Saturday, August 5, 2017

√ Motivasi Menjadi Guru

MOTIVASI MENJADI GURU




PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan nasional ialah “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Oleh lantaran itu semoga pendidikan sanggup terwujud diharapkan tenaga pendidikan yang berlatar belakang mengerti akan profesi keguruan. Menjadi guru ialah menghayati profesi. Apa yang membedakan sebuah profesi, dengan pekerjaan lain ialah bahwa untuk hingga pada profesi itu seseorang berproses lewat belajar.“Profesi merupakan pekerjaan, sanggup juga berwujud sebagai jabatan dalam suatu birokrasi, yang menuntut keahlian tertentu serta mempunyai adat khusus untuk jabatan itu serta pelayanan baku terhadap masyarakat profesi, forum pendidikan hanya akan diisi orang-orang yang berangasan memuaskan kepentingan diri dan kelompok. Guru yang professional ialah guru yang melaksanakan pekerjaan yang sudah dikuasai atau telah dibandingkan baik secara konsepsional secara teknik atau latihan.
Anda akan bertanya-tanya apakah menjadi guru merupakan pilihan karir yang sempurna untuk diri anda dan apakah anda akan memasuki profesi yang menyampaikan kesempatan untuk tumbuh menjadi pribadi yang profesional. Bahkan kalau tujuan anda mengajar dalam jangka waktu yang lama, anda mungkin akan bertanya-tanya ihwal kesulitan apa yang mungkin akan anda hadapi di lapangan nantinya. Apakah keinginan anda untuk menjadi seorang guru cukup kuat untuk bertahan pada tantangan yang mungkin akan anda hadapi ? Apa yang sanggup anda harapkan untuk menghadapi jadwal persiapan anda, dan apa yang akan anda hadapi kedepannya ketika anda menjadi seorang guru ? Pada Bab ini ( dan bab-bab berikutnya ) akan membahas topik seperti; motivasi untuk menjadi seorang guru, pembekalan dan tuntutan guru, skala gajih, persiapan karir, dan upaya untuk meningkatkan tenaga pengajar dan untuk menyampaikan guru lebih banyak kemampuan untuk mengambil keputusan.

B.  Rumusan Masalah
Fokus pertanyaan yang merupakan permasalahan pada belahan ini ialah :
1.    Apa yang biasanya menjadi motivasi untuk menjadi seorang guru, dan bagaimana alasan tersebut menurut anda ?
2.    Berapa honor dan tunjangan apa yang didapatkan oleh guru ?
3.    Bagaimana persiapan menjadi guru ? bagaimana mereka disertifikasi ?
4.    Apa kecenderungan dikala ini dalam pendidikan guru ?
5.    Apakah guru menemukan kepuasan dan ketidakpuasan mengenai pekerjaan mereka?
6.    Apa saja perkembangan dikala ini yang ada dalam kualitas tenaga kerja guru dan kondisi pengajarannya?

C.  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut:
1.    Untuk mengetahui motivasi serta alasan untuk menjadi seorang guru.
2.    Untuk mengetahui honor dan tunjangan guru.
3.    Untuk mengetahui persiapan serta sertifikasi guru.
4.    Untuk mengetahui kecenderungan dalam pendidikan guru.
5.    Untuk mengetahui kepuasan dan ketidakpuasan mengenai pekerjaan para guru.
6.    Untuk mengetahui perkembangan yang ada dalam kualitas tenaga kerja guru dan kondisi pengajarannya.
















BAB I
POKOK BAHASAN
Motivasi, Persiapan dan Persyaratan Menjadi Guru

A.  MEMILIH KARIR SEBAGAI GURU
Jalan menjadi guru dimulai ketika anda menentukan mengajar sebagai karir. Pada belahan ini kita akan meninjau beberapa motivasi untuk menentukan karir mengajar dan tantangan yang menyertai pilihan ini. Kami juga akan menyelidiki kekhawatiran bahwa terlalu sedikit siswa yang berkuliah untuk menjadi seorang guru.
Motivasi untuk menentukan menjadi guru
Banyak sekali motif seseorang menentukan karir mengajar. Seringkali alasan itu muncul lantaran latar belakang pendidikannya. Mungkin motivasi anda termasuk pada beberapa alasan ibarat (1)cinta anak-anak, (2) keinginan untuk memberi pengetahuan, (3)minat dan senang menjadi guru, (4) keinginan untuk menyampaikan pelayanan bagi masyarakat. Mungkin anda berharap jaminan keamanan kerja ibarat mendapatkan pensiun, dan relatif gampang dalam mempersiapkan pengajaran dibandingkan dengan training yang dibutuhkan oleh profesi lainnya.
Ada satu studi yang dilakukan untuk mengetahui beberapa motiv / alasan seseorang menentukan karirnya menjadi seorang pengajar atau guru. Diambil sampel yang respresentatif dari 76 sekolah dan perguruan tinggi, hasilnya ialah 90% dari responden menyatakan alasannya ialah “ membantu belum dewasa tumbuh dan belajar, alasan tertinggi berikutnya yaitu 63% meyatakan “ sepertinya menjadi bidang yang menantang”, 54% “ kondisi kerja”, 53% “terinspirasi oleh guru favoritnya”, 52% “rasa panggilan dan kehormatan mengajar”. Alasan-alasan ini juga dikutip dalam beberapa studi terbaru lainnya.
Tantangan Mengajar Semua Siswa
Ketika menentukan karir menjadi seorang guru anda akan menghadapi beberapa kesulitan ketika dalam proses mencar ilmu mengajar.  Kesulitan yang dihadapi ibarat mengajar siswa yang tinggal dalam keadaan sulit, siswa yang belum bisa berbahasa inggris, dan siswa yang berasal dari banyak sekali ras / etnis yang mungkin gres anda temui. Kesulitan lainnya ialah ketika anda sudah mempersiapkan materi bimbing dengan baik, tetapi ketika di lapangan masih ada beberapa siswa yang kesulitan memahami materi yang anda ajarkan dan anda harus sanggup membantunya untuk meningkatkan pemahamannya. Meskipun banyak kesulitan yang akan anda hadapi , anda diharapkan sanggup membantu memastikan semua kemampuan siswa sesuai standar nasional.
Keanekaragaman Tenaga Pendidik : Tumbuh Kekhawatiran
Meskipun populasi sekolah US semakin beragam,  tidak demikian dengan tenaga pengajar. Misalnya, orang Afrika Amerika, Asia Amerika dan murid-murid di Amerika hampir 40 % ialah populasi dari siswa sekolah umum, tetapi proporsi guru bagi ras minoritas di SD dan Sekolah Menengah Pertama diperkirakan 15 % atau kurang. Di kabupaten/ kota besar terdapat jumlah siswa minoritas sekitar 90% pendaftar tetapi tidak diimbangi dengan tenaga pengajar yang sesuai. Saat ini hanya ada 10 % guru untuk ras Afrika Amerika, guru Asia Amerika pun mengalami kekurangan  dan ini merupakan duduk masalah yang sangat penting lantaran hampir 5 % dari siswa Asia Amerika harus mengikuti wajib mencar ilmu 12 tahun.
Meningkatkan keragaman tenaga pengajar untuk lebih mencerminkan populasi siswa merupakan tujuan yang penting. Guru dari etnis tertentu akan lebih baik menghadapi etnis yang sama lantaran mereka mempunyai pemahaman yang lebih baik dalam menghadapi dalam gaya mencar ilmu siswanya. Pejabat dari American Association of Colleges for Teacher Education ( AACTE) telah mengajukan legalisasi untuk beberapa jadwal gres dalam upaya meningkatkan jumlah guru minoritas : meningkatkan derma keuangan untuk calon guru minoritas, meningkatkan perekrutan  kandidat minoritas, dan memulai jadwal praperguruan tinggi untuk menarik siswa minoritas.

