Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
MAKALAH
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,Karen berkat rahmat-Nya kami sanggup menuntaskan penyusunan makalah ini tepat pada waktunya. Terlantun solawat serta salam buat untuk imam besar kita semua Nabi Muhammad SAW.
Adapun makalah yang berjudul Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ( PKPR ) membahas tentang salah satu kegiatan puskesmas yang melayani semua remaja dalam bentuk konseling dan aneka macam hal yang berafiliasi dengan kesehatan remaja. Makalah ini dibentuk untuk menambah wawasan dalam ilmu kesehatan masyarakat.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi maupun redaksinya. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun supaya sanggup menyusun makalah yang lebih baik dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat untuk menawarkan kontribusi bagi kita dalam memajukan ilmu keperawatan.
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Usia anak remaja merupakan masa yang rawan, bukan belum dewasa lagi dan juga bukan orang dewasa, dan mereka masih mencari jati diri. Masa inilah yang perlu juga menjadi perhatian kita. Sebagai salah satu wujud kepedulian pemerintah pada remaja dimana remaja pada masa mendatang yang akan menjadi generasi penerus bangsa pemerintah melalui departemen kesehatan menggalakan kegiatan PKPR ( Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja ).
Sejak tahun 2003, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR). yang ditujukan dan sanggup dijangkau remaja, menyenangkan, mendapatkan remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dan dijalankan di puskesmas.
Pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) dilayani di Puskesmas PKPR (Puskesmas yang menerapkan PKPR). Di Puskesmas PKPR, tersedia tenaga kesehatan yang peduli dan siap melayani semua kelompok usia remaja. Disini remaja dilayani dengan sikap menyenangkan, dihargai dan diterima dengan tangan terbuka.
Kegiatan PKPR diantaranya penyuluhan, pelayanan klinis maupun konseling oleh pelaksana program, serta melatih konselor sebaya. Konselor sebaya yang dimaksud ialah kader kesehatan remaja yang telah diberi pelengkap training interpersonal relationship dan konseling.
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas. Jumlah Puskesmas PKPR dari 26 provinsi yang melaporkan hingga dengan bulan Desember 2008 sebanyak 1611 puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih PKPR sebanyak 2256 orang.
II. TUJUAN
1. Memahami pengertian PKPR
2. Memahami tujuan PKPR
3. Memahami target PKPR
4. Memahami karakteristik PKPR
5. Memahami Strategi pelaksanan dan pengembangan PKPR
6. Memahami langkah – langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR
7. Memahami jenis kegiatan PKPR
8. Mampu untuk menjadi Konselor PKPR.
BAB II
PROGRAM KESEHATAN PEDULI REMAJA
Remaja berada dalam masa transisi/peralihan dari masa kanak-kanak untuk menjadi dewasa. Secara fisik, remaja sanggup dikatakan sudah matang tetapi secara psikis/kejiwaan belum matang. Beberapa sifat remaja yang mengakibatkan tingginya resiko antara lain: rasa keingintahuan yang besar tetapi kurang mempertimbangkan akhir dan suka mencoba hal-hal gres untuk mencari jati diri.
Bila tidak diberikan informasi/pelayanan remaja yang tepat dan benar, maka sikap remaja sering mengarah kepada sikap yang beresiko, seperti: penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya), sikap yang mengakibatkan gampang terkena bisul HIV/AIDS, Infeksi menular secual (IMS), problem gizi (anemia/kurang darah, kurang energi kronik (KEK), obesitas/kegemukan) dan sikap secual yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan sanggup dijangkau remaja, menyenangkan, mendapatkan remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
I. PEGERTIAN
PKPR ialah Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan sanggup dijangkau oleh remaja, menyenangkan, mendapatkan remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan,peka aka kebutuhan terkait dengan kesehatannya serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan remaja.
PKPR ialah pelayanan kesehatan pada remaja yang mengakses semua golongan remaja, sanggup diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien.
