Saturday, September 23, 2017

√ Laporan Pendahuluan Kegawatan Pernafasan (Respiratory Distress Syndrome)

Salam teman sejawat sekalian. bagi seorang perawat pastinya tidak abnormal lagi dengan yang nama nya laporan pendahuluan, lantaran sebagai seorang perawat khususnya yang sedang mengenyam pendidikan di akademik pastilah sering bergelut dengan yang namanya laporan pendahuluan, terutama pada ketika mulai praktikum dirumah sakit dan juga bagi yang sedang menjalani agenda profesi ners.

bermaksud membantu teman sejawat yang sedang membutuhkan laporan pendahuluan sebagai kiprah pada ketika praktik di rumah sakit. kali ini admin coba membagikan laporan pendahuluan Kegawatan pernafasan (Respiratory Distress syndrome)

Untuk mend0wnl0ad Laporan pendahuluan Kegawatan pernafasan (Respiratory Distress syndrome) dalam bentuk Ms.Word Klik disini


Kegawatan pernafasan ( Respiratory Distress syndrome ) pada anak merupakan penyebab utama maut pada bayi gres lahir, diperkirakan 30% dari semua maut neonatus disebabkan oleh penyakit ini atau komplikasinya. Penyakit ini terjadi pada bayi prematur, insidennya berbanding terbalik dengan umur kehamilan dan berat badannya. 60-80% terjadi pada bayi yang umur kehamilannya kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36 minggu, sekitar 3% pada bayi yang lebih dari 37 minggu. Tingginya angka bencana tersebut merupakan tantangan tersendiri bagi para tenaga kesehatan, mahasiswa S1 keperawatan yang merupakan calon tenaga kesehatan profesional, yang nantinya akan selalu bekerjasama dengan penderita atau anak dengan resiko menderita RDS, harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam mencegah dan membantu mengatasi tersebut dan sanggup dipertanggungjawabkan pada pasien dan tim kesehatan lain.


PENGERTIAN

Respiratory Distress Syndrome ( RDS ) yaitu perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai hyaline membran disease ( HMD ). (Suriadi, 2001).


ETIOLOGI

Dihubungkan dengan usia kehamilan, semakin muda seorang bayi, semakin tinggi Resiko RDS sehingga menjadikan perkembangan yang immatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS terdapat dua kali lebih banyak pada pria daripada perempuan, insidens meningkat pada bayi dengan faktor –faktor tertentu, misalnya: ibu diabetes yang melahirkan bayi kurang dari 38 minggu, hipoksia perinatal, lahir melalui secio sesaria


PATHOFISIOLOGI

Pathway kegawatan pernafasan
Untuk Mend0wnl0ad Pathway Kegawatan pernafasan doc DISINI

Pada bayi dengan RDS, dimana tidak adanya kemampuan paru untuk mengembang dan alveoli terbuka. RDS pada bayi yang belum matur mengakibatkan gagal pernafasan lantaran immaturnya dinding dada, parenchim paru, dan immaturnya endotellium kapiler yang mengakibatkan kolaps paru pada simpulan ekspirasi.

Pada kasus yang terjadi akhir tidak adanya atau kurangnya, atau berubahnya komponen surfaktan pulmoner. Surfaktan suatu kompleks lipoprotein, yaitu penggalan dari permukaan seakan-akan film yang ada di alveoli, untuk mencegahnya kolapsnya alveolus tersebut. surfaktan dihasilkan oleh sel-sel pernafasan tipe II di alveoli. Bila surfakatan tersebut tidak adekuat, akan terjadi kolaps alveolus dan menjadikan hipoksia dan retensi CO2 menjadikan asidosis Kemudian terjadi konstriksi vaskuler pulmoner dan penurunan perfusi pilmoner, yang berakhir sebagai gagal nafas progresif, terjadi hipoksemia progresif yang sanggup mengakibatkan kematian. ( Nelson,2000).