B.  PERSEDIAAN/KEBUTUHAN DAN GAJI GURU
Anda akan menemukan pekerjaan sebagai guru? Berapa banyak uang yang akan anda peroleh? Kedua pertanyaan itu saling berkaitan, mengutip prinsip ekonomi penawaran dan permintaan. Ketika persediaan guru melebihi permintaan, honor cenderung menurun. Sebaliknya, usul tinggi dan ketersediaan rendah cenderung untuk meningkatkan gaji. Seperti yang dibahas dalam belahan ihwal profesi pengajar. Penawaran dan usul juga mensugesti status sosial dan gengsi yang diberikan pada suatu pekerjaan tertentu.


Kesempatan Kerja
Pada tahun 1960 dan 70-an, angka kelahiran menghasilkan surplus guru. Mahasiswa dan jago pendidikan mengakui kelebihan ketersediaan guru yang cukup besar. Pendaftaran di pendidikan jadwal guru mengalami penurunan. Persentasi mahasiswa perguruan tinggi yang tertarik menjadi seorang guru menurun dari 23 % pada tahun 1968 menjadi 5 % di tahun 1982. Sejak itu tren telah terbalik. Persentasi mahasiswa yang tertarik dalam dunia mengajar mengalami peningkatan hamper 100 % selama tahun 1980 –an dan 1990-an dan tetap relative tinggi semenjak dikala itu. Selain itu kini banyak perguruan tinggi yang berpartisipasi dalam persiapan guru, dan resesi ekonomi sepertinya akan mendorong lebih bayak orang untuk mengajukan permohonan untuk masuk dalam jadwal persiapan untuk mengajar. Analis memprediksi banyak calon-calon di tahun mendatang, tetapi juga banyak pekerjaan mengajar. Beberapa juta guru gres akan dibutuhkan dalam dekade selanjutnya, berikut alasannya :
1.   Ketika perang dunia ke II generasi baby boom dimulai. Sebagian anak mengikuti wajib mencar ilmu 12 tahun. Selain itu banyak keluarga imigran yang telah memasuki Inggris dalam beberapa tahun terakhir. Akibatnya registrasi sekolah meningkat.
2.   Tenaga pengajar dikala ini akan mencapai usia pensiun
3.   Reformasi pendidikan sedang berusaha untuk mengurangi ukuran kelas, mengembangkan pendidikan prasekolah, menempatkan aksentuasi lebih besar pada ilmu pengetahuan dan matematika, dan memperkenalkan perubahan lain yang memerlukan lebih banyak guru
4.   Standar yang lebih tinggi untuk menjadi seorang guru yang membatasi permintaan
5.   Menyewa sekolah gres di beberapa lokasi
6.   Memperkerjakan guru secara berkelanjutan
Pendidikan lainnya, kekurangan guru tersebar luas terutama di kabupaten kota besar dan bidang-bidang khusus  ibarat matematika dan ilmu pengetahuan. Banyak kabupaten telah melaporkan kekurangan guru yang potensial. Peningkatan registrasi mahasiswa gres diharapkan sanggup menutupi kekurangan guru tersebut, selain itu peningkatan honor juga diharapkan sanggup membawa manta guru untuk kembali ke sekolah dan menarik orang-orang yang dilatih sebagai guru.
Mengingat argument dari duduk masalah ini, sulit untuk menentukan apakah kekurangan guru besar dan masih akan meluas di dekade berikutnya. Namun, kekurangan guru niscaya akan terus ada , terurama kebutuhan di bidang khusus ibarat pendidikan bagi siswa penyandang cacat, perbaikan pendidikan, pendidika dua bahasa, ilmu pengetahuan dan matematika, dan bahasa asing. Selain itu, ketersediaan guru di desa dan kota-kota pinggiran juga masih kekurangan.
Kesempatan di Sekolah Swasta. Kita sanggup menemukan banyak kesempatan kerja di sekolah swasta lantaran sekolah swasta biasanya lebih banyak memperkerjakan guru yang mengkhususkan dirinya dalam bidang-bidang ibarat ilmu pengetahuan, matematika, computer, mendidik anak cacat, dan pendidikan dua bahasa. Terlepas dari apakah kekurangan guru data tahun kedepannya semakin besar, calon guru yang berakal akan mengambil langkah-langkah tertentu untuk meningkatkan kesempatan mereka untuk lebih bermanfaat.
Skala Gaji dan Tren
Secara tradisional guru telah mendapatkan honor yang relative rendah. Pada tahun 1963, contohnya rata-rata honor guru dalam dolar dikala ini ialah kurang dari $36,000. Pada tahun 2005, angka ini telah meningkat menjadi lebih dari $52,000. Hari ini guru di sekolah kabupaten maju / kaya mendapatkan $80,000 hingga $ 100.000. selain itu guru mempunyai kesempatan untuk menambah penghasilan mereka dengan mengawasi beberapa acara ekstrakulikuler di sekolah. Selain itu guru yang maju ke bidang manajemen mendapatkan honor tahunan lebih dari $ 100.000. perlu diingat bahwa guru yang bekerja di sekolah negeri mendapatkan laba lain, yaitu berupa pensiun atau asuransi kesehatan yang sangat baik dibanding dengan pekerjaan  lainnya.
Bayaran / honor seorang guru berbeda dalam suatu Negara. Gambar 1.1 mengambarkan banyak sekali variasi gaji. Gaji di tiga Negara (Connecticut, California, dan New Jersey) jauh lebih tinggi daripada tiga Negara ini ( Montana, Dakota Utara, dan Dakota Selatan ) tentu saja kita harus memperhitungkan biaya hidup sebagai perbandinganya. Biaya hidup di New York jauh lebih mahal daripada biaya hidup di Negara dataran utara.
Variasi terbesar dalam honor berafiliasi dengan lamanya mengajar dan pendidikannya. Guru yang lebih berpengalaman dan berpendidikan akan mendapatkan honor yang lebih daripada mereka yang pengalaman mengajarnya masih baru. Meskipun guru di atas mendapatkan honor yang menarik, tetap saja masih cenderung rendah dibanding dengan pekerjaan di beberapa bidang lainnya. Menyadari duduk masalah ini, para politikus dan jago pendidikan  telah bekerja keras untuk meningkatkan honor guru dalam rangka untuk mempertahankan staff guru yang berkualitas. Gambar 1.2 mengambarkan hasil upaya tersebut.