Disini remaja tidak perlu ragu dan khawatir untuk curhat/konseling, mendapatkan gosip yang benar dan tepat untuk aneka macam hal yang perlu diketahui remaja.
II. TUJUAN
Ø Meningkatkan penyediaan pelayanan kesehatan remaja yang berkualitas.
Ø Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam pencegahan problem kesehatan khusus remaja,
Ø Meningkatkan keterlibatan remaja dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian pelayanan kesehatan remaja.
Ø Menambah wawasan dan sahabat melalui kegiatan-kegiatan penyuluhan, obrolan interaktif, Focus Group Discussion (FGD), seminar, jambore, dll
Ø Konseling/curhat problem kesehatan dan aneka macam problem remaja lainnya (dan kerahasiaannya dijamin)
Ø Remaja sanggup menjadi peer counselor/kader kesehatan remaja supaya sanggup ikut membantu sahabat yang sedang punya masalah
III. SASARAN
Semua remaja dimana saja berada baik di sekolah atau di luar sekolah ibarat karang taruna, remaja mesjid/gereja/vihara/pura, pondok pesantren, asrama, dan kelompok remaja lainnya.
A. Batasan remaja
Remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi anatara masa kanak – kanak dan dewasa.. Menurut WHO, remaja ialah anak yang berusia antara 10-19 tahun. Terdiri dari :
1. Masa remaja awal yaitu 10 – 14 tahun.
2. Masa remaja pertengahan yaitu 14 – 17 tahun.
3. Masa remaja selesai yaitu 17 – 19 tahun.
Sedangkan berdasarkan Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007) remaja ialah pria dan wanita yang belum kawin dengan batasan usia mencakup 15-24 tahun.
B. Citra diri seorang remaja
Tiap orang mempunyai pandangan wacana apa, siapa dan bagaimana dirinya sendiri. Ketiga hal tersebut menyatu sehingga setiap orang mempunyai gambaran tentag dirinya sendiri disebut gambaran diri.
Pada usia remaja gambaran diri yang terbentuk selama masa kanak – kanak tidak cocok lagi dengan masa remaja dikarenakan remaja mengalami perubahan jasmaniah yang cepat dan mendadak. Citra diri pada masa remaja merupakan hal yang sangat besar lengan berkuasa terhadap sikap dan sikap remaja.
C. Perkembangan remaja
1. Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik remaja mempunyai 3 ciri khas:
ü Adanya dorongan tumbuh yang kuat.
ü Adanya pertumbuhan dan perkembangan kelenjar hormon sec
ü Meningkatnya fungsi aneka macam organ tubuh sehingga menghasilkan kekuatan fisik yang besar.
2. Perkembangan psikososial ( kejiwaan )
a. Perkembangan psikososial remaja awal
ü Cemas terhadap penampilan tubuh atau fisik
ü Perubahan hormonal
ü Menyatakan kebebasan dan merasa seorang individu, tidak hanya sebagai seorang anggota keluarga
ü Perilaku memberontak dan melawan
ü Kawan menjadi lebih penting
ü Perasaan mempunyai sahabat sebaya.
