Thursday, August 17, 2017

√ Sejarah Bima Bab Kedua (Zaman Hindu)

Sejarah Bima Bagian Kedua (Zaman Hindu)


Pada halaman sebelumnya kita telah membahas sejarah Bima bab pertama yakni semenjak zaman prasejarah sampai zaman Ncuhi. Nah, ketika ini kita akan membahas zaman sejarah Bima bab kedua yakni pada zaman Hindu.


Pada halaman sebelumnya kita telah membahas  √ Sejarah Bima Bagian Kedua (Zaman Hindu)

Teluk Bima (Foto: Siswa Team)


Tidak diketahui secara niscaya bagaimana datangnya imbas Hindu di kehidupan masyarakat Bima. Sedikit sekali peninggalan-peninggalan sejarah yang menandakan zaman ini. Beberapa prasasti menyerupai prasasti wadu pa’a, prasasti wadu tuti donggo serta prasasti lainnya tidak menawarkan isu secara terperinci. Bahkan buku catatan usang istana Bima (BO) juga tidak menawarkan keterangan secara mendetail.


Kemungkinan imbas Hindu ke Bima masuk sekitar masa ke-11 Masehi yakni pada masa Raja Erlangga dari Kerajaan Medang Kamulan masih menjabat (Baca: Kerajaan Medang Kamulan atau Kahudripan). Pada masa raja Erlangga perdagangan Indonesia bab tengah dan timur sangatlah ramai sampai mencapai tempat Bima. Lalu lintas selat flores sangatlah padat. Banyak pedagang dari Jawa, Maluku, Sulawesi dan Timor berdagang dengan membawa barang-barang dari tempat masing-masing. Dari Bima, pedangan mengambil hasil alam menyerupai rempah-rempah, kayu cendana, sopang, kayu rotan, kayu soga dan sebagainya.


Letak Bima yang strategis menciptakan tempat ini sering dipakai sebagai tempat persinggahan bagi para pedangan dari Jawa ke Maluku dan begitu sebaliknya. Terlebih kalau terjadi cuaca buruk, para pedangan akan tinggal beberapa ketika sebelum melanjutkan perjalanan mereka. Hal ini yang menjadikan terjadinya imbas anutan agama Hindu di kehidupan masyarakat Bima.


Meskipun relasi antara Jawa dan Bima sudah terjalin semenjak masa ke 11 Masehi namun imbas anutan Hindu dari Jawa tidak sepenuhnya kuat di tatanan politik dan sosial budaya Bima. Situs-situs peninggalan agama Hindu masih sedikit yang ditemukan. Meski begitu, situs ini sangat penting guna mengungkap kejadian sejarah penyebaran agama Hindu di Pula Sumbawa ini, khususnya Bima. Beberapa situs-situs peninggalan zaman Hindu antara lain:


1. Situs Wadu Pa’a (Batu Pahat) yang terletak di sebelah barat teluk Bima. Situs ini berupa kuil Hindu dengan kondisi yang masih baik meski patung atau lingganya sudah hilang.


2. Situs wadu tunti (Batu Tulis) terletak di erat kampung Padende. Hingga ketika ini, goresan pena di kerikil ini belum sepenuhnya sanggup dibaca.


3. Sebuah lingga yang terdapat di depan masjid raya Sila. Saat ini kerikil tersebut dipakai sebagai kerikil nisan sebuah kuburan Islam.


4. Batu-batu berukiran corak Hindu pernah ditemukan di tempat Wadu Sahe (Batu Kerbau). Saat ini kerikil tersebut di simpan di pekarangan Sekolah Dasar VIII Desa Sila.


5. Doro Ncandi merupakan situs yang belum digali namun diperkirakan berupa bekas candi. Situs ini satu-satunya situs candi yang ada di kabupaten Bima. Di Sumbawa, situs semacam ini banyak ditemukan namun keadaannya belum dipugar dan masih berupa bongkahan kerikil berukuran besar yang tertimbun di bawah tanah. Ukuran kerikil sanggup mencapai ukuran 40 cm x 40 cm x 50 cm.


[color-box]L. Masier Q. Abdullah dkk. Buku Sejarah Kabupaten Bima yang dijilid oleh Perpustakaan Kota Bima.[/color-box]



Sumber https://www.siswapedia.com