C.  PERSIAPAN PENGAJAR
Pada masa penjajahan AS dan juga awal masa 19, siapapun yang ingin menjadi guru biasanya memperoleh persetujuan dari menteri lokal atau dewan pengawas yang terkait dengan keagamaan. Sebuah perguruan tinggi diploma tidak dianggap perlu. Jika anda bisa membaca, menulis dan mengeja juga mempunyai karakter moral yang baik anda bisa mengajar di sekolah. Tahun 1820-an seseorang yang ingin menjadi guru mulai memasuki sekolah, meskipun tidak membutuhkan sertifikat resmi. Akhirnya sekolah-sekolah pada umumnya menjadi perguruan tinggi dan sebagian besar kini menjadi perguruan tinggi atau universitas yang tersertifikasi.  Sekarang semua guru harus mempunyai sertifikasi mengajar kecuali sertifikasi alternatif atau sementara, dan di semua negara kini ini kalau ingin menjadi guru harus mempunyai gelar sarjana atau sedang berkuliah untuk memasuki dunia mengajar.
Sertifikasi
Calon guru yang ingin mengajar di AS harus disertifikasi oleh negara terlebih dahulu di bidang studi yang mereka pilih atau pada tingkatan kelas tertentu. Pada dikala itu kebanyakan negara menyampaikan sertifikasi berdasarkan dokumentasi kandidat yang mempunyai kesesuaian profesional dan karakter moral yang baik. Namun terjadi ketidak puasan masyarakat yang menimbulkan terjadinya perubahan. Dalam dekade terakhir sertifikasi dikeluarkan untuk seumur hidup. Saat ini, beberapa negara hanya memberlakukan sertifikasi tiga hingga lima tahun dan harus dilakukan pembaharuan sertifikasi sesuai dengan hasil evaluasi.
Variasi dalam persyaratan sertifikasi. Persyaratan sertifikasi bervariasi di setiap negara. Variasi ini menentukan seberapa baik persiapan yang dilakukan untuk menjadi seorang guru yang sebenarnya. Jam mengajar dalam satu semester salah satu persyaratan, sekitar 30 – 35 jam mengajar yang diharapkan sebagai pesyaratan bagi guru seni dan ilmu pengetahuan. Jumlah jam mengajar diadaptasi dengan negara masing-masing.
Timbal balik dari sertifikasi guru. Perbedaan persyaratan sertifikasi antar negara secara umum menghambat pergerakan guru di seluruh negara. Misalnya kalau anda sudah disertifikasi di New York untuk mengajar anda mustahil memenuhi persyaratan mengajar di Illinois. Sebuah organisasi yang bersangkutan mengkritik kurangnya timbal balik sertifikasi guru. Banyak pendidik beropini bahwa pelonggaran gerakan antar guru akan membantu (1) keseimbangan antara ketersediaan dan permintaan, (2) meningkatkan kesempatan bagi guru, (3) mengurangi perkembangan dan sistem lokalisasi sekolah, dan (4) meningkatkan moral dikalangan guru. Dalam beberapa tahun terakhir, diadakan perjanjian regional. Beberapa negara telah menandatangani kontrak antar negara dimana mereka oke untuk mengeluarkan sertifikat sebanding atau lisensi kepada guru yang telah menuntaskan pendidikan di perguruan tinggi dan forum yang terakreditasi oleh daerah. Selain itu, banyak sekali organisasi sedang mengembangkan pendekatan nasional untuk meningkatkan mobilitas guru.
Sertifikasi Alternatif. Kebanyakan negara telah memperkenalkan sertifikasi alternative, sebagian untuk menarik calon yang lebih berkomptensi untuk mengajar dan sebagian merupakan reaksi dari kekurangan guru  atau antisipasi di bidang pengajaran ibarat ilmu pengetahuan dan matematika. Program ini membantu guru mengejar sertifikasi tanpa mengikuti jalur persiapan tradisional di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi pendidikan.
Program sertifikasi alternatif mempromosikan pengawasan intens dan mengkompersi jadwal kerja formal dari awal tahun mengajar. Seperti jadwal lainnya, jadwal ini pun membutuhkan acara pengembangan professional dan kursus mencar ilmu mengajar. Namun jadwal ini juga mempunyai kekurangan ibarat data pada beberapa jadwal sertifikasi alternative hanya sedikit mendapatkan pelatihan, banyak dari peserta sudah mengeluarkan biaya besar dan pada jadinya tidak menemukan pekerjaan mengajar sesudahnya, selain itu jadwal ini juga sanggup menempatkan beban pada sekolah di kabupaten.
Program sertifikasi alternative yang paling populer ialah upaya nasional disebut Teach For America (TFA). Dirancang untuk menarik lulusan gres dari puluhan perguruan tinggi yang berprestasi tinggi, TFA telah menghabiskan jutaan dolar untuk merekrut guru potensial melatih mereka secara intensif selama delapan minggu, dan menempatkan mereka di sekolah kabupaten dengan duduk masalah perkotaan yang parah, beberapa laporan awal menjanjikan. Sebagai pola dalam beberapa tahun lebih dari seperempat peserta mempunyai keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan. Puluhan ribu guru telah dilatih dan banyak yang masih mengajar atau mempunyai pekerjaan di sekolah kabupaten. Beberapa studi telah melaporkan hasil yang menjanjikan mengenai bantuan peserta TFA. Tapi penelitian lain mengambarkan banyak guru yang potensial ini justru putus asa oleh kondisi kesulitan sekolah dan / atau bahkan mengunduurkan diri sebellum menuntaskan kiprah mengajar mereka. Meskipun semakin popular jadwal sertifikasi alternative , sebagian besar guru mengikuti jadwal pendidikan guru yang lebih tradisional.
Guru diperkotaan. Pendekatan guru perkotaan terletak di suatu tempat antara rute tradisional untuk sertifikasi dan sertifikasi alternatif. Program ini sanggup membantu kabupaten mendapatkan guru gres yang bisa menghadapi situasi sulit. Selanjutnya jadwal ini sanggup membantu universitas atau perguruan tinggi memenuhi kewajiban mereka untuk mempersiapkan dan menempatkan guru yang luar biasa di sekolah perkotaan. Tiga negara yang pertama kali menerapkan jadwal ini ialah Boston, Chicago, dan Denver. Penelitian awal mengambarkan bahwa lulusan tampil ditingkat tinggi dan tingkat ingatan mengajar yang luar biasa kuat.
Kecenderungan dalam pra layanan pendidikan
Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan utama dalam pra layanan pendidikan guru telah mencantumkan: pengenalan kelima tahun dan jadwal lima tahun; penekanan meningkat dalam menghasilkan "reflektif" guru; meningkatnya penggunaan komputer dan teknologi lainnya; persyaratan bahwa guru masa depan mencar ilmu ihwal metode untuk mengajar siswa penyandang cacat dan populasi khusus lainnya; dan jadwal untuk mempersiapkan calon pengajar bagi budaya yang beragam dan hukum etnis yang kontemporer dari sekolah AS.
Kelima Tahun dan Program Lima Tahun. Selama tahun 1980, beberapa negara dan banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi pendidikan yang baik memperkenalkan jadwal lima tahun atau memperluas pendidikan guru sempurna lima tahun persiapan. Program lima tahun termasuk sedikit atau tidak ada komponen profesional-studi selama empat tahun di mana guru yang akan tiba mendapatkan gelar sarjana; persiapan profesional terkonsentrasi di tahun kelima. Sebaliknya, jadwal lima tahun mengembangkan persiapan profesional sempurna di tahun-tahun sarjana dan semakin fokus dalam pengalaman klinis dan pelatihan.
Pengajaran yang reflektif. Sesuai dengan tekanan gres dalam memajukan pemikiran siswa dan kemampuan pemahaman, banyak institusi menekankan pengajaran yang reflektif sebagai tema pusat dalam pendidikan guru. Guru yang reflektif sering mengamati dan berpikir ihwal hasil pengajaran mereka dan beradaptasi sesuai dengan metode mereka. Istilah yang terkait erat ibarat penyelidikan yang berorientasi pada pendidikan guru, jago pengambilan keputusan, dan golongan tertinggi refleksi diri juga menggambarkan konsep ini. Ratusan sekolah pendidikan telah direorganisasi jadwal mereka untuk mempersiapkan guru yang reflektif, tapi jadwal yang bermacam-macam dan memperlihatkan sedikit kesepakatan mengenai apakah pengajaran reflektif seharusnya berarti.
Penggunaan komputer dan teknologi. Kemungkinan besar, jadwal pendidikan guru menyampaikan beberapa training dan kanal ke laboratorium komputer. Survei nasional jadwal Perguruan Tinggi Pendidikan Guru memperlihatkan bahwa lebih dari 90 persen telah memutuskan komputer atau teknologi laboratorium. Laboratorium ini meliputi banyak sekali macam acara dan tujuan, ibarat orientasi guru masa depan dalam memakai komputer, memperkenalkan perangkat keras dan perangkat lunak yang dikembangkan untuk sekolah dasar dan menengah, dan memperkuat minat dan kemampuan dalam teknologi untuk desain pelajaran atau pengiriman. Banyak forum telah mulai menekankan penggunaan teknologi dan media elektronik untuk membantu guru memajukan pemikiran kritis siswa mereka, pembangunan sosial dan kemasyarakatan, dan buta aksara digital dan visual. Biasanya, salah satu tujuan dari aspek pendidikan guru ialah untuk mengurangi kemungkinan bahwa guru masa depan akan menjadi kewalahan ketika menghadapi siswa yang mengenal dan bahkan mahir terhadap teknologi terbaru.
Persyaratan Pengajaran untuk Siswa Penyandang Cacat. Banyak negara dan lembaga-lembaga training guru kini mengharuskan semua guru masa depan mendapatkan beberapa persiapan dalam bekerja dengan siswa yang mempunyai cacat yang signifikan. Sebagai guru, Anda akan mempunyai siswa berkebutuhan khusus di kelas Anda. Hukum menuntut bahwa siswa penyandang cacat diharus utamakan dalam kelas reguler sebanyak mungkin dan layak, dan tren yang berkembang ialah menuju inklusi penuh terhadap siswa cacat tidak peduli seberapa luas kebutuhan khusus mereka. (Lihat belahan ihwal Providing Equal Educational Opportunity untuk informasi ihwal pengarusutamaan, inklusi, dan topik yang terkait). Akibatnya, sebagian besar guru sanggup mengharapkan tanggung jawab tertentu untuk bekerja bersama siswa dengan kebutuhan khusus. Khususnya persyaratan training guru melibatkan berikut:
Bekerjasama, upaya antar cabang ilmu pengetahuan di mana kedua fakultas pendidikan tinggi dan pendidik bidang berpengetahuan membantu guru masa depan mencar ilmu pendekatan untuk bekerja dengan siswa penyandang cacat.
Persyaratan di beberapa negara bahwa semua guru masa depan melengkapi satu atau lebih jadwal pendidikan bagi siswa dengan kebutuhan khusus dan / atau bahwa ada belahan yang tergabung dalam jumlah besar terhadap materi pada mata pelajaran.
Persiapan pengajaran dalam Aturan yang Beragam. Meningkatkan registrasi diantara ras dan etnis minoritas siswa di sekolah AS yang mendorong jadwal untuk mempersiapkan guru masa depan dengan menambahkan komponen untuk membantu calon yang berfungsi secara sukses dalam hukum yang beragam. Upaya serupa dilakukan dalam pemberian izin guru. Sebagai contoh, Praxis III pendekatan penilaian kinerja guru, yang dikembangkan oleh Educational Testing Service (ETS), memutuskan bahwa calon untuk surat izin mengajar harus bisa memperlihatkan "pemahaman yang komprehensif" dari mengapa pentingnya menjadi dekat dengan siswa latar belakang pengetahuan dan pengalaman.