b. Perkembangan psikososial remaja pertengahan
ü Lebih bisa berkompromi
ü Belajar berfikir secara independen dan menciptakan keputusan sendiri
ü Terus menerus bereksperimen untuk mendapatkan gambaran diri yang dirasakan nyaman
ü Merasa perlu mengumpu;kan pengalaman baru, mengujinya walaupun beresiko
ü Tidak lagi terfokus pada diri sendiri
ü Membangun norma dan menyebarkan moralitas
ü Mulai membutuhkan lebih banyak teman
ü Mulai membina hubungan dengan lawan jenis
ü Intelektual lebih berkembang dan ingin tahu wacana banyak hal
ü Berkembang kemampuan intrlrktual khusus
ü Mengembangkan minat yang besar dalam bidang seni dan olah raga
ü Senang berpetualang dan ingin bepergian sevara mandiri
c. Perkembangan psikososial remaja akhir
ü Ideal
ü Terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga
ü Harus berguru untuk mencapai kemandirian dalam bidang finansial dan emosional
ü Lebih bisa menciptakan hubungan yang stabil dengan lawan jenis
ü Merasa sebagai orang remaja yang esetara dengan anggota keluarga lain
ü Hampir siap untuk menjadi orang remaja yang mandiri
D. Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja
1. Lingkungan keluarga
Ø Pola asuh keluarga
Ø Kondisi keluarga
Ø Pendidikan budpekerti dalam keluarga
Dalam mendidik orang renta harus bersikap konsisten, terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah tegas dan sanggup memberi rasa aman.
2. Lingkungan sekolah
Ø Suasana sekolah
Kedisiplinan, kebiasaan belajar, pengendalian diri
Ø Bimbingan guru
3. Lingkungan sahabat sebaya
4. Lingkungan masyarakat
Ø Sosial budaya
Ø Media masa
IV. KARAKTERISTIK PKPR
Karakteristik PKPR merujuk WHO ( 2003) memerlukan :
1. Kebijakan yang peduli remaja
Kebijakan peduli remaja bertujuan untuk :
Ø Memenuhi hak remaja
Ø Tidak membatasi pelayanan sebab kecacatan, etnik, usia dan status
Ø Memberikan perhatian pada keadilan dan kesetaraan gender.
Ø Menjamin privasi dan kerahasiaan.
Ø Mempromosikan kemandirian remaja
Ø Menjamin biaya yang terjangkau / gratis.
2. Prosedur pelayanan yang peduli remaja
Ø Pendaptaran dan pengambilan kartu yang gampang dan dijamin kerahasiaanya.
Ø Waktu tunggu yang pendek
Ø Dapat berkunjung sewaktu waktu dengan atau tanpa perjanjian.
3. Petugas khusus yang peduli remaja
Petugas yang melayani PKPR di Puskesmas PKPR bisa seorang dokter, bidan atau perawat yang sudah terlatih. Mereka akan melayani dengan sabar, ramah, siap menampung segala permasalahan remaja serta siap berdiskusi (memberikan konseling).
Petugas khusus yang peduli remaja harus memenuhi kriteria:
Ø Mempunyai perhatian dan peduli, baik budi, penuh pengertian, bersahabat, mempunyai kompetensi teknis dalam menawarkan pelayanan khusus kepada remaja, mempunyai ketrampilan komunikasi interpersonal dan konseling.
Ø Mempunyai motivasi untuk menolong dan bekerjasama dengan remaja.
Ø Tidak menghakimi, tidak bersikap dan berkomentar tidak menyenangkan atau merendahkan.
Ø Dapat dipercaya dan sanggup menjaga kerahasiaan.
Ø Mampu dan mau mengorbankan waktu sesuai kebutuhan.
Ø Dapat/mudah ditemui pada kunjungan ulang.
Ø Menunjukkan sikap menghargai kepada semua remaja dan tidak membeda-bedakan.
Ø Mau menawarkan gosip dan dukungan yang cukup hingga remaja sanggup tetapkan pilihan yang tepat untuk mengatasi maalahnya atau memenuhi kebutuhannya.
4. Petugas pendukung yang peduli remaja
Ø Menunjukan sikap menghargai dan tidak membedakan.
Ø Mempunyai kompetensi sesuai dengan bidangnya.
Ø Mempunyai motivasi untuk menolong dan menawarkan dukungan pada remaja.
5. Fasilitas kesehatan yang peduli remaja
Ø Lingkungan yang kondusif berarti bebas dari bahaya dan tekanan sehingga menjadikan rasa damai dan remaja tidak segan berkunjung kembali.
Ø Lokasi pelayanan yang nyaman dan gampang dicapai.