MANIFESTASI KLINIK
  1. Takipneu 
  2. Retraksi interkostal dan sternal 
  3. Pernafasan cuping hidung 
  4. Sianosis sejalan dengan hipoksemia 
  5. Menurunya daya compliance paru (nafas ungkang- ungkit paradoksal ) 
  6. Hipotensi sistemik (pucat perifer, edema, pengisian kapiler tertunda lebih dari 3 hingga 4 detik)
  7. Penurunan keluaran urine 8. Penurunan bunyi nafas dengan ronkhi 
  8. Takhikardi pada ketika terjadinya asidosis dan hipoksemia.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
  • Foto thoraks 
  1. Pola retikulogranular difus bersama bronkhogram udara yang saling tumpah tindih. 
  2. Tanda paru sentral batas jantung sukar dilihat, inflasi paru buruk. 
  3. Kemungkinan terdapat kardiomegali bila sistem lain juga terkena (bayi dari ibu diabetes, hipoksia, gagal jantung kongestif ) 
  4. Bayangan timus yang besar. 
  5. Bergranul merata pada bronkhogram udara, yang mengambarkan penyakit berat kalau terdapat pada beberapa jam pertama. 
  • Gas Darah Arteri menunjukan asidosis respiratory dan metabolik yaitu adanya penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan paCO2, penurunan HCO3.
  1. Hitung darah lengkap, 
  2. Perubahan Elektrolit, cenderung terjadi penurunan kadar: kalsium, natrium, kalium dan glukosa serum

KOMPLIKASI

  1. Pneumothorak 
  2. Pneumomediastinum 
  3. Hipotensi 
  4. Menurunya pengeluaran urine 
  5. Asidosis 
  6. Hiponatremi 
  7. Hipernatremi 
  8. Hipokalemi 
  9. Disseminated intravaskuler coagulation ( DIC ) 
  10. Kejang 
  11. Intraventricular hemorhagi 
  12. Infeksi sekunder. 
  13. murmur

ASIDOSIS

merupakan suatu kondisi terjadinya pelepasan ion Hidrogen ( H+ ) yang berlebihan dalam darah sehingga terjadi penurunan pH darah dalam tubuh. pH darah dalam tubuh memiliki nilai normal : 7,38-7,42 dengan investigasi AGD ( analisa gas darah ). bila kurang dari nilai normal disebut dinamakan asidosis, sedangkan bila lebih dari normal disebut alkalosis. Berat ringannya tergantung tinggi rendahnya rentang perubahanya. Kolaps paru pada kasus RDS sanggup mengakibatkan asidosis lantaran terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia dan Retensi CO2. oksigenasi jaringan menurun sehingga terjadi metabolisme anaerobik yang menimbulkan asam laktat dan asam organik lain yang mengakibatkan terjadinya asidosis metabolik.


PENATALAKSANAAN
  1. Memberikan lingkungan yang optimal.Suhu tubuh harus selalu diusahakan biar tetap dalam batas normal ( 36,50-370C ) dengan cara meletakkan bayi dalam inkubator. Kelembapan ruangan juga harus adekuat ( 70-80%) 
  2. Pemberian oksigen . Pemberian oksigen harus hati-hati lantaran besar lengan berkuasa kompleks terhadap bayi prematur. Untuk mencegah timbulnya komplikasi tersebut derma O2 sebaiknya diikuti dengan investigasi analisa gas darah. Rumatan PaO2 antara 50-80mmHg dan PaCO2 antara 40 dan 50 mmHg, dengan rumatan O2 2L. 
  3. Pemberian cairan dan elektrolit. Pada permulaan diberikan glukose 5-10% 60-125 ml/kgBB/hari. Asidosis yang selalu dijumpai Harus segera dikoreksi dengan NaHCO3 secara intravena, dengan rumus derma : NaHCO3( mEq ) =Defisit basa X 0.3 X BB bayi. 
  4. Pemberian antibiotik, untuk mnecegah bisul sekunder. Dapat diberikan p3enissilin dengan takaran 50000-100000 U/kgBB/hari dengan atau tanpa gentamicin3-5/kgBB/hari. 
  5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH yaitu derma surfaktan eksogen melalui endotrakheal tube. Obat ini sangat efektif.

DAFTAR PUSTAKA 

  1. Cecily. L Betz. 2002. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta. EGC 
  2. Nelson. E Waldo. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jilid I.Jakarta. EGC 
  3. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC 
  4. Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.Jakarta. CV Agung Seto.

Sumber http://bangsalsehat.blogspot.com