D.  CALON GURU: KEMAMPUAN DAN PENGUJIAN
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak pendiskusi telah berpusat pada peningkatan kualitas tenaga pendidikan, terutama pada peningkatan kemampuan calon guru dan pada pengujian kompetensi mereka untuk mengajar.
Kemampuan guru
Diskusi dari kualitas angkatan kerja mengajar sering fokus pada skor kemampuan berasal dari tes standar ibarat Scholastic Assessment Test (SAT) dan American College Test (ACT). Di antara guru yang berpotensial, skor tes tersebut menurun pada tahun 1970-an, ibarat yang mereka lakukan untuk mahasiswa jurusan bisnis dan banyak sekali mata pelajaran lainnya. Misalnya, antara tahun 1973 dan 1981, rata-rata SAT skor verbal mahasiswa yang berniat untuk mengajar turun dari 418 ke 397. Sejak tahun 1982, namun, nilai ujian mahasiswa yang menyampaikan bahwa mereka berniat untuk menjadi guru telah tidak mengecewakan meningkat dan umumnya ibarat dengan mahasiswa jurusan bisnis, psikologi, dan profesi kesehatan. Selain itu, beberapa peneliti terbaru menemukan bahwa skor tes rata-rata guru ialah tentang sama dengan orang remaja berpendidikan tinggi lainnya.
Pengujian Guru
Beberapa upaya untuk meningkatkan tenaga pengajar fokus pada keterampilan dasar pengujian guru dari pra layanan, guru baru, dan kadangkala guru yang berpengalaman. Menggambar pada argumen bahwa guru yang nilainya rendah dalam membaca, matematika, komunikasi, dan / atau pengetahuan profesional mungkin tidak efektif dalam mereka mengajar, banyak negara telah memperkenalkan persyaratan bahwa calon guru melewati beberapa bentuk tes keterampilan minimum dalam membaca dan bahasa, matematika, khususnya mata pelajaran daerah, dan / atau pengetahuan profesional. Lebih dari empat puluh negara kini memakai tes Praxis dikembangkan oleh Educational Testing Service untuk tujuan ini. Untuk menjadi seorang guru bersertifikat, Anda mungkin akan perlu melewati serangkaian ujian Praxis.
Pengujian calon guru dan dikala ini tetap menjadi topik yang kontroversial. Banyak pemimpin politik melihat pengujian sebagai salah satu dari beberapa langkah yang layak mereka sanggup ambil untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap tenaga pengajar.
Kontroversi mengenai pengujian calon guru menjadi nasional terkemuka di tahun 1998 setelah Massachusetts diberikan pertama kalinya tes di seluruh negara belahan untuk tujuan ini. Tiga puluh persen dari calon gagal dalam tes membaca dan menulis, dan 63 persen dari calon sertifikasi matematika gagal tes materi mata pelajaran di bidang mereka. Selanjutnya, anggota legislatif dan pendidik di Massachusetts dan di tempat lain memulai perdebatan yang sedang berlangsung dan argumen mengenai uji yang tepat-tingkat kinerja untuk yang masuk dan keluar jadwal persiapan guru dan untuk memperoleh dan mempertahankan sertifikat mengajar.