Ø Fasilitas yang baik menjamin privasi dan kerahasiaan.
Ø Jam kerja yang nyaman menyesuaikan dengan waktu luang remaja
Ø Tidak ada stigma contohnya kedatangan remaja ke puskesmas semula dianggap niscaya mempunyai problem secual atau penyalahgunaan NAPZA.
6. Partisifasi atau keterlibatan keluarga
Ø Remaja menerima gosip yang terang wacana adanya pelayanan, cara mendapatkan pelayanan, kemudia memanfaatkan dan mendukung pelaksanaannya.
Ø Remaja perlu dilibatkan secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian pelayanan.
7. Keterlibatan masyarakat
Perlu dilakukan obrolan dengan masyarakat wacana PKPR sehingga masyarakat :
Ø Mengetahui keberadaan PKPR dan menghargai nilainya.
Ø Mendukung kegiatannya dan membantu meningkatkan mutumpelayanannya.
8. Berbasis masyarakat, menjangkau ke luar gedung,serta mengupayakan pelayanan sebaya.
Ø Pelayanan sebaya ialah KIE untuk konseling remaja dan rujukannya oleh sahabat sebayanya yang terlatih menjadi pendidik sebaya ( peer aducator ) dan konselor sebaya ( peer counselor )
9. Pelayanan harus sesuai dan komprehensif
Ø Meliputi kebutuhan tumbuh kembang, dan kesehatan fisik , psikologis dan social.
Ø Menyediakan paket komprehensif dan acuan ke pelayanan terkait remaja lainya.
Ø Menyederhanakan proses pelayanan dan menghilangkan mekanisme yang tidak penting.
10. Pelayanan yang efektif
Ø Dipandu oleh fatwa dan mekanisme tetap penatalaksanaan yang sudah teruji.
Ø Memiliki sarana dan prasarana yang cukup untuk melaksanakan pelayanan.
Ø Mempunyai system jaminan mutu untuk pelayanannya.
11. Pelayanan yang efisien
§ Mempunyai system gosip administrasi termasuk gosip wacana biaya dan mempunyai system supaya gosip itu sanggup dimanfaatkan.
V. STRATEGI PELAKSANAAN DAN PENGEMBANGAN PKPR
1. Penggalangan kemitraan dengan membangun kerjasama atau jejaring kerja.
Penggalangan kemitraan didahului dengan advokasi kebijakan public sehingga PKPR di puskesmas sanggup pula di promosikan oleh pihak lain, selanjutnya dikenal dan di dukung oleh masyarakat.
2. Pemenuhan sarana dan prasarana dilaksanakan secara bertahap.
3. Penyertaan remaja secara aktif
Dengan di keterlibatan remaja gosip pelayanan sanggup cepat meluas.
4. Penentuan biaya pelayanan serendah mungkin bahkan jika mungkin gratis.
5. Dilaksanakannya kegiatan minimal.
Pemberian KIE, pelaksanaan konseling serta pelayanan klinis medis termasuk laboratorium dan rujukan, dilaksanakan semenjak awal dan bersamaan.
6. Ketepatan penentuan prioritas sasaran.
Sasaran ini contohnya remaja sekolah, remaja jalanan, karang taruna, buruh pabrik, PSK remaja dan sebagainya.
7. Ketepatan pengembangan jenis kegiatan
Perluasan kegiatan PKPR ditentukan sesuai dengan problem dan kebutuhan setempat serta sesuai dengan kemampuan puskesmas.
8. Pelembagaan monitoring dan penilaian internal.
Monitoring dan penilaian secara periodic yang dilakukan oleh tim jaminan mutu puskesmas merupakan pecahan dari upaya peningkatan kanal dan kualitas PKPR.
