Friday, August 11, 2017

√ Laporan Pendahuluan Vaksin


LAPORAN PENDAHULUAN VAKSIN

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia ketika ini memiliki beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Salah satu taktik pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2010” ialah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya aktivitas pembangunan harus memiliki bantuan positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan sikap sehat. Sebagai contoh pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memperlihatkan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu dan berkesinambungan.
Di negara berkembang penyebab ajal terbesar ialah penyakit abses dan menular. Penyebaran penyakit abses dan menular tidak mengenal batas wilayah manajemen sehingga menyulitkan pemberantasannya.  Salah satu perjuangan pencegahan terhadap timbulnya penyakit abses dan menular ialah dengan melakukan imunisasi.
Imunisasi merupakan upaya kesehatan untuk mencegah pelbagai penyakit abses yang berbahaya dengan cara yang aman, efektif dan relatif murah. Dari segi ekonomi, pencegahan dengan pemberian  imunisasi ialah suatu cara proteksi terhadap abses yang paling efektif dan jauh lebih murah daripada mengobati. tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu tempat atau negara ke negara lain sanggup dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif.
World Bank menyatakan imunisasi harus menjadi investasi pertama aktivitas kesehatan masyarakat bagi pemerintah di seluruh dunia alasannya ialah merupakan intervensi kesehatan yang paling menguntungkan dari segi biaya. Dan perlu ditekankan bahwa derma imunisasi tidak hanya memperlihatkan pencegahan terhadap orang yang diimunisasi, tetapi akan memperlihatkan dampak yang jauh lebih luas alasannya ialah akan mencegah terjadinya penularan yang luas dengan adanya peningkatan imunitas secara umum di masyarakat.
Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar semenjak tahun 1974. Mulai tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta hepatitis B. Dengan upaya imunisasi pula, kita sudah sanggup menekan penyakit polio dan semenjak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus polio liar di Indonesia. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio di dunia dengan Program Eradikasi Polio (ERAPO).
Penyakit lain yang sudah sanggup ditekan sehingga perlu ditingkatkan programnya ialah tetanus maternal dan neonatal serta campak. Untuk tetanus telah dikembangkan upaya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (MNTE) sedang terhadap campak dikembangkan upaya Reduksi Campak (RECAM). ERAPO, MNTE dan RECAM juga merupakan janji global yang wajib diikuti oleh semua Negara di dunia. Disamping itu, dunia juga menaruh perhatian terhadap mutu pelayanan dan  menetapkan standar derma suntikan yang kondusif (safe injection practices) yang dikaitkan dengan pengelolaan limbah tajam yang kondusif (save waste disposal management), bagi akseptor suntikan, kondusif bagi petugas serta tidak mencemari lingkungan.
Walaupun  PD3I  sudah sanggup ditekan, cakupan imunisasi harus dipertahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat proteksi yang tinggi dan merata sanggup menjadikan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu, upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi biar setiap peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB sanggup terdeteksi dan segera diatasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi, termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara pemerintah sentra dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini, kekawatiran akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penyakit-penyakit menular gres kian meningkat.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa aktivitas imunisasi kedalam penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung dengan kemajuan yang pesat dalam bidang inovasi vaksin gres (Rotavirus, Japanese encephalitis, dan lain-lain). Beberapa jenis vaksin sanggup digabung sebagai vaksin kombinasi yang terbukti sanggup meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.
Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkatkan untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang tinggi sehingga sanggup menetapkan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi sanggup semakin efektif dan efisien dengan cita-cita sanggup memperlihatkan sumbangan yang faktual bagi kesejahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.
Faktor pendukung aktivitas imunisasi ialah pengertian yang baik dari pihak orang tua, dan kerjasama dengan petugas kesehatan. Keadaan yang ideal ialah apabila setiap orangtua memahami bahwa imunisasi bukan sebuah kewajiban atau keharusan namun merupakan hak mutlak setiap anak dan kebutuhan bagi keluarga demi kesehatan bayi dan anaknya. Dengan demikian maka orangtua tidak harus selalu dipesan atau diminta tiba untuk derma imunisasi anaknya, namun akan tiba meskipun tanpa diminta. Orangtua juga sanggup merencanakan dengan dokter jadwal imunisasi yang sesuai dengan keadaan keluarganya, contohnya banyak orangtua yang keduanya bekerja lebih suka kalau imunisasi anaknya dilakukan pada final minggu.Masih ada orangtua yang tidak mau membawa anaknya untuk imunisasi, dan kalau ditanya biasanya mereka tidak sanggup menyebutkan alasannya dengan jelas. Sebagian menolak derma imunisasi campak, antara lain atas saran nenek atau kakek, yang beropini bahwa anak lebih baik terkena penyakit camapk, alasannya ialah kalau tidak maka penyakit campak itu ‘akan masuk’ atau menjadi penyakit paru. Ini ialah pendapat yang keliru.




Sumber http://macrofag.blogspot.com