E.  KEPUASAN KERJA DAN KETIDAKPUASAN
Apakah orang-orang yang menjadi guru umumnya puas dengan pekerjaan mereka? kondisi kerja sangat mensugesti kepuasan, dan ibarat yang akan kita lihat di belahan ini, kondisi pekerjaan berubah dalam menanggapi banyaknya panggilan untuk reformasi pendidikan. Beberapa dari perubahan ini sepertinya cenderung meningkatkan kepuasan kerja guru.
Kepuasan Guru
Dalam penyelidikan pendapat yang dilakukan untuk Metropolitan Life Insurance Company, guru telah diminta, "Semua dalam semua, seberapa puas Anda akan menyampaikan bahwa Anda dengan mengajar sebagai karier?" Sebagian besar responden menjawab baik "sangat puas" atau "cukup puas." Sekitar setengah telah melaporkan bahwa mereka lebih antusias mengajar daripada ketika mereka memulai karir mereka. Selanjutnya, persentase guru yang merasa puas telah meningkat dari 40 persen pada tahun 1984 untuk 62 persen pada tahun 2008. Hasil serupa telah didokumentasikan dalam beberapa penyelidikan pendapat terbaru lainnya. Informasi lain ihwal kepuasan guru diberikan dalam belahan ihwal Profesi Mengajar.
Banyak yang guru lakukan, bagaimanapun, melaporkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan mereka. Peninjauan diseluruh bangsa memperlihatkan bahwa persentase yang signifikan percaya bahwa mereka mempunyai cukup waktu untuk siswa konseling, pelajaran perencanaan, dan fungsi bahan-bahan pelajaran lainnya. Keluhan lain yang termasuk ambiguitas dalam harapan pengawas; direktur tidak responsif; Fasilitas lama; kewajiban untuk berpartisipasi dalam pengembangan staf dianggap sebagai tidak relevan atau tidak efektif; honor yang tidak memadai; kurangnya persediaan dan peralatan; konsentrasi yang dipaksa pada pengajaran keterampilan tingkat rendah; dokumen yang luas dan pencatatan; dan pemasukan yang cukup pada keputusan organisasi. Dirasakan berlebihan pada arahan pejalan kaki serta tes tingkat rendah sebagai belahan dari respon ke No Child Left Behind undang-undang (lihat belahan ihwal Providing Equal Educational Opportunity dalam buku ini) telah menjadi aspek penting dari ketidakpuasan guru dalam beberapa tahun terakhir.