VI. LANGKAH – LANGKAH PEMBENTUKAN DAN PELAKSANAAN PKPR
1. Identifikasi masalah
a. Gambaran remaja di wilayah kerja
§ Jumlah remaja, pendidikan , pekerjaan
§ Perilaku beresiko: sec pranikah, rokok, tawuran dan kekerasan
§ Masalah kesehatan: kehamilan remaja, gizi, HIV / AIDS, penyalahgunaan NAPZA.
b. Identifikasi pandangan remaja wacana sikap dan tata nilai berafiliasi dengan prilaku beresiko, problem kesehatan yang ingin diketahui dan pelayanan yang dikehendaki.
c. Jenis upaya kesehatan remaja yang ada
d. Identifikasi kebuttuhan sarana dan prasarana termasuk buku – buku pedoman.
Metode kajian dengan mengambil data sekunder dari aneka macam sumber, pemerintah dan swasta, dan wawancara dengan target pribadi atau tidak pribadi ( orang tua, guru, pengurus asrama, dll ).
2. Advokasi kebijakan public
Kebijakan public ialah pernyataan kebijakan dari penguasa dengan tujuan mengarahkan dan mengendalikan institusi, masyarakat atau individu. Dengan advokasi diharapkan menerima dukungan sehingga sanggup mempercepat keberhasilan pembentukan dan pelaksanaan PKPR. Contoh :
§ Dukungan pemerintah kawasan dan pengadaan dana untuk pelaksanaan PKPR antara lain pengadaan poster, pengadaan ruang konseling, biaya rujuakan, kegiatan dirumah singgah dan lain – lain.
§ Penggalian potensi masyarakat dan pendanaan
§ Pembentukan jejaring khusus melalui kiprah politis unttuk memperkuat system acuan berupa :
ü Rujukan social antara lain penyaluran training keterampilan remaja pasca rehabilitasi NAPZA atau mempersiapkan remaja pra nikah.
ü Rujukan medis bagi remaja yang membutuhkan
ü Rujukan pranata hokum dibutuhkan untuk kasus tindakan kekerasan.
3. Persiapan pelaksanaan PKPR di puskesmas
§ Sosialisasi internal
§ Penunjukan petugas
§ Pembentukan tim
Timterdiri dari dokter, para medis ( bidan dan perawat ), petugas UKS, petugas penyuluhan, petugas gizi dan petugas lain yang dibutuhkan.
§ Pelatihan formal petugas PKPR
§ Penentuan jenis kegiatan, pelayanan, serta sasaran
Selain kegiatan KIE, konseling dan pelayanan klinis medis sanggup pula dilakukan ekspansi kegiatan ibarat :
ü Penyediaan pelayanan hot line di puskesmas
ü Penanganan anak jalanan di wilayah puskesmas
ü Revitalisasi pembinaan dan pelaksanaan UKS di sekolah lanjutan
§ Pemenuhan sarana dan prasarana
Pemenuhan sarana dan prasarana selain menawarkan kenyamanan, menjaga privasi, serta menjamin kerahasiaan juga memudahkan untuk pemberi layanan.
§ Penentuan mekanisme pelayanan
Penentuan biaya layanan, jam buka, penentuan desain, proses pemberian dan penyimpanan kartu, register dan catatan ( status ) medis / konseling, penentuan alur pelayanan.
4. Sosialisasi eksternal
Dapat dilakukan dalam setiap kesempatan dan waktu baik forum resmi maupun tidak resmi, ditempat remaja berada, melalui leaflet, selebara, atau ceramah.. Perlibatan pers sanggup mempercepat sosialosasi.
5. Pelaksanaan PKPR
Pelaksanaan PKPR penting segera dilaksanakan meskipun sarana dan prasarana belum lengkap.
VII. ALUR DAN LANGKAH PELAKSANAAN PKPR
Klien tiba ( kiriman atau sendiri ) daftar melalui loket pribadi diregister di rung konseling.
anamnesa
§ Identitas
§ Apa yang sudah diketahui
ü Tentang KRR
Perubahan fisik dan fsikis, problem yang mungkin timbul dan cara menghadapinya.
