetanus neonatorum, polio, campak dan TB-Paru.
Cakupan vaksinasi (BCG, TFT/TT, DPT, Polio, DT dan Campak) telah meningkat dari tahun ke tahun ibarat terlihat dari jumlah anak dan ibu hamil yang divaksinasi yang ditunjukkan di Tabel XVIII-5. Selama Repelita IV jumlah anak dan ibu hamil yang telah divaksinasi mencapai lebih dari 77,9 juta, termasuk 15,2 juta yang vaksinasinya dilaksanakan pada tahun 1988/89 (Tabel XVIII-5).
Melalui Posyandu semenjak awal Repelita IV peningkatan cakupan imunisasi dilaksanakan dengan memadukan pelayanan imunisasi dengan upaya-upaya perbaikan gizi, penanggulangan diare, kesehatan ibu dan anak dan keluarga berencana. Pelayanan terpadu ini telah memperlihatkan dampak nyata terhadap penurunan angka tamat hayat bayi dari 90,3 per seribu kelahiran hidup pada awal Repelita IV menjadi 58 per seribu kelahiran hidup pada tahun terakhir Repelita IV.
7) Penyakit Kusta
Upaya pemberantasan penyakit kusta dilaksanakan melalui banyak sekali kegiatan. Oleh lantaran penyakit kusta merupakan penyakit menahun, maka di beberapa tempat tertentu dengan angka kesakitan tinggi antara lain dilakukan investigasi terhadap orang yang mempunyai kekerabatan bersahabat atau kontak pribadi dengan penderita kusta dalam waktu lama, investigasi anak Sekolah Dasar, dan pengobatan dan penilaian teratur terhadap penderita. Selain itu dilakukan pengobatan jalan serta pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit Kusta. Jumlah kontak dan anak sekolah yang diperiksa selama Repelita IV masing-masing sekitar 1,2 juta kontak dan 10,4 juta anak sekolah. Dalam tahun 1988/89 upaya pemberantasan penyakit kusta merupakan kelanjutan dari tahun-tahun sebelumnya.
8) Penyakit Gila Anjing (Rabies) dan Pes
Upaya pemberantasan penyakit rabies dalam Repelita IV tetap dilaksanakan dan ditingkatkan melalui pengumpulan dan investigasi sediaan tersangka rabies dan juga pengobatan bagi orang yang digigit oleh binatang tersangka rabies. Untuk pemeriksaan atas sediaan tersangka rabies selama Repelita IV telah dikumpulkan sekitar 4.507 sediaan, sedangkan pengobatan bagi penderita yang digigit binatang tersangka rabies meliputi sekitar 41,3 ribu orang.
Dalam Repelita IV upaya pengamatan (surveilans) terhadap penyakit pes terus ditingkatkan, terutama lantaran masih adanya kuman pes yang ditemukan pada tikus di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Pengumpulan sediaan telah menghasilkan sebanyak 1.041 sediaan dan pengobatan penderita tersangka pes telah diberikan kepada sebanyak 579 orang. Dalam tahun 1988/89 pengumpulan sediaan menghasilkan sebanyak 544 sediaan dan pengobatan penderita tersangka pea telah diberikan kepada sebanyak 129 orang.
9) Penyakit Cacing Tambang dan Parasit-parasit lainnya
Upaya pemberantasan penyakit ini dilakukan melalui kegiatan investigasi tinja dan darah serta pengobatan masal. Selama Repelita IV telah dilakukan investigasi atas tinja dan darah dari 45,4 ribu orang serta diberikan pengobatan masal kepada 499,1 ribu orang. Khusus pada tahun 1988/89 telah dilanjutkan kegiatan-kegiatan pemberantasan penyakit dengan lebih banyak melibatkan kiprah serta aktif dari masyarakat.
10) Penyakit Anthrax
Upaya pemberantasan penyakit Anthrax selama Repelita IV antara lain telah dilaksanakan melalui pengumpulan sebanyak 819 sediaan dan pengobatan bagi sebanyak 617 orang penderita. Dalam tahun 1988/89 upaya pemberantasan di daerah-daerah endemis dengan cara tersebut dilanjutkan.
11) Penyakit Kelamin
Pemberantasan penyakit kelamin dalam Repelita IV telah dilakukan melalui investigasi STS (Serological Test for Si-philis) atas sekitar 423 ribu orang, investigasi GO atas sekitar 157,7 ribu orang, dan proteksi pengobatan secara teratur kepada 147,9 ribu orang Wanita Tuna Susila. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 1988/89 investigasi darah tetap dilaksanakan.
12) Penyakit Frambusia
Dalam rangka pemberantasan penyakit frambusia telah dilaksanakan investigasi penduduk dan pengobatan penderita. Da-lam Repelita IV telah diperiksa sebanyak 8,9 juta orang, serta proteksi pengobatan kepada 243,4 ribu orang penderita. Dengan makin digalakkannya investigasi dan pengobatan atas para penderita frambusia selama Repelita IV, maka jumlah penderita cenderung terus menurun.
13) Karantina dan Kesehatan Pelabuhan
Upaya kesehatan pelabuhan dilakukan melalui kegiatan karantina; titik berat diberikan pada pengembangan kesehatan lingkungan dan pengamatan penyakit di pelabuhan. Selain itu pengembangan karantina kesehatan juga diarahkan semoga sesuai dengan pengembangan pelabuhan dan teknologi di bidang perhubungan serta memenuhi persyaratan "International Health Regulation (IHR)". Selama Repelita IV telah dilaksanakan pemberantasan vektor yang meliputi wilayah seluas 3.222 ha, termasuk pemberantasan yang dilaksanakan di wilayah seluas 500 ha pada tahun 1988/89.
Dalam rangka isolasi penderita penyakit menular, telah dilaksanakan pelatihan perawatan penderita penyakit menular di Rumah-rumah Sakit. Untuk tujuan itu dalam Repelita IV telah dibina sebanyak 87 RS.
BAB III
KESIMPULAN
P2M, Pemberantasan Penyakit Menular. Merupakan salah satu aktivitas pokok puskesmas yang sudah dicanangkan oleh pemerintah dalam wujud pencegahan dan penanggulangan penyakit abses menular di Indonesia.
Dalam aktivitas P2M, mempunyai tupoksi baik mulai perencanaan, pencegahan dan penanggulangannya.