F.   MEREFORMASI SEKOLAH DENGAN MENINGKATKAN KUALIFIKASI GURU DAN FUNGSINYA
Seperti yang Anda lihat, sebagian besar guru termotivasi dari keinginan untuk bekerja dengan orang-orang muda dan memasuki bidang yang menantang dan terhormat. Kebanyakan puas dengan sebagian besar aspek pekerjaan mereka. Beberapa ketidakpuasan muncul, bagaimanapun, sebagian besar dengan banyak sekali pertimbangan pengajaran dan dengan tuntutan yang dikenakan oleh gerakan kontemporer untuk meningkatkan standar kinerja. Seperti yang akan kita lihat berikutnya, upaya nasional berada di bawah cara untuk mengatasi beberapa kondisi bahwa guru menemukan kesulitan dan untuk mereformasi sekolah dengan meningkatkan kualifikasi guru dan fungsinya.
Laporan Nasional
Di antara banyaknya panggilan untuk reformasi pendidikan selama dua dekade terakhir, yang paling banyak dikenal berasal dari serangkaian laporan nasional ihwal kondisi pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu upaya reformasi yang paling menonjol adalah pemerintah pusat yang bertindak No Child Left Behind. Ini dan yang lain upaya reformasi bahwa disini kita jelaskan telah berubah, dan akan terus berubah, kondisi kerja bagi guru dengan cara yang mendasar.
Sejak pertengahan 1980-an, banyak laporan telah difokuskan pada duduk masalah pendidikan di Amerika Serikat. Sebuah Bangsa dikala Mengambil Resiko (1983), yang paling dikenal dan paling kuat dari laporan nasional, disiapkan oleh Komisi Nasional terhadap Keunggulan dalam Pendidikan disponsori oleh Departemen Pendidikan AS. Dengan alasan bahwa Amerika Serikat ialah "berisiko" dalam arti bahwa "sekali keunggulan tak tertandingi dalam perdagangan, industri, jasa, dan penemuan teknologi sedang dikalahkan oleh pesaing di seluruh dunia," komisi menyimpulkan bahwa salah satu aspek utama dari penurunan telah “pasang naik terhadap mediokritas" di sekolah-sekolah.
The No Child Left Behind Act
Pada tahun 2001, acara perbaikan guru yang berkualitas menjadi belahan penting dari gerakan reformasi sekolah nasional dengan melalui tindak No Child Left Behind (NCLB). Kami akan membahas komponen utama dari NCLB berurusan dengan prestasi siswa di tempat lain, terutama di belahan ihwal Providing Equal Educational Opportunity. Di sini kita meninjau belahan utama yang berurusan dengan persyaratan bahwa guru di kabupaten sekolah yang mendapatkan dana dari pemerintah pusat harus "sangat berkualitas."
Di bawah NCLB, sebuah "guru yang sangat berkualitas" harus mempunyai (1) gelar sarjana, (2) sertifikasi negara penuh dan surat izin sebagaimana yang ditetapkan oleh negara, dan (3) "kompetensi yang ditunjukkan sebagaimana yang ditetapkan oleh negara dalam setiap mata pelajaran inti akademis yang ia atau ia ajarkan."
Perkembangan dengan korelasi pelaksanaan bagi guru NCLB tujuan yang berkualitas disertakan sebagai berikut.
■ Pemerintah pusat telah mendistribusikan jutaan dolar untuk acara ibarat merancang dan melaksanakan jadwal sertifikasi alternatif untuk guru dan administrator, membangun guru jadwal jasa-bayar, menyediakan pembayaran bonus untuk mengajar dalam mata pelajaran yang berkebutuhan tinggi dan sekolah-kemiskinan yang tinggi, pengujian guru dalam mata pelajaran mereka, dan membentuk derma Korps Guru untuk membantu negara-negara mengangkat kualitas dengan meningkatkan inisiatif mereka.
■ Pada tahun 2006 Menteri Pendidikan Margaret Spellings mengeluarkan Laporan Tahun Kelima mengenai Mutu Guru, di mana ia menyampaikan data ihwal upaya negara untuk mematuhi NCLB. Dia mengakui bahwa negara telah mendekati tapi belum bisa memenuhi tujuan untuk menyediakan guru yang berkualitas di setiap kelas, dan dari itu minimnya nilai dengan melewati tes untuk mendapatkan sertifikat guru di kebanyakan negara yang rendah.
Banyak kontroversi telah muncul mengenai kemajuan negara untuk memastikan guru yang berkualitas di semua kelas. Sebagai contoh, meskipun banyak negara telah melaporkan bahwa lebih dari 90 persen dari pelajaran yang telah diajarkan oleh guru yang berkualitas, beberapa peninjau telah menyebutkan banyak sekali data yang memperlihatkan bahwa banyak ilmu staf pengajar, matematika, dan mata pelajaran khusus lainnya bekerja "out-of-field, "atau mengajar di kawasan di mana mereka tidak memperlihatkan kompetensinya, terutama di sekolah-kemiskinan yang tinggi.



G. PANDANGAN BAGI PENGAJARAN
Sejak gerakan reformasi sekolah dari tahun 1980-an, mahasiswa jurusan pendidikan dihadapkan pada langganan pemasaran bagi guru, dan banyak mempertanyakan kebijaksanaan memasuki lapangan ternyata menurun pada honor dan harga diri masyarakat. Sejak itu, perhatian semakin berfokus pada pendidikan, dan telah ada gosip baik mengenai prospek guru. Pola kelebihan pasokan guru telah dikurangi, dan pemerintah di semua tingkatan bertindak untuk meningkatkan perekrutan guru dan persiapan, kondisi kerja, dan tanggung jawab secara profesional. Individu yang didedikasikan untuk membantu orang-orang muda pelajar dan perkembangan di sekolah harus mempunyai peluang yang cukup besar untuk mewujudkan ambisi mereka. Dalam tahun-tahun mendatang, profesi guru harus terus mengalami suatu suasana yang gres dan rasa yang lebih besar bahwa pekerjaan ialah sangat penting untuk masyarakat Amerika.



