ü Tentang prilaku hidup sehat pada remaja
Pemeliharaan kesehatan( gizi, personal hygiene), hal – hal yang perlu dihindari ( napza, sec bebas ), pergaulan sehat antara laki – laki dan perempuan.
ü Tentang persiapan berkeluarga
Kehamilan, KB, HIV / AIDS
Pemeriksaan fisik
§ Tanda tanda anemi, KEK
§ Tanda – tanda kekerasan terhadap perempuan.
Pelayanan konseling
Bila tidak perlu pelayanan medis klien dipulangkan , konseling lanjutan bila perlu.
Bila perlu pelayanan medis:
§ Pemeriksaan bisul saluran reproduksi
§ Kehamilan, perkosaan
§ Pasca keguguran, kontrasepsi
§ konseling lanjutan bila perlu
VIII. JENIS KEGIATAN DALAM PKPR
1. Pemberian gosip dan edukasi
§ Dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung secara perorangan atau kelompok
§ Dilaksanakan oleh guru, pendidik sebaya yang terlatih mengunakan materi dari puskesmas
§ Menggunakan metode ceramah Tanya jawab, FGS ( focus group discussion ), diskusi interaktif yang dilengkapi dengan alat bantu media cetak atau elektronik.
§ Menggunakan bahasa yang sesuai denga target dan gampang di mengerti.
2. Pelayanan klinis medis termasuk investigasi penunjang dan rujukan
3. Konseling
a. Pengertian
Ø Konseling ialah Suatu hubungan saling membantu antara dua orang: konselor dan klien (dalam situasi saling tatap muka) memutuskan bekerja sama dalam upaya membantu klien menolong dirinya sendiri untuk;
- Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya
- Lebih sanggup mengerti dirinya
- Lebih sanggup menyesuaikan dirinya
- Menyelesaikan masalah2 tertentu dalam hidupnya
- Lebih sanggup mengerti dirinya
- Lebih sanggup menyesuaikan dirinya
Ø Konseling ialah suatu proses pemberian santunan yang dilakukan seseorang kepada orang lain dalam menciptakan suatu keputusan atau memecahkan perasaan yang terlibat didalamnya dengan didasari saling menghormati dan saling menghargai.
b. Ciri – ciri konseling
Ø Interaksi dinamis yang bersifat pribadi dan timbal balik
Ø Menghargai kemampuan dan potensi yang ada pada klien
Ø Berorientasi pada pemecahan masalah, mendorong perubahan prilaku dan pemenuhan kebutuhan klien
Ø Bersifat pribadi namun profesional
c. Tujuan konseling
Ø Memberikan keterampilan, pengetahuan dan jangkauan kepada aneka macam sumber daya
Ø Membantu klien menanggapi masalah2 dalam kehidupan klien
d. Proses konseling
Ø Sebaiknya jangan hanya diberikan sekali, bekerjsama merupakan proses jangka panjang
Ø Konseling sanggup diberikan secara individual,maupun kelompok
Ø Memakai pendekatan humanistik, yaitu individu mempunyai kebebasan untuk menentukan / menentukan yang dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri
e. 6 langkah kunci konseling
1. Great ( berikan salam )
2. Ask ( tanyakan )
3. Tell ( berikan gosip )
4. Help ( bantu )
5. Explaining ( jelaskan )
6. Return ( kunjungan )
f. Sifat – sifat yang dibutuhkan dari konselor
1. Menerima
2. Terbuka
3. Memiliki minat dan kesanggupan untuk membantu orang lain
4. Sabar dan adil, emosi stabil, damai dan simpatik
5. Supel, ramah, menyenangkan , perhatian terhadap orang lain
6. Memiliki keberanian menghadapi masalah
7. Memahami batas – batas lkemampuan yang ada pada dirinya
8. Mampu mengenal dan memahami klien
4. Pendidikan keterampilan hidup sehat ( PKHS )
PKHS merupakan kemampuan psikologis seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi problem dalam kehidupan sehari – hari secara efektif.