BAB II
PEMBAHASAN
Motivasi untuk menjadi guru di Amerika dan Indonesia

Pada belahan pembahasan ini kami mencoba membandingkan isi buku dengan kondisi di Indonesia dikala ini. Diawali dengan mengajar dipilih sebagai karir oleh sebagian masyarakat Indonesia. Berdasarkan laporan terbaru Education Public Expenditure Review dari Bank Dunia (World Bank) di bawah pola pembiayaan pendidikan di Indonesia dikala ini, porsi anggaran yang cukup besar dialokasikan untuk membayar honor guru serta membiayai jadwal sertifikasi guru. Dengan fakta di atas, tak heran pula kalau kini ini profesi guru tidak lagi dipandang sebelah mata dan semakin diminati. Apakah semakin banyak, semakin diminati, dan semakin sejahtera berarti semakin baik? Tunggu dulu. Jawabannya tidaklah sesederhana itu. Kita memang tidak tinggal dalam dunia yang ideal. Seringkali apa yang kita damba jauh dari apa yang nyata. Namun, ada satu hal penting yang sanggup mendorong dan mensugesti segala tindakan yang dilakukan oleh manusia. Itulah yang kita sebut dengan motivasi. Motivasi memainkan kiprah penting dalam membangun integritas dan kapabilitas profesi seseorang. Hal ini juga terkait dengan keadaan dan kiprah para guru. Motivasi yang sempurna akan menjadikan seorang guru inspirator bagi murid-muridnya. Menurut Abraham Maslow dengan teori Heararkhi kebutuhan, ada lima hal atau lima lapisan yang menjadi dasar motivasi bagi setiap orang. Dasar motivasi tersebut juga sanggup menjadi dasar motivasi para guru yang mensugesti integeritas dalam profesinya.
·         Lapis pertama ialah motivasi fisiologis. Biasanya motivasi ini hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis ibarat makan, minum, istirahat, bersenang-senang. Guru yang berada pada lapis ini ialah guru yang hanya ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya saja. Ia hanya berharap menerima honor untuk makan dan minum. Ia hanya berharap sanggup bekerja dengan cukup santai.
·         Lapis kedua ialah motivasi rasa aman. Motivasi ini bertujuan untuk mendapatkan rasa kondusif baik secara fisik maupun secara emosional. Contoh guru yang masuk kedalam kategori ini ialah mereka yang hanya berharap menjadi PNS semoga menerima rasa kondusif di masa-masa selanjutnya dengan bergantung pada dana pensiun.
·         Lapis ketiga ialah motivasi sosial. Motivasi ini bertujuan untuk menerima penerimaan, status dan relasi. Tak sedikit orang yang menjadi guru hanya lantaran ingin menerima status dan relasi. Terdapat beberapa masalah dimana seseorang terpaksa menjadi guru, hanya lantaran gagal atau tidak diterima dalam bidang lain. Istilah yang sering diberikan untuk masalah ini ialah ‘terpeleset’, lantaran kondisi tersebut menciptakan orang jatuh terpeleset sehingga guru menjadi pilihan terakhir.
·         Lapis keempat ialah motivasi penghargaan. Motivasi ini bertujuan untuk mendapatkan penghargaan baik secara internal maupun eksternal. Bisa dibilang guru yang ada dilapis ini ialah guru yang penuh semangat dan kontribusinya dalam dunia pendidikan ialah nyata. Motivasi ini juga sedang bermekaran di Indonesia lantaran pemerintah sedang memberi pupuk stimulus yang disebut dengan sertifikasi. Kesejahteraan guru terus pun terus ditingkatkan melalui tunjangan sertifikasi
·          Lapis kelima ialah motivasi aktualisasi diri. Motivasi ini bertujuan untuk mengekspresikan diri dan menggali potensi. Guru pada lapis ini bisa dibilang akan menyampaikan segala yang terbaik dalam rangka mengambarkan dirinya. Baginya menjadi guru ialah harapan dan tujuan hidupnya. Ini ialah motivasi yang menciptakan guru menjadi tangguh dalam menghadapi segala rintangan ditengah arus zaman maupun sistem pendidikan yang cukup membingungkan.
(
Dikutip dari : Guru dengan 6 Motivasi. http://www.kompasiana.com/tiuruli_sitorus/guru-dengan-6-motivasi_552b7b6a6ea834c16a8b4584).
Motivasi / alasan yang dikutip dari kompasnia tersebut bantu-membantu hampir sama dengan motivasi yang ada di dalam buku, dan pada kenyataannya pun motivasi-motivasi tersebut ialah yang melatarbelakangi seseorang menentukan karir menjadi seorang guru. Lalu bagaimanakah guru masa kini harus sanggup menghadapi tantangan dalam mengajar, tantangan di zaman yang serba canggih ini seorang guru harus sanggup menyesuaikan dengan kondisi anak pada dikala ini. Apabila mencermati fenomena guru pada kini tentu terang berbeda dengan guru pada masa zaman penjajahan. Sebagai penjelasannya, guru pada masa kini atau guru masa 21 ditantang untuk melaksanakan akselerasi terhadap perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Pembelajaran di kelas dan pengelolaan kelas, pada masa ini harus diadaptasi dengan standar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut.
Menurut Susanto (2010), terdapat tujuh tantangan guru di masa 21, yaitu: (1) Teaching in multicultural society (mengajar di masyarakat yang mempunyai bermacam-macam budaya dengan kompetensi multibahasa); (2) Teaching for the construction of meaning (mengajar untuk mengonstruksi makna/konsep); (3) Teaching for active learning (mengajar untuk pembelajaran aktif); (4) Teaching and technology (mengajar dan teknologi); (5) Teaching with new view about abilities (mengajar dengan pandangan gres mengenai kemampuan; (6) Teaching and choice (mengajar dan pilihan), dan; (7) Teaching and accountability (mengajar dan akuntabilitas). Guru yang bisa menghadapi tantangan tersebut ialah guru yang profesional yang mempunyai kualifikasi akademik yang baik dan mempunyai kompetensi-kompetensi antara lain kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang berkualitas.
( Dikutip dari : Guru Profesional dan Tantangan Global. http://aceh.tribunnews.com/2016/11/24/guru-profesional-dan-tantangan-global).
Guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat sebagai tenaga pendidik. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 mendefinisikan bahwa profesional ialah pekerjaan atau acara yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta pendidikan profesi. Diharapkan guru sebagai tenaga profesional sanggup berfungsi meningkatkan martabat dan kiprah guru sebagai biro pendidikan dan pengajaran serta meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk meningkatkan martabat dan kiprah guru sebagai biro pembelajaran. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Sertifikasi ialah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru. Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan pemerintah. Pelaksanaan sertifikasi bagi guru dalam jabatan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007 Yo. Peraturan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 ihwal Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, yakni dilakukan dalam bentuk portofolio.
Akan tetapi dalam kenyataannya, dalam pelaksanaan sertifikasi guru terdapat banyak permasalahan mulai dari proses pendataan, pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG), hingga pembayaran tunjangan profesi. Permasalahan tersebut belum termasuk kritik ihwal belum adanya perubahan dan peningkatan kualitas guru dalam proses acara mencar ilmu mengajar di kelas.
Di beberapa negara, sertifikasi guru telah diberlakukan secara ketat, contohnya di Amerika Serikat, Inggris dan Australia. Sementara itu, di Denmark gres mulai dirintis dengan sungguh-sungguh semenjak 2003. Di samping itu, ada beberapa negara yang tidak melaksanakan sertifikasi guru, tetapi melaksanakan kendali mutu dengan mengontrol secara ketat terhadap proses pendidikan dan kelulusan di forum penghasil guru, contohnya di Korea Selatan dan Singapura. Namun semua itu mengarah pada tujuan yang sama, yaitu berupaya semoga dihasilkan guru yang bermutu.

 ( Dikutip dari : Implementasi Suatu Kebijakan Pemerintah Dalam Sertifikasi Guru di Indonesia. https://isomudin63.wordpress.com/2015/02/24/implementasi-suatu-kebijakan-pemerintah-dalam-sertifikasi-guru-di-indonesia/ ).

Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia masih menjadi perhatian. Hal ini terlihat dari banyaknya hambatan yang mensugesti peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sehingga perlu diteliti dan dicermati semoga kelak bangsa Indonesia sanggup meningkatkan kualitas pendidikan dengan lancar dan sanggup bersaing di Era Globalisasi. Para jago pendidikan beropini tentang hambatan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia, Menurut Soedijarto (1991: 56), bahwa rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di samping disebabkan oleh lantaran pemberian peranan yang kurang proporsional terhadap sekolah, kurang memadainya perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan sistem kurikulum, dan penggunaan prestasi hasil mencar ilmu secara kognitif sebagai satu-satunya indikator keberhasilan pendidikan, juga disebabkan lantaran sistem penilaian tidak secara berencana didudukkan sebagai alat pendidikan dan belahan terpadu dari system kurikulum.

 

Adapun salah satu penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, yaitu: rendahnya kualitas guru. Keadaan guru di Indonesia masih menjadi perhatian. Kebanyakan guru belum mempunyai profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melaksanakan pembimbingan, melaksanakan pelatihan, melaksanakan penelitian dan melaksanakan pengabdian masyarakat.