PKHS sanggup diberikan secara berkelompok dimana saja disekolah, puskesmas, rumah singgah, sanggar, dll.
Kompetensi psikososial ( PKHS ) mempunyai 10 aspek yaitu :
a. Pengambilan keputusan
b. Pemecahan masalah
c. Berfikir kreatif
d. Berfikir kritis
e. Komunikasi efektif
f. Hubungan interpersonal
g. Kesadaran diri
h. Empati
i. Mengendalikan emosi
j. Mengatasi stress
PKHS sanggup dilaksanakan dalam bentuk bermain peran, drama, diskusi, dll.
5. Pelatihan pendidik dan konselor sebaya
Keuntungan melatih remaja menjadi kader kesehatan remaja ( pendidik sebaya ) yaitu pendidik sebaya akan berperan sebagai biro perubah sebayanya untuk berprilaku sehat, sebagai biro promotor keberadaan PKPR, dan sebagai kelompok yang siap membantu dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian PKPR. Pendidik sebaya sanggup diberikan training pelengkap untuk memperdalam keterampilan interpersonal relationship dan konseling sehingga sanggup berperan sebagai konselor remaja.
6. Pelayanan rujukan
Rujukan kasus ke pelayanan medis yang lebih tinggi, acuan social, dan acuan pranatta hukum.
IX. MONITORING DAN EVALUASI
Melalui monitoring petugas akan dibantu menemukan problem secara dini sehingga koreksi yang akan dilakukan tidak akan memerlukan waktu yang banyak dan mempercepat tercapainya PKPR yang berkualitas. Tahapan melaksanakan monitoring ialah :
1) Memutuskan gosip apa yang akan dikumpulkan
2) Mengumpulkan data dan menganalisanya
3) Memberikan umpan balik hasil monitoring.
Standar dan indicator terpilih yang dibutuhkan untuk mengevaluasi kualitas dan kanal PKPR:
1) Kualitas
§ Kompetensi petugas
§ Sarana institusi
§ Kepuasan klien
§ Kelengkapan jaringan pelyanan rujukan
2) Akses
§ Jumlah pelaksanaan KIE dan konseling kasus usang dan kasus baru, jumlah kunjungan klien, didalam gedung dan di luar gedung.
§ Prakuensi petugas puskesmas berperan sebagai narasumber atau fasilitator kegiatan remaja.
§ Jumlah kader ( pendidik / konselor ) sebaya yang dilatih puskesmas
§ Jumlah acuan masuk dari masyarakat
BAB III
PENUTUP
Sejak tahun 2003, model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan sanggup dijangkau remaja, menyenangkan, mendapatkan remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan dan selera remaja, diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas, termasuk Poskestren, menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, ibarat kelompok anak jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lain-lain, dilaksanakan oleh petugas puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat.
Jenis kegiatan PKPR mencakup penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk investigasi penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), peltihan pendidik sebaya (yang diberi training menjadi kader kesehatan remaja) dan konselor sebaya (pendidik sebaya yang diberi pelengkap training interpersonal relationship dan konseling), serta pelayanan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
Tim pembina UKS Propinsi Jawa Barat, 2007, Pedoman pelaksanaan UKS untuk guru di jawa barat.
Anthony Yeo, konseling suatu pendekatan pemecahan masalah, 1995
Depkes RI, direktorat kesga, materi training pelayanan kesehatan peduli remaja, 2003
Depkes RI dan Kesejahteraan Sosial, Direktorat Promosi Kesehatan, Konseling kesehatan dalam pemberdayaan keluarga Panduaan training konseling bagi petugas kota / kabupaten, 2001
Humris W. Edith, Sp Kj, RSCM, Konseling Kesehatan remaja, 2004