( Dikutip dari : Kualitas Pendidikan di Indonesia. https://pramithasari27.wordpress.com/pendidikan/kualitas-pendidikan-di-indonesia/).

Menurut Mandaru (2005 : 119), “ menyampaikan kualitas seorang harus menjadi prioritas dalam upaya mengembangkan sebuah pola pendidikan yang efektif ”. Kualitas  seorang guru ditandai dengan tingkat kecerdasan, ketangkasan, dedikasi, dan loyalitas yang tinggi serta nrimo dalam memajukan pendidikan mencerdaskan anak didik.  Kualitas tenaga pengajar guru ialah belahan penting dari proses belajar-mengajar yang  merupakan tujuan dari suatu organisasi pendidikan. Kualitas seorang guru terhadap mutu pendidikan yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru yang diberikan  kepada anak didiknya yang diharapakan bisa meningkatkan kualitas kelulusan, baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan bisa kompetensi kerja. Guru harus berkualitas berdasarkan standar tertentu. Bukti kualitas berdasarkan standar tertentu yang menjamin seseorang sanggup dikatakan sebagai guru profesional ialah selembar sertifikat. Pemerolehan sertifikat sebagai guru profesional harus melalui dan lulus uji kompetensi guru. Kualitas tenaga pengajar guru yang efektif ialah guru yang bisa membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Kemampuan Profesional. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 ihwal Guru dan Dosen, kompetensi profesional ialah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”.

Penurunan kualitas guru memang disebabkan oleh sejumlah faktor-faktor, dan memang faktor-faktor tersebutlah yang menimbulkan pada penurunan kualitas dan kinerja guru. Dalam duduk masalah ini faktor-faktor yang menimbulkan pada penurunan kualitas guru yaitu :

1.      Kurang pedulinya pemerintah akan nasib para guru. Kurang pedulinya pemerintah akan nasib guru memang sangat mensugesti kualitas dan kinerja guru. Ini di karenakan bilamana pemerintah tidak peduli akan nasib kehidupan para guru, maka kondisi ekonomi para gurupun juga akan tidak stabil. Dan ini juga akan berdampak pada kualitas guru itu sendiri.

2.      Banyaknya guru yang kurang mengenal ihwal teknologi. Banyaknya guru yang kurang mengenal teknologi, ini memungkinkan para guru untuk sulit berpikir lebih maju, pasalnya teknologi ini sangat penting dalam menunjang karir seorang guru.

3.      Gaji yang rendah. Gaji yang rendah, ini nampaknya juga akan menghambat peningkatan kualitas pada guru, lantaran penghasilan atau honor yang rendah, itu akan mensugesti dan mengganggu konsentrasi para guru dikala mengajar.

4.      Banyaknya duduk masalah pribadi yang mendera para guru.

( Dikutip dari : Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Guru di Indonesia. https://oioey.wordpress.com/2016/07/19/upaya-pemerintah-dalam-meningkatkan-kualitas-guru-di-indonesia/).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III
KESIMPULAN
1.      Meskipun kita melihat banyak alasan untuk memasuki profesi guru, penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar guru melakukannya untuk membantu belum dewasa dan untuk menyampaikan layanan kepada masyarakat.
2.      Banyak pendidik berfokus pada cara-cara untuk meningkatkan keragaman dalam tenaga kependidikan untuk lebih mencerminkan populasi siswa.
3.      Permintaan bagi guru yang gres kemungkinan akan terus berjalan.
4.      Gaji guru telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
5.      Persyaratan untuk sertifikasi guru bervariasi dari negara ke negara dan di antara lembaga-lembaga pendidikan tinggi.
6.      Tren dalam pendidikan guru meliputi pengenalan lima tahun dan jadwal lima tahun dan suatu aksentuasi pada pengembangan guru reflektif. Guru juga semakin siap untuk memakai teknologi up-to-date, untuk bekerja dengan siswa yang mempunyai kebutuhan khusus, dan untuk mengajar dalam susunan yang bermacam-macam secara luas.
7.      Meskipun pengakuan itu mustahil untuk generalisasi ihwal berjuta jadwal persiapan guru, beberapa laporan utama telah menyimpulkan bahwa banyak jadwal tidak melaksanakan pekerjaan yang memadai dalam training guru dimasa depan.
8.      Kebanyakan guru puas dengan sebagian besar aspek bagi pekerjaan mereka, meskipun beberapa ketidakpuasan dengan honor awal dan aspek lain tertentu terhadap profesi.
9.      Kekhawatiran tetap meluas atas kualitas angkatan kerja mengajar. Besarnya laporan nasional pada pendidikan dan No Child Left Behind Act telah menimbulkan standar yang lebih tinggi untuk pemberian izin dan untuk pembentukan jabatan yang dibayar lebih tinggi dari guru yang memimpin.
10.  Banyak kabupaten sekolah yang bekerja di luar pendekatan untuk memberdayakan guru semoga sekolah lebih efektif.
11.  Meningkatkan kepedulian masyarakat pada pendidikan, perubahan yang terjadi di sekolah-sekolah, dan perbaikan dalam prospek bagi guru yang membawa suasana gres dan pentingnya bagi kiprah guru.
DAFTAR PUSTAKA
·         Omstein. Levin. Gutek. 2011 Foundations of Educatio. Canada : Cengange Learning
·         Guru dengan 6 Motivasi. http://www.kompasiana.com/tiuruli_sitorus/guru-dengan-6-motivasi_552b7b6a6ea834c16a8b4584) diakses : Sabtu 11 Februari 2017 Pukul 23.00
·         Guru Profesional dan Tantangan Global. http://aceh.tribunnews.com/2016/11/24/guru-profesional-dan-tantangan-global
Diakses : Sabtu 11 Februari 2017 Pukul 24.00
·         IMPLEMENTASI SUATU KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM SERTIFIKASI GURU DI INDONESIA. https://isomudin63.wordpress.com/2015/02/24/implementasi-suatu-kebijakan-pemerintah-dalam-sertifikasi-guru-di-indonesia/ ) diakses: Minggu 12 Februari 2017 Pukul: 07.30
·         Kualitas Pendidikan di Indonesia. https://pramithasari27.wordpress.com/pendidikan/kualitas-pendidikan-di-indonesia/) diakses: Jumat 03 Maret 2017 Pukul: 12:40

·         Upaya Pemerintah dalam Meningkatkan Kualitas Guru di Indonesia. https://oioey.wordpress.com/2016/07/19/upaya-pemerintah-dalam-meningkatkan-kualitas-guru-di-indonesia/) diakses: Jumat 03 Maret 2017 Pukul: 12:42






Sumber http://samplingkuliah.blogspot.com